• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDUKSI DIET HIPERKOLESTEROLEMIK PADA MENCIT JANTAN SEBAGAI HEWAN MODEL HIPERKOLESTEROLEMIA

ABSTRAK

Hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor risiko yang paling penting dalam pengembangan dan perkembangan aterosklerosis yang menyebabkan penyakit kardiovaskular. Faktor makanan yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol diyakini secara langsung berhubungan dengan hiperkolesterolemia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh induksi diet hiperkolesterolemik pada mencit jantan sebagai hewan model hiperkolesterolemia. Mencit percobaan ditempatkan dalam suatu rancangan acak lengkap faktorial 4x4. Faktor pertama ialah diet hiperkolesterolemik dengan kadar lemak berbeda, yaitu 0, 8, 10, dan 12%. Faktor kedua ialah waktu pemberian diet hiperkolesterolemik, yaitu 0, 10, 20, dan 30 hari. Parameter yang diukur adalah konsentrasi kolesterol total serum, HDL-c, LDL-c, trigliserida, dan glukosa yang dianalisis dengan metode enzimatis kolorimetri masing-masing menggunakan Kit Boehringer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diet hiperkolesterolemik dengan kadar lemak 12% yang diberikan selama 30 hari dapat meningkatkan bobot badan, konsentrasi kolesterol total serum, HDL-c, LDL-c, trigliserida, dan glukosa. Diet hiperkolesterolemik pada kadar lemak 12% dapat meningkatkan bobot badan sebesar 12,59%, konsentrasi kolesterol total serum sebesar 30,05%, konsentrasi trigliserida sebesar 15,66%, konsentrasi HDL-c sebesar 5,31%, konsentrasi LDL-c sebesar 56,98%, dan konsentrasi glukosa sebesar 24,54%. Apabila dilihat berdasarkan waktu pemberian pakan hari ke-30, bobot badan mencit meningkat sebesar 17,87%, konsentrasi kolesterol serum sebesar 21,55%, konsentrasi trigliserida sebesar 19,30%, konsentrasi HDL- c sebesar 2,00%, konsentrasi LDL-c sebesar 49,78%, dan konsentrasi glukosa sebesar 5,56%. Simpulan penelitian menunjukkan bahwa induksi diet hiperkolesterolemik dengan kadar lemak 12% yang diberikan selama 30 hari menyebabkan mencit jantan mengalami hiperkolesterolemia.

Kata kunci: Hiperkolesterolemia, HDL-c, kolesterol total serum, LDL-c, trigliserida.

ABSTRACT

Hypercholesterolemia is one of the most important risk factors in the development and progression of atherosclerosis which causes cardiovascular disease. Foods with high saturated fat and cholesterol are believed to be directly associated with hypercholesterolemia. An experiment was conducted to study the influence of hypercholesterolemic diet to induce in hypercholesterolemia in male mice as an animal model. The experimental mice were assigned into a completely randomized factorial design. The first factor was hypercholesterolemic diet with different fat levels (0, 8, 10, and 12%), and the second factor was the duration of feeding of hypercholesterolemic diet (0, 10, 20, and 30 days). The parameters measured were serum concentrations of total cholesterol, HDL-c, LDL-c,

triglycerides, and glucose that were analyzed by enzymatic colorimetric methods, using Boehringer kit. The results showed that diet with 12% fat given for 30 days could increase body weight, serum concentrations of total cholesterol, HDL-c, LDL-c, triglycerides, and glucose. Hypercholesterolemic diet with 12% fat increased body weight, total serum cholesterol concentration, triglycerides concentration, HDL-c concentration, LDL-c concentration, and glucose concentration by 12.59, 30.05, 15.66, 5.31, 56.98, and 24.54%, respectively. Feeding of cholesterolemic diet for 30 days increased body weight, total serum cholesterol concentration, triglyceride concentration, HDL-c concentration, concentration of LDL-c, and glucose concentration of by 17.87, 21.55, 19.30, 2.00, 49.78, and 5.56%, respectively. It was concluded that feeding the experimental mice with hypercholesterolemic diet with 12% fat content for 30 days induced hypercholesterolemia.

Keywords: Hypercholesterolemia, HDL-c, cholesterol total serum, LDL-c, triglyceride.

