• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterlibatan Fuad Amin dalam Politik Lokal Bangkalan

Bagan IV.2. Bangunan Dinasti Politik Fuad Amin Periode 2008-2013

C. Keterlibatan Fuad Amin dalam Politik Lokal Bangkalan

C. Keterlibatan Fuad Amin dalam Politik Lokal Bangkalan

Sebelum Fuad Amin benar-benar terjun ke dalam pusaran politik praktis di Bangkalan, Fuad merupakan salah seorang pengusaha yang bergerak di bidang penyedia layanan umroh dan juga sebagai salah satu unit penyalur tenaga kerja ke luar negeri. Keterlibatannya dalam politik praktis, praksis dimulai semenjak dirinya pertama kali didaulat untuk menggantikan ayahnya, almarhum Kiai Amin Imron sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Partai PPP. Keterlibatan ini terus berlanjut sampai akhirnya Fuad kemudian terpilih kembali menjadi anggota DPR RI dari Fraksi PKB untuk masa jabatan antara tahun 1999-2003. Bersama PKB, Fuad Amin dipilih sebagai calon dewan DPR RI Dapil Madura dengan nomor urut satu, karena memang sistematika nomor urut masih berlaku saat itu. Hal ini dilakukan untuk mengangkat suara PKB di dapil Madura.90

Kepindahan Fuad Amin dari partai PPP ke partai PKB tersebut merupakan fenomena umum yang juga banyak melanda kalangan kiai waktu itu. Terlebih, Madura merupakan wilayah yang didominasi oleh kalangan kiai-kiai NU. Para

88 Wawancara Pribadi dengan AAR. 89 Wawancara Pribadi dengan AAR.

130

kiai yang secara ideologi memiliki hubungan dekat dengan Nahdlatul Ulama akan merasa bertanggung jawab untuk turut serta membesarkan dan mendukung pendirian Partai PKB dengan cara ikut berbondong-bondong masuk ke dalamnya.91 Magnet yang memicu ekspansi ini tidak lain adalah karena ketokohan Gusdur yang sanggup merepresentasikan dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ruh NU itu sendiri.

Begitu pula halnya dengan Fuad Amin. Sebagai salah seorang keturunan kiai besar NU, Fuad pun merasa memiliki tanggung jawab atas keberlangsungan partai yang baru terbentuk itu. Maka tak aneh bila akhirnya Fuad turut serta berpindah partai, dari PPP ke PKB. Bermula dari partai PKB inilah kemudian karir politik Fuad Amin terus menanjak sampai sukses menghantarkannya menjadi Bupati Bangkalan selama dua periode berturut-turut, yaitu masa jabatan tahun 2003-2008, dan masa jabatan tahun 2008-2013.

Sewaktu Fuad pertama kali memasuki arena politik lokal di Bangkalan, kondisi dan keadaan politiknya hampir sama dengan daerah-daerah lainnya yang ada di Indonesia. Masyarakat sedang gegap gempitanya merayakan euforia atas runtuhnya rezim lama, orde baru. Sedang Fuad sendiri yang telah lama duduk di kancah politik nasional, saat masuk ke arena politik lokal di Bangkalan, belum banyak mendominasi elemen serta kekuatan politik yang ada di dalamnya. Pengaruh waktu itu sepenuhnya masih dipegang oleh KH. Abdullah Schal, salah satu sepupu Fuad Amin dari keluarga Bani Kholil.92

91 Wawancara Pribadi dengan AAR. 92 Wawancara Pribadi dengan AHS.

131

Memang sewaktu KH. Abdullah Schal masih hidup, Schal merupakan orang tertua di antara keluarga Bani Kholil lainnya. Schal merupakan salah seorang kiai besar yang juga berpengaruh. Bahkan untuk beberapa hal, KH. Abdullah Schal selalu menjadi rujukan dalam berbagai persoalan masyarakat, baik yang menyangkut persoalan-persoalan sosial maupun politik yang ada di Bangkalan. Mohammad Fatah sendiri (mantan Bupati Bangkalan era orba) sejatinya masih berada di bawah perlindungan Kiai Abdullah Sachal ini.93 Tapi hal ini tidak lantas mengindikasikan bahwa KH. Abdullah Sachal termasuk ke dalam lingkaran orba. Karena pasca Soeharto tumbang, Mohammad Fatah masih menjabat sebagai Bupati Bangkalan. Kedekatan ini dapat diartikan hanya sebatas penghormatan Mohammad Fatah kepada Kiai Abdullah Schal yang Fatah anggap sebagai guru spiritualnya.94 Hampir mirip dengan pendapat yang dikemukakan MH, AAR berpendapat bahwa:

