Hasil Suplementasi dengan Serat Pangan Agar
Mencit jantan hiperkolesterolemia yang tidak diberikan suplementasi serat pangan agar mempunyai bobot badan lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok mencit yang diberikan suplementasi serat pangan agar (Gambar 11). Bobot badan mencit yang diberikan suplementasi serat pangan agar pada kadar serat pangan diet 14% terlihat mengalami penurunan sebesar 10,64%. Suplementasi agar sebesar 18% mampu menurunkan bobot badan mencit hiperkolesterolemia.
Gambar 11. Bobot badan (g) mencit hiperkolesterolemia setelah diberi diet yang disuplementasi serat pangan agar
Suplementasi agar sampai kadar 18% terbukti menurunkan konsentrasi kolesterol total serum dan LDL, serta meningkatkan konsentrasi HDL (p<0,05) mencit hiperkolesterolemia, namun tidak berpengaruh pada konsentrasi trigliserida (Tabel 29). Suplementasi agar 18% (atau setara dengan kadar serat pangan 14%) memberikan penurunan yang paling tinggi, yaitu untuk konsentrasi kolesterol sebesar 17,24%, dan LDL sebesar 83,47%. Hasil ini menunjukkan
bahwa suplementasi agar sampai 14% menghasilkan persentase penurunan terbesar untuk LDL dengan peningkatan konsentrasi HDL paling tinggi, yaitu sebesar 44,40%. Penurunan LDL pada mencit hiperkolesterolemia ini bisa menyamai konsentrasi LDL pada mencit normokolesterolemia. Sementara itu, penurunan kolesterol dan trigliserida serum mencit hiperkolesterolemia yang diberikan suplementasi agar masih belum bisa menyamai mencit normokolesterolemia.
Tabel 29. Rerata konsentrasi lipid darah mencit hiperkolesterolemia setelah diberi diet yang disuplementasi serat pangan agar
Parameter Kadar Serat Diet
K(-) K(+) AG10 AG12 AG14
Kolesterol total (mg/dL) 104,55± 10,11c 221,16± 13,74a 199,37± 8,97b 194,29± 11,66b 188,57± 11,72b Trigliserida (mg/dL) 107,28± 10,38b 152,26± 25,19a 172,17± 14,72a 165,53± 10,86a 163,32± 12,54a HDL-c (mg/dL) 66,99± 8,14d 91,53± 20,15c 119,74± 12,93b 124,67± 16,83b 139,52± 9,50a LDL-c (mg/dL) 16,99± 8,14c 99,18± 10,59a 45,19± 7,45b 36,52± 7,92b 16,39± 5,49c
Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang nyata (p<0,05). Mencit jantan yang diberi pakan normokolesterol tanpa suplementasi agar (K-). Mencit hiperkolesterolemia yang tidak diberikan suplementasi agar (K+), Mencit hiperkolesterolemia setelah diberikan suplementasi agar 5% (AG10), 12% (AG12), dan 18% (AG14)
Serat pangan agar dapat menurunkan (p<0,05) konsentrasi glukosa dalam serum darah mencit jantan hiperkolesterolemia (Gambar 12). Konsentrasi glukosa darah mencit hiperkolesterolemia yang diberikan suplementasi agar dengan kadar serat pangan 18% menurun paling tinggi sebesar 33,81%. Penurunan konsentrasi glukosa mencit jantan yang diberikan suplementasi agar tersebut menyamai konsentrasi glukosa mencit normokolesterolemia. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa serat pangan agar mampu menjaga kadar glukosa dalam darah dengan tidak menggangu penyerapan energi yang berasal dari diet.
Mencit yang diberi diet hiperkolesterolemik tidak diberi suplementasi agar mempunyai kadar kolesterol hati paling tinggi (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok mencit yang diberikan diet standar dan yang diberi diet dengan suplementasi agar (Tabel 30). Mencit hiperkolesterolemia yang diberi suplementasi agar 18% (atau yang setara dengan kandungan serat pangan diet 14%) mengalami penurunan kandungan kolesterol hati sebesar 18,49%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa serat pangan agar dapat menarik asam empedu ke saluran pencernaan sehingga mestimulasi hati mengeluarkan kolesterol untuk pembentukan kembali asam empedu, sehingga konsentrasi kolesterol di hati pun menurun.
