• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai April 2012. Penelitian telah dilaksanakan di kandang hewan Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Analisis lipid darah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Analisis proksimat pakan dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi, Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Alat dan Bahan

Hewan yang digunakan adalah mencit jantan dewasa strain Swiss Webster yang telah berumur tiga bulan dengan bobot rerata 30 g sebanyak 20 ekor. Mencit diperoleh dari Laboratorium Pusat Ilmu Hayati, Institut Teknologi Bandung. Mencit dipelihara di dalam kandang berupa kotak plastik (30x22x12 cm3) yang dilengkapi tempat makan dan botol air minum. Selama penelitian, mencit diberikan penerangan 12 jam terang dan 12 jam gelap.

Bahan pakan yang dipakai serat pangan karagenan, tepung jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, kuning telur, CaCO3, premix, garam, dan minyak kelapa. Simvastatin dan atorvastatin digunakan sebagai penurun kolesterol. Kit Boehringer digunakan untuk menganalisis konsentrasi lipid (kolesterol, high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta glukosa dalam serum darah mencit. Komposisi diet percobaan dan hasil analisis kandungan nutrisinya dapat dilihat pada Tabel 35 dan Tabel 36.

Tabel 35. Komposisi pakan percobaan untuk pemberian simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan

Bahan Pakan Jenis Pakan

Standar Hiperkolesterol Serat Pangan

Tepung jagung (%) 66 60 17 Tepung ikan (%) 8 8 8 Bungkil kedelai (%) 20 20 16 Telur (%) 0 3 3 Karagenan (%) 0 0 46 Minyak kelapa (%) 2 6 7 Premiks (%) 1 1 1 Garam (%) 1 1 1 CaCO3 (%) 1 1 1 Total (%) 100 100 1

Tabel 36. Komposisi nutrien pakan percobaan untuk pemberian simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan.

Nutrien Standar Hiperkolesterol Serat Pangan

Air (%) 9,39 8,38 9,66 Abu (%) 8,49 7,84 12,81 Protein (%) 21,92 23,62 12,25 Lemak (%) 4,11 12,05 13,02 BETN (%)* 56,09 8,75 52,26 Serat pangan (%)* 9,84 14,35 14,05 Ca (%)* 1,23 1,23 1,51 P (%) 0,53 0,58 0,27 Energi (kkal/kg) 3812 4421 4654 Kolesterol (mg/g) 0,052 0,154 0,152

Keterangan : *Hasil perhitungan

Metode Penelitian

Sebanyak 20 ekor mencit jantan digunakan dalam suatu rancangan acak lengkap (RAL) untuk menganalisis efektivitas obat dan serat pangan karagenan dalam memperbaiki profil lipid darah mencit hiperkolesterolemia. Mencit jantan dibagai menjadi lima kelompok perlakuan yang diulang sebanyak lima kali. Kelompok pertama (K-) ialah mencit yang diberikan pakan standar (normokolesterol). Kelompok kedua (K+) ialah mencit yang diberikan pakan hiperkolesterol. Kelompok ketiga (P1) ialah mencit hiperkolesterolemia yang diberikan simvastatin. Kelompok keempat (P2) ialah mencit hiperkolesterolemia yang diberikan atorvastatin. Kelompok kelima (P3) ialah mencit hiperkolesterolemia yang diberikan serat pangan karagenan. Penelitian dilakukan

selama dua bulan, bulan pertama mencit percobaan diberikan pakan hiperkolesterol sehingga diperoleh mencit hiperkolesterolemia. Bulan kedua mencit yang telah mengalami hiperkolesterolemia diberikan simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan. Pemberian perlakuan dilakukan selama 30 hari. Pemberian simvastatin dan atorvastatin dilakukan dengan cara dicekok melalui mulutnya dengan menggunakan gavage. Konversi dosis simvastatin dan atorvastatin dihitung perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan (Paget dan Barnes, 1964). Dosis obat statin yang digunakan untuk orang hiperkolesterolemia dengan bobot badan 50 kg adalah 10 mg/hari. Bila dihitung berdasarkan bobot badan manusia 70 kg = 14 mg/70 kg BB. Dosis obat statin dikonversikan ke mencit = 0,0026 x 14 mg = 0,0364 mg/ 20 g BB mencit. Rerata bobot badan mencit 30 g = 0,0546 mg dilarutkan dalam 1 mL aquades.