“Dukungan KH. Abdullah Schal kepada Fatah tentu bukan karena K. Abdullah bagian dari orba tapi salah satunya, 1). karena faktor menjaga keharmonisan keluarga karena dengan mendukung Fatah maka ketiga orang calon dari PKB yang kebetulan masih satu rumpun akan mudah diredam. 2). Kepemimpinan Fatah masih dianggap bisa dikendalikan oleh kiai sehingga meskipun dari Golkar tidak akan merugikan perjuangan PKB dalam membangun Bangkalan. 3). Dukungan KH. Abdullah semakin besar kepada Fatah mana kala yang memenangkan penjaringan adalah FA, mungkin karena dalam pandangan kiai, FA tak akan bisa menjadikan Bangkalan lebih

baik”95

Dengan mulai diberlakukannya undang-undang otonomi daerah pada tahun 2001, otomatis wewenang dan kekuasaan daerah semakin besar. Berbeda halnya sewaktu orde Soeharto masih berkuasa, dimana kewenangan dan otoritas pemerintah lokal sangat begitu kecil. Bahkan, pemilihan kepala daerah di masa

93 Wawancara Pribadi dengan AHS.

94 Wawancara Pribadi dengan MH via telepon, 02 Maret 2016. 95 Wawancara Pribadi dengan AAR via SMS, 21 Maret 2016.

132

orba, seringkali diliputi berbagai macam intervensi yang Soeharto lakukan. Orang-orang bayangan pusat ini sengaja ditaruh sebagai calon yang nantinya dapat menjaga kepentingan pusat di daerah.

Kondisi masyarakat yang menaruh anti-pati pada rezim orba semenjak orba runtuh, juga mereka tujukan kepada orang-orang yang berada di lingkaran pemerintahan lama. Yang dalam hal ini adalah pejabat-pejabat pemerintahan daerah dulu yang masih memiliki jejaring dengan Soeharto. Mereka turut menjadi sasaran luapan kekecewaan masyarakat yang bertahun-tahun terbengkalai hak politiknya, dan dinafikan keberadaannya. Maka bukan perkara mudah bagi orang-orangan orba, khususnya mereka yang berada di daerah, untuk kembali memenangkan kontestasi pemilu di aras lokal pasca desentralisasi diterapkan. Walaupun sebagian dari mereka tetap ada bahkan melestarikan dominasi politiknya hingga saat ini. Gambaran politik lokal pasca Soeharto di atas, juga mendeskripsikan pengalaman yang terjadi di Bangkalan saat itu. Fuad Amin yang tidak memiliki korelasi dengan rezim pemerintahan Soeharto, mempunyai modal besar untuk memenangkan pemilihan kepala daerah di Bangkalan.

Runtuhnya dominasi orba faktanya dimanfaatkan secara maksimal oleh elit Bangkalan untuk mengkonsep kembali struktur bangunan kepemimpinan yang ada di Bangkalan pasca reformasi. Karena itu, munculnya sosok kiai pasca reformasi diimplementasikan, merupakan konsep yang lahir dari pemikiran elit lokal, khususnya mereka-mereka yang memiliki perhatian khusus di dunia

133

pesantren, bahwa peluang dari keruntuhan pemerintahan orba mesti dimanfaatkan sebesar-besarnya.96

Pada pilkada 2003 di Bangkalan, sebenarnya ada dua pilihan kuat bakal calon lainnya selain Fuad Amin. Bahkan kedua calon tersebut lebih kuat ketimbang Fuad Amin itu sendiri. Kedua-duanya berasal dari keluarga yang sama: yakni keluarga Bani Kholil. Pertama adalah Kiai Imam Bukhori Kholil, kedua adalah Kiai Syafii Rofii. Kiai Imam Bukhori Kholil merupakan ketua PCNU Bangkalan yang memprakarsai lahirnya PKB di Bangkalan. Sedangkan Kiai Syafii Rofii merupakan ketua DPC PKB di Bangkalan. Terpilihnya Fuad Amin dalam penjaringan di internal partai PKB tidak terlepas dari beberapa trik sabotase yang Fuad Amin lakukan terhadap kedua pasangan ini.97