Gambar 12. Konsentrasi glukosa (mg/dL) mencit hiperkolesterolemia setelah diberi diet hiperkolesterolemik yang disuplementasi serat pangan agar
Mencit hiperkolesterolemia yang diberi suplementasi agar pada kadar serat berbeda memperlihatkan peningkatan (p<0,05) konsentrasi kolesterol feses dibandingkan dengan mencit hiperkolesterolemia tanpa diberi suplementasi serat pangan agar dan mencit yang diberi diet standar (Tabel 30). Konsentrasi kolesterol feses mencit hiperkolesterolemia yang diberi diet dengan suplementasi agar 5, 12, dan 18% (atau yang secara berurutan setara dengan kandungan serat pangan diet 10%, 12%, dan 14%) meningkat sebesar 56,29%, 57,80%, dan 56,80%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa suplementasi serat pangan agar pada
kadar serat berbeda dapat mengikat kolesterol bersama asam empedu yang berada di saluran pencernaan yang kemudian diekskresikan melalui feses.
Tabel 30. Rerata konsentrasi kolesterol hati dan feses mencit hiperkolesterolemia setelah diberi diet hiperkolesterolemik yang disuplementasi serat pangan agar
Kadar serat diet Kolesterol hati (mg/g) Kolesterol feses (mg/g) K(-) 0,92±0,17b 0,65±0,14b K(+) 1,46±0,26a 0,73±0,13b AG10 1,39±0,23a 1,67±0,28a AG12 1,33±0,24a 1,73±0,18a AG13 1,19±0,20ab 1,69±0,18a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05). Mencit jantan yang diberi pakan normokolesterol tanpa suplementasi agar (K-), Mencit hiperkolesterolemia yang tidak disuplementasi agar (K+), Mencit hiperkolesterolemia setelah disuplementasi agar 5% (AG10), 12% (AG12), dan 18% (AG14).
Hasil Suplementasi Serat Pangan Karagenan
Bobot badan mencit yang diberikan diet hiperkolesterolemik dengan suplementasi serat pangan karagenan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan mencit yang diberikan diet standar dan diet hiperkolesterolemik (Gambar 13). Namun demikian, kelompok mencit hiperkolesterolemia yang disuplementasi serat pangan karagenan 46% (setara dengan serat pangan 14%) mempunyai bobot badan paling rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa suplementasi serat pangan karagenan dapat menurunkan bobot badan mencit jantan hiperkolesterolemia sebesar 7,99%.
Mencit hiperkolesterolemia yang tidak diberikan suplementasi serat pangan karagenan mempunyai konsentrasi kolesterol total serum, trigliserida, dan LDL-c serum tertinggi dengan HDL-c terendah (p<0,05) dibandingkan dengan mencit hiperkolesterolemia yang diberi suplementasi serat pangan karagenan (Tabel 31) Suplementasi serat pangan karagenan 46% (atau yang setara dengan serat pangan diet 14%) menghasilkan penurunan tertinggi untuk kolesterol sebesar 18,78%, trigliserida 17,53%, dan LDL-c 71,33%. Hasil ini menunjukkan bahwa suplementasi karagenan sampai 46% menghasilkan persentase peningkatan HDL-
c paling tinggi sebesar 15,59%. Hasil ini membuktikan bahwa serat pangan karagenan dapat memperbaiki parameter lipid serum mencit jantan hiperkolesterolemia.
Gambar 13. Bobot badan (g) mencit hiperkolesterolemia setelah diberi diet hiperkolesterolemik yang disuplementasi serat pangan karagenan.
Tabel 31. Rerata konsentrasi lipid darah mencit hiperkolesterolemia setelah diberi diet hiperkolesterolemik suplementasi serat pangan karagenan
Parameter Kadar Serat
K(-) K(+) KR10 KR12 KR14 Kolesterol total (mg/dL) 105,83± 8,22c 217,57± 22,36a 193,86± 14,88b 185,61± 17,53b 176,72± 15,79b Trigliserida (mg/dL) 76,89± 8,74c 143,04± 8,74a 136,77± 11,09ab 122,40± 16,72b 117,97± 14,86b HDL-c (mg/dL) 59,36± 5,61c 110,20± 10,45b 138,57± 18,31a 136,90± 9,77a 130,55± 13,37a LDL-c (mg/dL) 31,09± 8,33b 78,75± 11,36a 27,94± 4,41b 24,23± 7,48b 22,58± 8,52b
Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05). Mencit yang diberi diet standar (normokolesterol) tanpa suplementasi karagenan (K-). Mencit hiperkolesterolemia yang tidak disuplementasi karagenan (K+). Mencit hiperkolesterolemia setelah disuplementasi karagenan 15% (KR10), 30% (KR12), dan 46% (KR14).