Pada akhir masa percobaan, mencit dipuasakan selama 12 jam. Selanjutnya sampel darah diambil dari pembuluh vena caudalis bagian ekor mencit. Darah yang diperoleh kemudian disentrifuse untuk mendapatkan serumnya, yang kemudian digunakan untuk analisis konsentrasi total kolesterol, HDL, LDL, trigliserida, dan glukosa dengan metode enzimatis kalorimetri masing-masing menggunakan Kit Boehringer. Sampel organ hati dan feses diekstraksi dengan menggunakan dietil eter (Wiradimadja 2007), untuk mengetahui konsentrasi kolesterol pada dua sampel tersebut dan dianalisis dengan menggunakan Kit Boehringer.

Analisis Statistik

Efektivitas obat dan serat pangan karagenan dalam memperbaiki profil lipid darah mencit hiperkolesterolemia dirancang dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Data kuantitatif parameter lipid darah (kolesterol total serum, trigliserida, HDL-c, dan LDL-c), konsentrasi glukosa, konsentrasi kolesterol feses dan hati, serta bobot badan dianalisis dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan multiple range test. Analisis secara keseluruhan dilakukan dengan software Statistical Analysis System (SAS ) 9.1.3.

HASIL

Mencit hiperkolesterolemia mempunyai bobot badan lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok mencit normokolesterolemia, mencit hiperkolesterolemikemia yang diberik simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan (Gambar 17). Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa bobot badan mencit hiperkolesterolemia dapat mengalami penurunan setelah diberikan simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan dan kembali pada bobot badan normal.

Gambar 17. Bobot badan (g) mencit hiperkolesterolemia setelah pemberian simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan

Mencit hiperkolesterolemikemia mempunyai konsentrasi kolesterol total serum, trigliserida, dan LDL-c lebih tinggi, namun HD-c yang lebih rendah (p<0,05), dibandingkan dengan mencit hiperkolesterolemia yang diberikan simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan (Tabel 37). Meskipun sudah terlihat menurun, konsentrasi kolesterol total serum dan trigliserida mencit hiperkolesterolemia yang diberi serat pangan karagenan masih tetap lebih tinggi (p<0,05), dibandingkan dengan mencit hiperkolesterolemia yang diberi simvastatin dan atorvastatin. Hasil yang baik terlihat dari kelompok mencit yang diberi serat pangan karagenan, konsentrasi HDL-c lebih tinggi dibandingkan

dengan mencit hiperkolesterolemia yang diberi simvastatin dan atorvastatin dan konsentrasi LDL-c menyamai mencit hiperkolesterolemia yang diberi simvastatin dan atorvastatin, serta normokolesterolemia.

Tabel 37. Rerata konsentrasi lipid darah mencit hiperkolesterolemia setelah pemberian simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan Parameter lipid darah Perlakuan K(-) K(+) P1 P2 P3 Kolesterol total (mg/dL) 120,19± 15,38c 199,16± 16,93a 135,41± 5,80c 121,26± 15,60c 176,72± 15,78b Trigliserida (mg/dL) 89,46± 14,06b 125,51± 21,78a 87,57± 20,30b 85,14± 27,94b 117,97± 14,86a HDL (mg/dL) 74,27± 9,52c 79,91± 14,85bc 94,58± 7,93b 75,68± 9,45c 130,55± 13,37a LDL (mg/dL) 28,03± 12,63b 94,14± 11,61a 23,31± 8,40b 28,56± 9,97b 22,58± 8,52b

Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang nyata (p<0,05). Mencit jantan normokolesterolemia (K-). Mencit hiperkolesterolemia (K+). Mencit hiperkolesterolemia setelah diberi simvastatin (P1), atorvastatin (P2), serat pangan karagenan (P3).