“Gini, karena waktu itukan kita sedang euforia ya, bagaimanapun kesempatan pertama di era reformasi, dunia pesantrenlah paling tidak yang sedang mengonsep parlemen ini, harus mengusung calonnya sendiri, nah karena memang pak fuad ini secara trah itu nyambung dengan Kia Amin, dimana sosok ki amin ini betul-betul menjadi sosok yang sangat kharismatik pada masa hayatnya, jadi kemunculan pak fuad ini mudah diterima oleh masyarakat walaupun sebetulnya pada saat itu kan yang paling kuat itu ada pada dua figur yang lain, yaitu Kiai Imam Bukhori, sebagai ketua PCNU waktu itu yang membidani lahirnya PKB di Bangkalan, kemudian yang kedua Kiai Syafii Rofii sebagai ketua DPC waktu itu. DPC PKB. Tapi ya semacam ada, ya biasalah ada semacam sabotase politik sehingga kemudian kesempatan dari dua tokoh ini menjadi terpotong dan yang naik justeru pak Fuad”.98

Awalnya, keikutsertaan Fuad Amin dalam pilkada di Bangkalan untuk pertama kali banyak menuai penolakan dari sebagian keluarga besar Bani Kholil. Sebagai keluarga kiai terkemuka seantero nusantara, mereka khawatir, apabila nantinya Fuad Amin berhasil menduduki jabatan sebagai seorang bupati.

96 Wawancara Pribadi dengan AAR. 97 Wawancara Pribadi dengan AAR. 98 Wawancara Pribadi dengan AAR.

134

Kekhawatiran ini timbul karena dua faktor, pertama Fuad merupakan keturunan paling sepuh di antara mereka sepeninggal KH. Abdullah Schal, kedua karena Fuad adalah anggota keluarga yang dianggap memiliki intensitas hubungan yang sangat intim dengan kalangan blater. Dengan dua alasan ini, sangat jelas apabila kemudian Fuad dapat disimpulkan sebagai orang terkuat di antara Bani Kholil dan juga orang terkuat di Bangkalan.99 Bahkan tak sedikit kemudian dari masyarakat yang juga menyebutnya sebagai salah satu tokoh Kiai-Blater.

Tetapi kegelisahan akan besarnya dominasi yang nanti akan Fuad dapatkan bila dia berhasil menjadi bupati bangkalan – sebagaimana yang juga dirasakan oleh keluarga besar di masa-masa awal itu – pernah juga diutarakan oleh Ahmad Ali Ridho selaku keponakan Fuad Amin kepada dirinya.100 Kekhawatiran ini tentu tertuju pada satu hal: bagaimana cara mengontrol kekuasaan Fuad Amin nantinya. Keberatan itu dia ceritakan dan dia pertanyakan kembali pada diri Fuad Amin secara langsung. Tetapi tanggapan yang Fuad Amin berikan pada waktu itu hanya sebatas bahwa pencalonan ini murni sebagai pengabdiannya terhadap masyarakat. Di tengah usia yang semakin udzur, Fuad Amin ingin memberikan sesuatu yang berarti di sisa hidupnya itu.

“...Kenapa kemudian dari kami ini mendukung waktu itu ada pada

posisinya pak fuad ya, karena memang dari saya sendiri melihat bahwa sosok pak fuad ini sosok yang bisa dibuat lokomotif pembaharuan. Nah saya sendiri secara kepribadian kan tidak kenal pada dia ya, hanya kenal dari (apa ya hanya dengar cerita-cerita sekilas saja) bahwa dia blater bahwa dia begini, tapi tidak kenal sejauh mana sebetulnya pak fuad itu sendiri. Sehingga ketika pak fuad mengajak saya untuk mendukung dia menuju jabatan bupati itu, saya sendiri sebenarnya waktu itu nanya ke beliau: Man, apakah, apa memang harus sampean? Apa tidak sebaiknya yang lain, saya sempat seperti itu, kemudian, dianya bilang: loh, kalau bukan aku lalu siapa gitu? saya