Serat pangan karagenan tidak mempengaruhi konsentrasi glukosa dalam serum darah mencit jantan hiperkolesterolemia (Gambar 14). Namun, terlihat bahwa konsentrasi glukosa darah mencit hiperkolesterolemia yang diberi suplemetasi serat pangan karagenan 15 dan 30% (atau yang setara dengan serat pangan diet 10% dan 12%) meningkat, walaupun peningkatan tersebut masih berada dalam kisaran normal. Sementara pada kelompok mencit diberi suplementasi serat pangan karagenan 46% (atau yang setara dengan serat pangan diet 14%) menurun kembali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa suplementasi serat pangan karagenan tidak mengganggu proses penyerapan glukosa pada mencit hiperkolesterolemia.
Gambar 14. Konsentrasi glukosa (mg/dL) mencit hiperkolesterolemia setelah diberi diet hiperkolesterolemik yang disuplementasi serat pangan karagenan
Mencit yang diberi diet hiperkolesterolemik tanpa pemberian karagenan mempunyai kadar kolesterol hati yang paling tinggi (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok mencit yang diberikan diet standar dan yang diberikan diet dengan suplementasi karagenan (Tabel 32). Mencit hiperkolesterolemia yang diberi suplementasi karagenan 46% (atau yang setara dengan kandungan serat pangan diet 14%) mengalami penurunan konsentrasi kolesterol hati terbesar
sebesar 38,46%, yang diikuti oleh kelompok mencit hiperkolesterolemia yang diberi suplementasi karagenan 30% (atau yang setara dengan serat pangan diet 12%) sebesar 28,40%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa serat pangan karagenan dapat menarik asam empedu ke saluran pencernaan sehingga menstimulasi hati mensekresikan kolesterol untuk pembentukan kembali asam empedu, sehingga konsentrasi kolesterol di hati pun menurun.
Mencit hiperkolesterolemia yang diberikan suplementasi karagenan sebesar 30% dan 46% (atau yang setara dengan kandungan serat pangan diet 12% dan 14%) mempunyai kadar kolesterol feses yang paling tinggi (p<0,05) dibandingkan mencit yang diberikan diet standar dan tanpa diberi suplementasi karagenan (Tabel 32). Konsentrasi kolesterol feses mencit hiperkolesterolemia yang diberi suplementasi karagenan 46% meningkat sebesar 132,93%. Demikian pula konsentrasi kolesterol feses mencit hiperkolesterolemia yang diberi suplementasi karagenan 15% dan 30% (atau yang setara dengan kandungan serat pangan diet 10% dan 12%) meningkat sebesar 60,97% dan 121,17%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa suplementasi serat pangan karagenan pada kadar serat berbeda dapat mengikat kolesterol bersama asam empedu yang berada di saluran pencernaan yang kemudian diekskresikan melalui feses.
Tabel 32. Konsentrasi kolesterol hati dan feses mencit hiperkolesterolemia setelah diberi diet hiperkolesterolemik yang disuplementasi serat pangan karagenan.
Kadar serat diet Kolesterol hati (mg/g) Kolesterol feses (mg/g) K(-) 1,00±0,31b 0,62±0,04c K(+) 1,69±0,21a 0,82±0,20c KR10 1,64±0,29a 1,32±0,23b KR12 1,21±0,22b 1,83±0,16a KR14 1,04±0,18b 1,91±0,12a
Keterangan : Superskrip yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05). Mencit yang diberi diet standar (normokolesterol) tanpa suplementasi karagenan (K-). Mencit hiperkolesterolemia yang tidak disuplementasi karagenan (K+). Mencit hiperkolesterolemia setelah disuplementasi karagenan 15% (KR10), 30% (KR12), dan 46% (KR14).