Mencit hiperkolesterolemia mempunyai konsentrasi glukosa lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok mencit hiperkolesterolemia yang diberikan simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan (Gambar 18). Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi glukosa mencit hiperkolesterolemia mengalami penurunan setelah diberikan simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan. Mencit hiperkolesterolemia yang diberi serat pangan karagenan mengalami penurunan konsentrasi glukosa lebih tinggi dibandingkan mencit hiperkolesterolemia yang diberikan simvastatin dan atorvastatin. Hal tersebut menunjukkan bahwa serat pangan karagenan dapat menghambat penyerapan makronutrien (seperti lemak, protein, dan karbohidrat) yang menyebabkan konsentrasi glukosa darah menurun.

Mencit hiperkolesterolemia dan mencit hiperkolesterolemia yang diberi serat pangan karagenan mempunyai konsentrasi kolesterol hati lebih tinggi

(p<0,05) dibandingkan dengan kelompok mencit normokolesterolemia, mencit hiperkolesterolemia yang diberikan simvastatin dan atorvastatin (Gambar 19). Hasil tersebut menunjukkan bahwa simvastatin dan atorvastatin dapat menghambat sintesis kolesterol di hati lebih tinggi dibandingkan dengan serat pangan karagenan.

Gambar 18. Konsentrasi glukosa (mg/dL) mencit hiperkolesterolemia setelah pemberian simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan

Gambar 19. Konsentrasi kolesterol hati (mg/dL) mencit hiperkolesterolemia setelah pemberian simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan

Mencit hiperkolesterolemia yang diberikan serat pangan karagenan mempunyai konsentrasi kolesterol feses lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan kelompok mencit normokolesterolemia, mencit hiperkolesterolemia, serta mencit hiperkolesterolemia yang diberikan simvastatin dan atorvastatin (Gambar 20). Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa serat pangan karagenan dapat meningkatkan penghambatan absorpsi kolesterol di usus dan sintesis kolesterol di hati, serta menghambat reabsorpsi asam empedu. Akibatnya, kolesterol dan asam empedu, secara bersama diekskresikan keluar terbawa feses, sehingga konsentrasi kolesterol feses pun meningkat.

Gambar 20. Konsentrasi kolesterol feses (mg/dL) mencit hiperkolesterolemia setelah pemberian simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan

PEMBAHASAN

Pemberian serat pangan dan obat merupakan upaya untuk menjaga kondisi kolesterol dalam tubuh tetap dalam standar normal atau untuk menurunkan konsentrasi kolesterol bila dalam keadaan berlebih atau hiperkolesterolemia. Simvastatin dan atorvastatin tampak mampu menurunkan konsentrasi kolesterol total serum, trigliserida dan LDL-c lebih baik dibandingkan dengan serat pangan karaganen. Simvastatin menurunkan lipid dengan cara menghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl koenzim A (HMG-CoA) reduktase.

HMG-CoA reduktase melepaskan prekursor kolesterol asam mevalonik dari koenzim A. Kompetitif inhibisi oleh simvastatin menimbulkan respon kompensasi selular seperti peningkatan enzim HMG-CoA reduktase dan reseptor LDL. Dikarenakan peningkatan HMG-CoA reduktase, sintesis kolesterol seluler hanya menurun sedikit, tetapi penghambatan kolesterol melalui mekanisme reseptor LDL meningkat secara signifikan (Page et al. 2006). Simvastatin menurunkan 20% kadar total kolesterol dan penurunan resiko penyakit pembuluh darah sebanyak 24% dengan kadar 40 mg/hari (Genest 2007). Penelitian lain melaporkan bahwa pemberian simvastatin pada tikus diperoleh hasil konsentrasi kolesterol total serum menurun sebesar 28,8%, LDL-c menurun 28%, dan HDL-c meningkat sebesar 16% (Harini dan Astirin 2009).

