• Tidak ada hasil yang ditemukan

1) Iklim dan Ketinggian Tempat

Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh didaerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun serta ketinggian antara 5-1200 m dpl. Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. Tanaman ini dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28°C disiang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), kondisi yang ideal adalah musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli-September sedangkan musim buahnya terjadi bulan November-Februari bersamaan dengan musim penghujan.

21 2) Media Tanam

Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Namun tanaman jambu biji akan tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir. Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari pH tersebut maka perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.

3.1.2. Prima Tani

Prima Tani adalah suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan penyampaian inovasi teknologi pertanian berserta umpan baliknya. Program Prima Tani yang diprakarsai oleh Badan Litbang dibentuk dengan latar belakang bahwa Badan Litbang Pertanian telah banyak menghasilkan dan menemukan inovasi teknologi, namun di sisi lain berdasarkan evaluasi menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi tersebut kepada masyarakat cenderung melambat, bahkan menurun. Sehingga dengan program Prima Tani diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Litbang sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi (Badan Litbang Departemen Pertanian, 2006).

Pelaksanaan kegiatan Prima Tani pada intinya adalah

mengimplementasikan secara terbatas (unit percontohan) inovasi teknis dan inovasi kelembagaan agribisnis di lokasi kegiatan. Dengan adanya peningkatan kinerja pada kedua aspek tersebut diharapkan akan berdampak positif pada kinerja hasil usahatani yang dicapai petani, dan bagi kehidupan masyarakat desa yang berupa peningkatan pendapatan dan peningkatan kesempatan kerja. Kegiatan Prima Tani diimplementasikan menggunakan lima pendekatan yaitu (Badan Litbang Departemen Pertanian, 2006):

a. Pendekatan agroekosistem

Dalam implementasi Prima Tani harus memperhatikan kesesuaian kondisi lokasi yang meliputi sumber daya lahan, air, wilayah komoditas, dan komoditas dominan.

22 b. Pendekatan agribisnis

Memperhatikan keterkaitan subsistem penyediaan input, usaha tani, pascapanen dan pemasaran.

c. Pendekatan wilayah

Optimisasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam satu kawasan (desa atau kecamatan) untuk memudahkan fasiltasi dari pemerintah.

d. Pendekatan kelembagaan

Dalam pengembangan agribisnis tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input, proses dan output, tetapi juga modal sosial, norma dan aturan yang berlaku di lokasi Prima Tani.

e. Pendekatan pemberdayaan

Masyarakat mengandung arti lebih menekankan pada upaya penumbuhan kemandirian masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya setempat

Pada tahap awal tahun 2005 Prima Tani dilaksanakan di 14 Propinsi, mencakup 21 Laboratorium Agribisnis, pada tahun 2006 bertambah menjadi 25 Provinsi yang meliputi 30 desa, dan pada tahun 2007 pelaksanaan Prima Tani diperluas ke 200 Kabupaten di seluruh Provinsi di Indonesia. Salah satu lokasi Prima Tani adalah di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah yang dilaksanakan mulai tahun 2005 hingga tahun 2009.

3.1.3 Sistem Agribisnis

Menurut David dan Goldberg (1957), diacu dalam Saragih (2001), agribisnis didefinisikan sebagai total dari keseluruhan kegiatan operasi di dalam manufaktur dan distribusi pertanian, operasi produksi pertanian, proses dan distribusi komoditi pertanian serta produk olahannya. Agribisnis meliputi keseluruhan kegiatan manajemen bisnis mulai dari perusahaan yang menghasilkan sarana produksi untuk usahatani, proses produksi pertanian, serta perusahaan yang menangani pengolahan, pengangkutan, penyebaran, penjualan secara borongan maupun penjualan eceran produk kepada konsumen akhir (Downey dan Ericson (1992) diacu dalam Suparta, 2001)

Agribisnis sebagai suatu sistem dapat diartikan bahwa agribisnis merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga

23 membentuk suatu totalitas. Hal ini berarti agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas (Hermawan, 2008).

Sebagai suatu sistem, maka pembangunan agribisnis tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri atau saling terlepas (decoupling), namun yang harus dilakukan adalah mengembangkannya secara sinergis melalui pembangunan sistem agribisnis yang mencakup beberapa subsistem. Menurut Saragih (2001) subsistem dalam agribisnis adalah sebagai berikut:

1) Sub-sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), merupakan subsistem yang menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk. Yang termasuk ke dalam subsistem ini adalah industri-industri yang menghasilkan barang-barang modal bagi pertanian, seperti industri perbenihan/pembibitan, tanaman, ternak, ikan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan), industri alat dan mesin pertanian (agro-otomotif).

2) Sub-sistem pertanian primer (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usahatani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan (biofarmaka), usaha perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan). Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer.

3) Sub-sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yaitu industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti industri makanan/minuman, industri pakan, industri barang-barang serat alam, industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain. Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian

24 sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk memberikan nilai tambah (value added) dari produksi primer tersebut.

4) Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan

market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.

5)

Sub-sistem penyedia jasa agribisnis (services for agribusiness) atau subsistem jasa penunjang yang meliputi perkreditan, transportasi dan pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM, dan kebijakan ekonomi.

Konsep agribisnis sebagai suatu sistem, merupakan suatu entitas, yang tersusun dari sekumpulan subsistem yang bergerak secara bersama-sama dan saling tergantung untuk mencapai tujuan bersama. Masing masing subsistem tersebut harus dapat bekerja secara efisien, dimana setiap subsistem menjalin hubungan kebersamaan dan saling ketergantungan dalam suatu sistem untuk lebih meningkatkan efisiensi usaha dan mencapai tujuan agribisnis (Gambar 1).

Gambar 1. Konsep Sistem Agribisnis Sumber : Suparta (2001) Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi:  Bibit  Pupuk  Pakan  Obat-obatan  Alat dan Mesin

Teknologi Subsistem Produksi Usahatani:  Pangan  Hortikultura Ternak Perkebunan Subsistem Pengolahan Hasil (Agroindustri):  Penanganan Pasca Panen  Pengolahan Lanjutan Subsistem Pemasaran Hasil:  Perdagangan domestik  Perdagangan ekspor

Subsistem Jasa Penunjang:

Pengaturan, Penelitian, Penyuluhan, Informasi, Kredit modal, Transportasi, Asuransi agribisnis dan Pasar.

25

3.1.4 Sistem Agribisnis Jambu Biji

Jambu biji merupakan komoditi yang prospektif untuk dikembangkan mengingat masih terdapat peluang pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk dapat mengembangkan komoditi jambu biji maka diperlukan suatu sistem agribisnis yang saling terintegrasi sehingga dapat menunjang antara kegiatan yang satu dengan kegiatan lainnya. Sistem agribisnis jambu biji ini terdiri dari subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem produksi usahatani, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran, dan sub sistem penunjang.