Hasil Suplementasi Serat Pangan Bekatul
Bobot badan mencit yang diberikan diet hiperkolesterolemik tanpa suplementasi serat pangan bekatul lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok yang diberi diet normokolesterol dan mencit hiperkolesterol yang diberi suplementasi bekatul (Gambar 15). Seiring dengan tingkat suplementasi serat pangan bekatul 16%, 38%, dan 57% (atau yang setara kadar serat pangan diet 10,12, dan 14%) bobot badan mencit hiperkolesterolemia menurun sebesar 7,73%, 11,98%, dan 10,31%. Artinya, suplementasi serat pangan bekatul dapat menurunkan bobot badan mencit jantan hiperkolesterolemia menjadi normal kembali.
Gambar 15. Bobot badan (g) mencit hiperkolesterolemia setelah diberi diet hiperkolesterolemik yang disuplementasi serat pangan bekatul.
Mencit hiperkolesterolemia yang tidak diberikan suplementasi serat pangan bekatul mempunyai kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL-c serum tertinggi dengan kadar HDL-c terendah dibandingkan dengan mencit hiperkolesterolemia yang diberikan suplementasi bekatul (Tabel 33). Suplementasi bekatul sampai level 57% (atau yang setara dengan kadar serat pangan diet 14%) terbukti menurunkan konsentrasi kolesterol, trigliserida, dan LDL-c, tapi menaikkan konsentrasi HDL-c dalam serum darah mencit hiperkolesterolemia (p<0,05). Suplementasi bekatul 57% memberikan penurunan yang paling tinggi, yaitu untuk konsentrasi kolesterol sebesar 17,28%, trigliserida
sebesar 28,63%, dan LDL-c sebesar 79,18%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa suplementasi bekatul sampai 57% menghasilkan persentase penurunan terbesar untuk LDL-c dengan peningkatan konsentrasi HDL-c paling tinggi, yaitu sebesar 19,61%. Penurunan LDL-c pada mencit hiperkolesterolemia ini bisa menyamai konsentrasi LDL-c pada mencit normokolesterolemia. Sementara itu, penurunan kolesterol dan trigliserida serum mencit hiperkolesterolemia yang diberikan suplementasi bekatul masih belum bisa menyamai mencit normal.
Tabel 33. Rerata konsentrasi lipid darah mencit hiperkolesterolemia setelah diberi diet hiperkolesterolemik yang disuplementasi serat pangan bekatul Parameter Kadar Diet Hiperkolesterolemik
K(-) K(+) BT10 BT12 BT14 Kolesterol total (mg/dL) 115,42± 10,27c 203,39± 21,51a 198,10± 9,97a 174,82± 11,08b 168,25± 10,34b Trigliserida (mg/dL) 80,24± 6,83c 177,70± 19,45a 154,84± 25,91ab 136,41± 27,43b 126,82± 27,14b HDL-c (mg/dL) 72,24± 5,89c 104,33± 11,67b 118,63± 14,87ab 136,90± 9,77a 129,78± 9,67a LDL-c (mg/dL) 26,13± 9,09c 63,52± 15,03a 48,50± 10,73b 20,96± 5,70c 13,12± 4,40c
Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05). Mencit jantan yang diberi diet normokolesterolemik tanpa suplementasi bekatul (K-). Mencit hiperkolesterolemia yang tidak disuplementasi bekatul (K+). Mencit hiperkolesterolemia setelah disuplementasi bekatul 16% (BT10), 38% (BT12), dan 57% (BT14).
Serat pangan bekatul tidak mempengaruhi konsentrasi glukosa dalam serum darah mencit jantan hiperkolesterolemia (Gambar 16). Namun, terlihat bahwa konsentrasi glukosa darah mencit hiperkolesterolemia yang diberi suplemetasi serat pangan bekatul 15 dan 38% (yang setara dengan serat pangan 10% dan 12%) meningkat, walaupun peningkatan tersebut masih berada dalam kisaran normal. Sementara pada kelompok mencit diberi suplemetasi serat pangan bekatul 57% (yang setara dengan serat pangan 14%) menurun kembali.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa suplementasi serat pangan bekatul tidak mengganggu proses penyerapan glukosa pada mencit hiperkolesterolemia.