Kelompok obat statin (simvastatin dan atorvastatin) merupakan hipolipidemik yang paling efektif dan aman. Pada dosis tinggi statin juga dapat menurunkan trigliserida yang disebabkan peningkatan VLDL. Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati, dengan menghambat enzim HMG-KoA reduktase. Akibat penurunan sintesis kolesterol ini, maka SREBP yang terdapat pada membran dipecah oleh protease, lalu dibawa ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL pada membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol darah lebih tinggi lagi. Selain LDL, VLDL, dan IDL juga menurun, sedangkan HDL meningkat (Suyatna 2009).

Perbandingan efektivitas simvastatin dan atorvastatin dengan serat pangan karagenan menunjukkan bahwa simvastatin dan atorvastatin terbukti lebih baik dalam menurunkan kadar kolesterol total serum, trigliserida, dan LDL mencit jantan hiperkolesterolemia. Namun, serat pangan karagenan punya kemampuan meningkatkan konsentrasi HDL dan pengeluaran kolesterol melalui feses (Tabel 38). Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa mekanisme penurunan kolesterol total serum antara simvastatin dan atorvastatin berbeda dengan serat pangan karagenan (Gambar 21 dan 22).

Tabel 38. Perbandingan profil lipid darah, bobot badan, glukosa, kolesterol hati, dan kolesterol feses mencit hiperkolesterolemia setelah pemberian simvastatin, atorvastatin, dan serat pangan karagenan

Parameter yang diukur Kondisi fisiologis Simvastatin (%) Atorvastatin (%) Karagenan (%)

Bobot badan Menurun 9,43 12,98 11,16

Kolesterol total Menurun 32,00 39,11 11,27

Trigliserida Menurun 30,23 32,17 6,01

HDL Meningkat 15,51 5,00 38,79

LDL Menurun 75,24 69,66 76,02

Glukosa Menurun 21,50 17,93 35,67

Kolesterol feses Meningkat 50,61 50,84 128,24

Kolesterol hati Meningkat - - 10,98

Kolesterol hati Menurun 45,28 35,16 -

Berdasarkan Gambar 21, dapat dijelaskan bahwa semua sel dalam tubuh manusia memerlukan kolesterol agar dapat berfungsi dengan baik. Pembentukan kolesterol dalam tubuh terjadi terutama di hati. Tidak adanya terapi dengan statin (sisi kiri gambar), sel-sel hati tidak hanya membuat kolesterol untuk disimpan di hati, tetapi disekresikan ke sirkulasi darah atau dibawa ke sel-sel lain dalam tubuh. Dalam darah, kolesterol diangkut dalam berbagai bentuk, yang paling berbahaya salah satunya delam bentuk LDL-c, yang dapat menyimpan kolesterol pada dinding arteri membentuk plak yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Sel-sel hati menyerap sebagian LDL-c dari darah dan membawanya di dalam sel hati dengan cara khusus dengan pengaturan pengikatan kolesterol pada reseptor LDL. Sel- sel hati menggunakan LDL-c untuk keperluan sendiri. Proses penyerapan partikel LDL-c oleh sel hati membantu menjaga konsentrasi LDL-c, tapi sel-sel hati tidak bisa mengikuti jika konsentrasi LDL-c dalam darah terlalu tinggi. Ketika seorang pasien membutuhkan statin (sisi kanan diagram) enzim kunci dalam sel hati yang bertanggung jawab untuk pembentukan kolesterol akan diblokir. Kebutuhan kolesterol untuk sel-sel dengan cara menghambat sebagian reseptor LDL pada permukaan membran dan dan menyerap lebih banyak LDL-c dari darah yang mengarah pada penurunan dramatis konsentrasi kolesterol jahat dalam darah (Sherperd 2001, Gotto 2002).