PENDAHULUAN

Diet hiperkolesterolemik adalah diet yang sengaja dibuat untuk meningkatkan konsentrasi kolesterol darah pada hewan percobaan. Beberapa penelitian sebagai upaya untuk merangsang hiperkolesterolemia pada tikus antara lain adalah dengan memberikan pakan yang mengandung kolesterol dan trigliserida tinggi (Lichtman et al. 1999). Terdapat hubungan yang sangat erat antara kadar kolesterol diet dan kadar kolesterol dalam darah. Peningkatan kolesterol dalam darah bersifat sinergis, apabila makanan mengandung kolesterol dikonsumsi bersama lemak yang tinggi, maka kadar kolesterol darah akan meningkat (Milo 2005). Perubahan yang terlihat pada hewan model setelah diinduksi dengan pakan kolesterol dan atau lemak tinggi ialah pengurangan konsentrasi HDL-c tanpa apo-E, peningkatan HDL-c dengan apo-E, peningkatan LDL-c dan VLDL (Dhanya dan Hema 2008). Mengkonsumsi lemak berlebihan mengakibatkan hiperlipidemia dengan meningkatnya Apo-B kolesterol dan kadar LDL-c. Meningkatnya Apo-B kolesterol dihubungkan dengan berkurangnya fungsi reseptor LDL (Verd et al. 1999).

Konsentrasi kolesterol tinggi dalam darah dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak atau kolesterol tinggi secara terus menerus. Telur merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi dan disukai masyarakat, namun mempunyai faktor pembatas yang dikhawatirkan akan

mengganggu kesehatan, yaitu peningkatan konsentrasi kolesterol. Setiap telur mempunyai kadar kolesterol yang bervariasi antara 200-250 mg (Griffin 1992). Kuning telur segar mempunyai kadar air 77,44%, kolesterol 66,12%, bahan kering, dan -karoten 0,04%, lebih tinggi dibadingkan dengan telur bubuk kering dengan kandungan air 4,55%, kolesterol 5,6β%, dan -karoten 0,04% (Indratiningsih 1991). Kuning telur merupakan komponen lemak yang terdiri atas 65,5% trigliserida, 5,2% kolesterol, dan 28,3 % fosfolipid (Sirait 1986).

Minyak kelapa merupakan salah satu sumber lemak nabati yang mengandung lemak jenuh tinggi mencapai 93% (Seneviratne et al. 2011). Minyak kelapa mengandung asam laurat (C12:0) dan asam miristat (C14:0), total asam lemak jenuhnya mencapai 91% (Banzon dan Velasco 1982). Asam lemak miristat berpotensi lebih tinggi menyebabkan hiperkolesterolemia, diikuti asam palmitat dan laurat (Cox et al. 1995). Diet yang mengandung asam lemak jenuh dapat meningkatkan kolesterol total plasma dan LDL-c, dibandingkan dengan asam lemak tidak jenuh ganda (Kris-Etherton dan Shaomei 1997; Seneviratne et al. 2011). Pengurangan lemak jenuh dalam diet sebesar 7% akan menurunkan LDL-c (National Heart Foundation of Australia, 1999). Asam lemak jenuh menyebabkan dislipidemia atherogenik yang ditandai dengan peningkatan LDL-c, penurunan HDL-c, dan peningkatan trigliserida, yaitu faktor tersebut merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular (Feinman 2010).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk di bidang biomedis, telah menggunakan hewan coba sebagai model untuk mengobservasi perkembangan suatu penyakit tertentu. Hewan model merupakan hewan bukan manusia yang menderita penyakit dengan kondisi patologis dan memperlihatkan gejala klinis yang sama dengan manusia (Dhanya dan Heman 2008). Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan hewan model dapat memperjelas patogenesis penyakit pada manusia. Hal tersebut sangat membantu dalam evaluasi proses patogenesis, serta usaha pencegahan dan pengobatan penyakit.

Salah satu tahap penelitian zat (obat, makanan) atau alat baru adalah bahwa zat atau alat baru tersebut sebelum diujikan pada manusia terlebih dahulu diuji pada hewan coba dan diperoleh hasil kesimpulan yang cukup aman. Hewan

model yang sering digunakan ialah ayam, burung, babi, monyet, kelinci, anjing, kucing, tikus, marmot, hamster, dan mencit (Moghadasian et al. 2001; Moghadasian 2002; Matos et al. 2005; Dhanya dan Heman 2008). Hewan coba yang paling banyak digunakan adalah mencit dan tikus karena mudah diperoleh dalam jumlah banyak, mempunyai respons yang cepat, memberikan gambaran secara ilmiah yang mungkin terjadi pada manusia dan harganya relatif murah (Sihombing dan Raflizar 2010). Faktor lain yang menyebabkan mencit dan tikus dipilih sebagai hewan model ialah dapat dikorbankan setelah proses penyakit seluruhnya dipelajari, karena masa hidupnya yang pendek dan cepat berkembang biak (Dhanya dan Heman 2008). Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis induksi diet hiperkolesterolemik pada hewan model mencit jantan agar mengalami hiperkolesterolemia.

BAHAN DAN METODE