Gambar 16. Konsentrasi glukosa mencit hiperkolesterolemia setelah diberi diet hiperkolesterolemik yang disuplementasi serat pangan bekatul
Mencit yang diberi diet hiperkolesterolemik tanpa pemberian serat pangan bekatul mempunyai konsentrasi kolesterol hati yang paling tinggi (p<0,05) dibandingkan dengan mencit yang diberi diet normokolesterolemik dan diberi suplementasi serat pangan bekatul (Tabel 34). Mencit hiperkolesterolemia yang diberi suplementasi bekatul 57% (yang setara dengan kandungan serat pangan sebesar 14%) mengalami penurunan konsentrasi kolesterol hati paling tinggi sebesar 57,76%.
Penurunan parameter lipid dalam darah dan kolesterol hati kelihatannya terkait dengan peranan serat diet dalam meningkatkan pembuangan kolesterol melalui feses. Konsentrasi kolesterol dalam feses mencit yang diberi diet hiperkolesterolemik disuplementasi serat pangan bekatul 57% (atau yang setara dengan kadar serat pangan diet 14%) mengalami peningkatan (p<0,05) sebesar 28,41% dibandingkan dengan mencit hiperkolesterolemia tanpa suplementasi serat pangan bekatul (Tabel 34). Hasil tersebut menunjukkan bahwa suplementasi serat pangan bekatul pada mencit hiperkolesterolemia meningkatkan pengeluaran kolesterol di dalam feses.
Tabel 34. Konsentrasi kolesterol hati dan feses mencit hiperkolesterolemia setelah diberi diet hiperkolesterolemik yang disuplementasi serat pangan bekatul
Kadar serat diet Kolesterol hati (mg/g) Kolesterol feses (mg/g) K(-) 0,87±0,146 bc 0,51±0,12 c K(+) 1,61±0,185 a 0,63±0,10 bc BT10 0,84±0,189 bc 0,79±0,11 ab BT12 0,97±0,154 b 0,83±0,23 ab BT3 0,68±0,169 c 0,88±0,17 a
Keterangan : Superskrip yang diikuti oleh huruf kecil (abcd) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata (p<0,05). Mencit jantan yang diberi diet standar (normokolesterol) tanpa suplementasi bekatul (K-). Mencit hiperkolesterolemia yang tidak disuplementasi bekatul (K+). Mencit hiperkolesterolemia setelah disuplementasi bekatul 16% (BT10), 38% (BT12), dan 57% (BT14).
Suplementasi serat pangan agar 18%, karagenan 46%, dan karagenan 57% (atau yang setara dengan kadar serat pangan 14%) dalam diet hiperkolesterolemik menunjukkan hasil paling baik dalam memperbaiki profil lipid darah mencit. Jenis serat pangan karagenan memperlihatkan peran yang lebih baik (p<0,05) dalam memperbaiki profil lipid darah pada mencit jantan hiperkolesterolemia dibandingkan serat pangan agar dan bekatul. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai konsentrasi trigliserida karagenan lebih rendah 21,49% dibandingkan agar dan 11,67% dibandingkan bekatul. Konsentrasi HDL serat pangan karagenan lebih tinggi 5,92% dibandingkan agar dan 4,00% dibandingkan bekatul. Konsentrasi kolesterol feses serat pangan karagenan lebih tinggi 11,51% dibandingkan dengan agar dan 53,93% dibandingkan bekatul. Meskipun bekatul menghasilkan konsentrasi kolesterol total serum dan LDL lebih rendah, namun untuk nilai konsentrasi trigliserida masih tinggi dan pengeluaran konsentrasi kolesterol feses paling rendah. Pembuangan kolesterol melalui feses menunjukkan bahwa serat pangan karagenan dapat menarik kolesterol yang ada dalam saluran pencernaan, dan menarik kolesterol dari peredaran darah dengan meningkatkan sekresi asam empedu ke saluran pencernaan. Oleh karena itu, jenis serat karagenan digunakan untuk membandingkan efektivitas serat pangan dengan obat penurun lipid (simvastatin dan atorvastatin).