Gambar 21. Diagram mekanisme statin menurunkan tingkat kolesterol darah

Mekanisme penurunan kolesterol total dalam darah disebabkan oleh serat pangan karagenan dapat dijelaskan sebagai berikut (Gambar 22). Serat pangan karagenan, sebagi sumber serat larut dapat membentuk lapisan tebal pada dinding lumen usus yang dapat bertindak sebagai penghalang, yaitu mengurangi penyerapan lemak, termasuk kolesterol dan asam empedu. Hal ini akan mengakibatkan pengeluaran kolesterol dan asam empedu terbuang bersama feses semakin meningkat mengurangi jumlah yang akan diserap kembali (reabsorbsi) melalui sirkulasi enterohepatik. Akibat asam empedu banyak terbuang, maka proses sintesis kolesterol endogen dalam hati meningkat yang akan mengkonversi kolesterol menjadi asam empedu untuk menggantikan kekurangan yang terjadi. Mekanisme ini merupakan jalur utama yang terjadi pada individu atau hewan hiperkolesterolemia untuk mencapai hipokolesterolemia (Garc´ıa-Diez et al. 1996; Theuwissen dan Mensink 2008). Mekanisme lain dalam pengurangan penyerapan lemak, kolesterol dan asam empedu, dengan dapat mengubah pembentukan misel dan mengurangi kemampuan kolesterol bergabung ke dalam misel-misel (Carr dan Jesch 2006). Serat larut dapat membentuk suatu masa kental di usus kecil. Hal ini diyakini bahwa peningkatan viskositas menghambat gerakan kolesterol, asam empedu, dan lipid lain, dan menghalangi pembentukan misel, dengan

demikian mengurangi penyerapan kolesterol dan mempromosikan kolesterol ekskresi dari tubuh (Carr dan Jesch 2006).

Gambar 22. Mekanisme penurunan kolesterol total serum darah oleh serat pangan.

SIMPULAN

Hasil analisis perbandingan efektivitas simvastatin dan atorvastatin dengan serat pangan karagenan dapat diperoleh hasil bahwa simvastatin dan atorvastatin terbukti lebih baik dalam menurunkan kadar kolesterol total serum, trigliserida, dan LDL-c mencit jantan hiperkolesterolemia. Namun, serat pangan karagenan dapat menurunkan LDL-c dan meningkatkan konsentrasi HDL, serta pengeluaran kolesterol melalui feses lebih tinggi dibandingkan dengan simvastatin dan atorvastatin. Hal tersebut menggambarkan bahwa serat pangan karagenan berpotensi mempunyai efektivitas mendekati kerja obat penurun kolesterol sehingga dapat berperan sebagai suplemen sumber serat pangan yang dapat menurunkan kolesterol.

DAFTAR PUSTAKA

Carr TP, Jesch ED. 2006. Food components that reduce cholesterol absorption. Advance Food Nutr Res. 51:165–204.

Cortese C, Liberatoscioli L. 2003. Effects of statins on lipoprotein fractions. Int Congress Series 1253:247-252

Garc´ıa-Diez F, Garc´ıa-Mediavilla V, Bayon JE, Gonz´alez-Gallego J. 1996. Pectin feeding influences fecal bile acid excretion, hepatic bile acid synthesis and serum cholesterol in rats. J Nutr. 126:1766–71.

Genest J, Libby P. 2007. Clinical trials of drugs affecting lipid metabolism. Di dalam: Libby, Bonow, Mann, Zipes, editor. Braunwald’s heart disease. Saunders Elsevier.

Goodman, Gilmans. 2001. The Pharmacological Basic of Therapeutics. 10th edition. USA: Mc Graw-Hill.

Gotto AM. 2002. Statins: Powerful Drugs for Lowering Cholesterol : Advice for Patients. Circulation. 105:1514−1516.

Halcox JPJ, Deanfield JE. 2004. Beyond the laboratory clinical implications for statin pleiotropy. Circulation. 109(21 Suppl I):II42-II48.

Harini M. Astirin OP. 2009. Kadar kolesterol darah tikus putih (Rattus norvegicus) hipokolesterolemik setelah perlakuan VCO. Bioteknologi. 6(2):55-62

Jenkins D, Kendall C, Faulkner D, Nguyen T, Kemp T, Marchie A, Wong J, Souza R, Emam A, Vidgen E, Trautwein E, Lapsley K, Holmes C, Josse R, Leiter L, Connelly P, Singer W. 2006. Assessment of the longer-term effects of a dietary portfolio of cholesterol-lowering foods in hypercholesterolemia. Am J Clin Nutr. 83(3):582−591

Katzung BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Ed ke-8. Jakarta: Salemba Medika.

Kumar V, Abbas A, Fausto N, Mitchell R. β007. Robin’s Basic Pathology. 8th ed. Saunders Elsevier. hlm. 388–390.

Lin Y, Meijer GW, Vermeer MA, Trautwein EA. 2004. Soy protein enhances the cholesterollowering effect of plant sterol esters in cholesterol fed hamsters. J Nutr. 134: 143−148.

Lutgens E, Daemen MJAP. 2004. HMG-CoA reductase inhibitors: lipidlowering and beyond. Drugs Discovery Today: Therapeutics Strategist. 1:189−194. Ma J, Sehgal NL, Ayanian JZ, Stafford RS. 2005. National Trends in Statin Use

by Coronary Heart Disease Risk Category. PLoS Med 2(5): e123. doi:10.1371/journal.pmed.0020123

McKinney JM, Davidson MH, Jacobson TA, Guyton JR. 2006. Final conclusions and recommendations of the National Lipid Association. Statin Safety Assessment Task Force. Am J Cardiol. 97: 89S-94S.

Page C, Curtis M, Walker M, Hoffman B. 2006. Integrated Pharmacology 3rd ed. Mosby Elsevier. hlm. 325–326.

Rasmussen, H, Guderian D, Wray C, Dussault P. 2006. Reduction in cholesterol absorption is enhanced by stearateenriched plant sterol esters in hamsters. J Nutr. 136: 2722−2727.

Ros E. Intestinal absorption of triglyceride and cholesterol. 2000. Dietary and pharmacological inhibition to reduce cardiovascular risk. Atherosclerosis. 151:357−379.

Shepherd J. 2001. The role of the exogenous pathway in Hypercholesterolaemia. European Heart J Supp. 3 (Supplement E): E2–E5.

Sparow CP, Burton CA, Hernandez M, Mundt S, Hassing H, Patel S, Rosa R, Hermanowski-Vosatka A, Wang P-R, Zhang D, Peterson L, Detmers PA, Chao Y-S, Wright SD. 2001. Simvastatin has anti-inflammatory and antiatheosclerotic activities independent of plasma cholesterol lowering. Arterioscl Thromb Vasc Biol. 21:115−121.

Sudha MR, Chauhan P, Dixit, Babu S, Jamil K. 2009. Probiotics as complementary therapy for hypercholesterolemia. Biol Med. 1(4): Rev4.

Suyatna FD. 2009. Hipolipidemik. Di dalam Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth, editor. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. Edisi kelima. Jakarta: Universitas Indonesia Pr. hlm.γ7γ−γ88.

Vaughan CJ, Goto AM and Basson CT. 2000. The evolving role of statins in the management of atheosclerosis. J Am Col Cardiol. 35:1−10

Teixeira SR, Potter SM, Weigel R, Hannum S, Erdman JWJ Hasler CM. 2000. Effects of feeding 4 levels of soy protein for 3 and 6 week on blood lipids and apolipoproteins in moderately hypercholesterolemic men. Am J Clin Nutr. 71: 1077−1084.

Theuwissen E, Mensink RP. 2008. Water soluble dietary fibers and cardiovascular disease. Phys Behav. 94:285–92.

Thomsen A, Hansen H, Christiansen C, Green H, Berger A. 2004. Effect of free plant sterols in low-fat milk on serum lipid profile in hypercholesterolemic subjects. Eur J Clin Nutr. 58: 860−870.

Wassmann S, Faul A, Hennen B, Scheller B, Bohm M, Nickenig G. 2003. Rapid effect of 3-hidroxy-3-methylglytaryl Coenzime A reductase inhibition on coronary endothelial function. Circulation. 93:e98−e103.

Wiradimadja R. 2007. Dinamika status kolesterol puyuh Jepang (Cortunix cortunix japonica) diberi daun katuk (Sauropus androgynus L Merr) dalam ransum. Bogor. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Tidak dipublikasi.