PEMBAHASAN
Bobot badan mencit hiperkolesterolemia yang diberi suplementasi serat pangan agar menurun (39,66±1,55 menjadi 35,44±1,34 g) atau sebesar 10,64%; karagenan (39,07±1,34 menjadi 35,95±2,99 g) atau sebesar 7,99%; dan bekatul (38,69±0,37 menjadi 34,70±1,04 g) atau sebesar 10,31% selama 30 hari pada kadar serat diet 14%. Penurunan bobot dapat terjadi karena makanan yang mengandung serat tinggi akan lebih lama untuk dicerna sehingga menyebabkan peningkatan waktu untuk memakan makanan berserat, yang berdampak pada pemunculan rasa kenyang (Slavin 2005, Babio et al. 2010). Di samping itu, serat pangan menunjukkan kemampuannya untuk mengatur asupan energi sehingga meningkatkan penurunan bobot badan atau pemeliharaan bobot badan yang sehat (Slavin 2005, Lattimer dan Haub 2010). Dalam usus, reaksi antara substrat dan pencernaan enzim dengan serat tidak mudah sehingga dapat memperlambat penyerapan nutrien (Babio et al. 2010). Efek konsumsi serat pangan pada bobot badan diduga berhubungan dengan hormon, asupan energi dan/atau fungsi pankreas (Aleixandre dan Miguel 2008). Hasil penelitian ini juga menambahkan informasi bahwa serat pangan agar, karagenan, dan bekatul sangat efektif digunakan untuk menurunkan bobot badan
Konsentrasi kolesterol total serum darah mencit hiperkolesterolemia menurun seiring dengan peningkatan kandungan serat pangan agar (18%), karagenan (46%), dan bekatul (57%) yang masing-masing setara dengan kadar serat pangan 14% dalam diet hiperkolesterolemik. Konsentrasi kolesterol total mengalami penurunan paling tinggi pada mencit hiperkolesterolemia yang diberikan diet hiperkolesterolemik dengan serat pangan 14%. Serat pangan agar menurunkan konsentrasi kolesterol total serum dari 221,16±13,74 menjadi 188, 57±11,72 mg/dL (17,24%), serat pangan karagenan 217,57±22,36 menjadi 176,72±15,79 mg/dL (18,78%), dan serat pangan bekatul 203,39±21,51 menjadi 168,25±10,34 mg/dL (10,31%). Penurunan konsentrasi kolesterol dalam serum darah mencit erat hubungannya dengan peran serat pangan yang terkandung pada agar, karagenan, dan bekatul yang dapat menghambat pencernaan dan penyerapan lemak, termasuk kolesterol (Schneeman 1999). Aksi utama penurunan penyerapan kolesterol pada diet berserat tinggi disebabkan oleh peningkatan ekskresi lemak,
asam empedu, dan kolesterol (Anderson et al. 1994). Akibatnya, penurunan pengiriman kolesterol makanan dalam bentuk kilomikron berakibat langsung pengurangan kolesterol dalam hati (Fernandez 2001). Serat pangan diduga dapat meningkatkan aktivitas enzim kolesterol-7α-hidroksilase yang berkontribusi pada pengurangan kolesterol hati (Roy et al. 2002). Pengurangan kolesterol di hati, mengarah ke efek stimulasi pada aktivitas enzimatik dari HMG-CoA reduktase dalam meningkatkan sintesis kolesterol endogen (Babio et al. 2005, Rideout et al. 2008). Peningkatan ekskresi asam empedu melalui hati berakibat jumlah asam empedu dalam enterohepatik menurun. Hati akan memproduksi asam empedu dengan cara menarik kolesterol dalam darah lebih banyak, sehingga konsentrasi kolesterol dalam darah menurun (van Bannekum et al. 2005).
Suplementasi serat pangan karagenan 46%, dan bekatul 57% dalam diet hiperkolesterolemik (yang masing-masing setara dengan kadar serat pangan 14%) dapat menurunkan konsentrasi trigliserida. Akan tetapi, untuk serat pangan agar 18% belum dapat menurunkan konsentrasi trigliserida. Kadar diet hiperkolesterolemik dengan serat pangan 14% memberikan pengaruh yang paling tinggi pada peningkatan konsentrasi trigliserida. Serat pangan karagenan menurunkan konsentrasi trigliserida dari 143,04±8,74 menjadi 117,97±14,86 mg/dL (17,53%), dan serat pangan bekatul 177,70±19,45 menjadi 126,82±27,14 mg/dL (28,63%). Penurunan konsentrasi trigliserida diduga akibat penurunan absorpsi lemak dalam usus halus (Zhang et al. 1994). Hasil penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa dengan mengkonsumsi 10g bekatul selama 8 minggu dapat menurunkan kolesterol total serum, LDL dan trigliserida (Qureshi et al. 2002).
Suplementasi serat pangan agar 18%, karagenan 46%, dan bekatul 57% dalam diet hiperkolesterolemik (yang masing-masing setara dengan kadar serat pangan 14%) dapat menurunkan kadar LDL. Kadar diet hiperkolesterolemik dengan serat pangan 14% memberikan pengaruh yang paling baik pada peningkatan konsentrasi LDL. Serat pangan agar menurunkan konsentrasi LDL dari 99,18±10,59 menjadi 16,39±5,49 mg/dL (83,47%), serat pangan karagenan 78,75±11,36 menjadi 22,58±8,52 mg/dL (71,33%), dan serat pangan bekatul 63,52±15,03 menjadi 13,12±4,40 mg/dL (79,18%). Penurunan konsentrasi trigliserida dan LDL berhubungan dengan penurunan kadar kolesterol total.
Hubungan penurunan tersebut bersifat searah, yaitu apabila kadar kolesterol total serum mengalami penurunan maka konsentrasi trigliserida dan LDL serum juga akan menurun. Adanya suplementasi serat pangan agar, karagenan, dan bekatul kebutuhan kolesterol dalam hati dapat terpenuhi dengan meningkatnya penyerapan kolesterol bebas yang terikat dalam lipoprotein plasma, pelepasan kolesterol bebas dari penyimpanan intraseluler dalam bentuk ester kolesterol dan membran kolesterol atau dengan sintesis kolesterol hati (Fernandez 2001; Rideout 2007). Konsumsi berbagai jenis serat larut telah terbukti meningkatkan tingkat katabolik fraksi LDL (Vergara-Jimenez et al. 1998) dan ekspresi LDL hati (Fukushima et al. 2001; Han et al. 2004). Penurunan LDL sangat diharapkan karena mengurangi risiko aterosklerosis.
Konsentrasi HDL mencit hiperkolesterolemia meningkat seiring dengan peningkatan kandungan serat pangan agar 18%, karagenan 46%, dan bekatul 57% dalam diet hiperkolesterolemik (yang masing-masing setara dengan kadar serat pangan 14%). Kadar diet hiperkolesterolemik dengan serat pangan 14% memberikan pengaruh yang paling tinggi pada peningkatan konsentrasi HDL. Serat pangan agar meningkatkan konsentrasi HDL dari 91,53±20,15 menjadi 139,52±9,50 mg/dL (40,40%), serat pangan karagenan 110,20±10,45 menjadi 130,55±13,37 mg/dL (15,59%), dan serat pangan bekatul 104,33±11,67 menjadi 129,78±9,67 mg/dL (19,61%). Hal tersebut diduga seiring dengan pengurasan kolesterol dalam darah oleh hati, maka sintesis HDL pun meningkat untuk memenuhi kebutuhan kolesterol. HDL sering disebut kolesterol “baik” karena merupakan lipoprotein yang mengangkut lipid dari perifer menuju ke hepar. Oleh karena molekulnya yang relatif kecil dibanding lipoprotein lain, HDL dapat melewati sel endotel vaskuler dan masuk ke dalam intima untuk mengangkut kembali kolesterol yang terkumpul dalam makrofag, di samping HDL juga mempunyai sifat antioksidan sehingga dapat mencegah terjadinya oksidasi LDL. Rendahnya konsentrasi HDL di dalam darah akan meningkatkan risiko aterosklerosis dan penyakit jantung koroner (Moeliandari dan Wijaya 2002).
Suplementasi serat pangan agar 18% (atau setara dengan kadar serat makanan pangan 14%) dalam diet hiperkolesterolemik dapat menurunkan konsentrasi glukosa. Akan tetapi, untuk serat pangan karagenan 46% dan bekatul
57% tidak mempengaruhi konsentrasi glukosa. Kadar diet hiperkolesterolemik dengan serat pangan 14% memberikan pengaruh yang paling tinggi pada peningkatan konsentrasi glukosa. Serat pangan agar menurunkan konsentrasi glukosa dari 66,51±7,27 menjadi 44,02±9,03 mg/dL (33,81%). Pemberian serat pangan simultan dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan tingkat glikemik dalam serum, yaitu dengan cara memperlambat penyerapan kolesterol hati melalui efek pengosongan lambung dan viskositas hati; serta menurunkan respon insulin. Serat pangan larut memiliki efek menghambat difusi kolesterol hati dan menunda penyerapan dan pencernaan karbohidrat (Ou et al. 2001; Galisteo et al. 2008), akibatnya konsentrasi glukosa menurun. Karagenan jenis Eucheuma cottoni mampu menurunkan kadar gula darah tikus Wistar yang hyperglycemic diabetic (dependence diabetic mellitus) dengan cepat bergantung pada kosentrasi yang diberikan (Hardoko 2007).
Konsentrasi kolesterol hati mencit hiperkolesterolemia menurun setelah diberi suplementasi serat pangan agar 18%, karagenan 46%, dan bekatul 57% dalam diet hiperkolesterolemik (yang masing-masing setara dengan kadar serat pangan 14%. Kadar diet hiperkolesterolemik dengan serat pangan 14% memberikan pengaruh yang paling tinggi pada penurunan konsentrasi kolesterol hati. Serat pangan agar menurunkan konsentrasi kolesterol hati dari 1,39±0,23 menjadi 1,19±0,20 mg/dL (18,49%), serat pangan karagenan 1,69±0,21 menjadi 1,04±0,18 mg/dL (38,46%), dan serat pangan bekatul 1,61±0,19 menjadi 0,68±0,17 mg/dL (57,46%). Penurunan konsentrasi kolesterol hati dapat disebabkan diet yang mengandung serat pangan yang tinggi memiliki pengaruh pada proses sintesis kolesterol di dalam hati (Ytialo et al. 2002). Salah satu interpretasi yang mungkin dari fenomena ini adalah bahwa kolesterol ditarik dari hati untuk menggantikan diet kolesterol dan/atau asam empedu yang dikeluarkan dari saluran pencernaan oleh komponen serat larut (Martiniez et al. 1992). Penurunan konsentrasi kolesterol dalam hati disebabkan oleh kolesterol yang disintesis oleh hati langsung digunakan untuk mengkompensasi asam empedu yang hilang (Panlasigui et al. 2003). Serat pangan dapat mengurangi laju penyerapan kolesterol hati, sehingga tubuh tidak akan mengalami kelebihan kolesterol hati (Lyly et al. 2004).
Konsentrasi kolesterol feses mencit hiperkolesterolemia meningkat setelah diberi suplementasi serat pangan agar 18%, karagenan 46%, dan bekatul 57% dalam diet hiperkolesterolemik (yang masing-masing setara dengan kadar serat pangan 14%). Kadar diet hiperkolesterolemik dengan serat pangan 14% memberikan pengaruh yang paling tinggi pada peningkatan konsentrasi kolesterol feses. Serat pangan agar menurunkan konsentrasi kolesterol feses dari 0,73±0,13 menjadi 1,69±0,18 mg/dL (56,80%), serat pangan karagenan 0,82±0,20 menjadi 1,91±0,12 mg/dL (132,93%), dan serat pangan bekatul 0,63±0,10 menjadi 0,88±0,17 mg/dL (28,47%). Peningkatan kolesterol feses diduga berhubungan dengan peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh yang terbuang bersama hati. Keberadaan serat yang tinggi dalam diet akan meningkatkan ekskresi lemak melalui hati (Zhou et al. 2006) termasuk kolesterol. Secara normal makanan yang mengandung lemak atau kolesterol akan diemulsifikasikan di dalam usus halus supaya air dan enzim dapat bekerja mencerna lemak sehingga dapat dapat tercampur dengan baik dan partikelnya menjadi lebih kecil. Pada waktu lemak memasuki usus halus, hormon kolesistokinin memberi signal kepada kandung empedu untuk mengeluarkan cairan empedu yang berperan sebagai bahan emulsi. Namun, karena adanya serat pangan agar, karagenan, dan bekatul terjadi