99 Wawancara Pribadi dengan AAR. 100 Wawancara Pribadi dengan AAR.

135

bilang: man, untuk tokoh-tokoh, karena saya masih anak-anak, tentu lebih kenal jenengan, kalau saya sendiri kan tidak tahu, siapa yang harus didukung yang harus dimajukan, saya sendirikan kurang tahu, cuma kalau dalam pemikiran saya, paman ini salah satu keluarga yang dituakan, kalau kemudian paman ini nanti berhasil menjabat sebagai bupati, dan ternyata misalnya paman itu melakukan kesalahan-kesalahan dalam memimpin, lalu yang akan mengingatkan paman itu siapa, mengingat yang lain itu masih bisa dikatakan semuanya di bawah pengaruh paman seperti itu. Akhirnya beliau bilang gini ke saya: Mad, aku ini sekarang posisinya sudah menjadi DPR RI, secara kedudukan, saya sudah punya jabatan, secara finansial walaupun tidak kaya-kaya banget, tapi sudah bisa dikategorikan termasuk yang terkaya di antara keluarga. Jadi saya ingin meraih jabatan bupati ini bukan karena mengejar jabatan dan bukan karena mencari uang. Saya ingin memulai pengabdian saya di tengah-tengah masyarakat Bangkalan. Karena saya mulai dari kecil sampai muda, sampai sekarang saya ini selalu berada di luar daerah. Nah, saya sekarang sudah tua, umur saya sudah menginjak 60, ayolah bantu saya, bantu aku, untuk bisa jadi bupati, biar aku ini bisa mengabdikan sisa hidupku untuk masyarakat. Makanya saya kemarin terus terang terkejut, ketika dia di persidangan mengungkap (di tayangan metro tv itu) dia sudah mengaku punya kekayaan yang ratusan miliar sebelum jadi bupati. Itu saya bisa pastikan itu bohong besar itu. Karena waktu itu yang diungkap (apa ya), yang saya tahu untuk biaya mencalonkan aja, dia itu masih minta sana-sini”.101

Tetapi kekhawatiran keluarga terhadap kekuatan Fuad Amin yang berlebih itu segera sirna setelah Fuad berhasil menduduki posisinya sebagai bupati. Respon keluarga pun pada akhirnya berbalik arah, dari yang semula menolak, kini di antara keluarga bani kholil, sebagian di antaranya bahkan serta merta melebur menjadi unsur penunjang fondasi kekuatan dominasi Fuad Amin di Bangkalan.102 Walaupun memang sebagian yang lain tetap konsisten pada misi awal mereka untuk tetap berupaya melakukan kontrol terhadap pemerintahan Fuad Amin.

“... cuma sayangnya, ketika pak fuad ini sukses untuk meraih jabatan

bupati ini, lambat laun, sikap kritis dari keluarga terhadap Ra fuad ini cenderung berkurang, dan bahkan akhirnya semuanya melebur menjadi satu

kekuatan untuk menopang kekuatan Pak Fuad itu sendiri”.103

101 Wawancara Pribadi dengan AAR. 102 Wawancara Pribadi dengan AAR. 103 Wawancara Pribadi dengan AAR.

136

Tapi halangan demi halangan silih berganti menerpa ambisi Fuad Amin untuk menjadi bupati. Setelah sempat mendapatkan penolakan dari keluarga besar di masa-masa awal pengusungannnya sebagai bupati, Fuad Amin kembali diterpa masalah serius. Kendala Fuad Amin kali ini terkait dengan masalah ijazah palsu yang ia pakai untuk melengkapi persyaratan dan ketentuan administrasi sebagai kandidat calon bupati. Hal ini tentu inkonstitusional, bahkan kemungkinan KPU mengeliminisir Fuad dari arena pilkada sangat besar. Untuk bisa lolos dari proses verifikasi di KPU tersebut, pada akhirnya, dengan segala cara, Fuad Amin mencari dukungan ke berbagai partai politik dan seluruh elemen masyarakat yang ada di Bangkalan. Sebab dengan adanya dukungan solid yang diberikan oleh partai politik serta masyarakat, maka bukan tidak mungkin hal ini secara tidak langsung akan memberikan tekanan kepada pemerintah pusat, dengan seolah-olah memberikan opini bahwa bila proses pencalonan ini gagal, apalagi setelah pemilihan dan menang kemudian tidak dilantik, kemungkinan akan terjadinya chaos serta kerusuhan di masyarakat akan sangat mungkin terjadi.104 Karena faktanya, pada pemilihan yang masih dilakukan melalui voting di dewan tersebut, Fuad Amin mampu meraih dukungan yang signifikan. Dari 45 anggota dewan, Fuad Amin mampu meraih 42 suara.105

Setelah informasi tentang penggunaan ijazah palsu Fuad Amin ini merebak ke ruang publik, banyak di antara dukungan kiai dan keluarga yang akhirnya kembali antipati. Apalagi dukungan Kiai Abdullah Schal pada waktu itu

104 Wawancara Pribadi dengan AAR. 105 Wawancara Pribadi dengan AAR.

137

diarahkan kepada Mohammad Fatah, bupati incumbent sebelumnya,106 meskipun pencalonan Fatah akhirnya telah terlebih dulu gagal sebelum dirinya benar-benar turut dalam kompetisi.

Di masa-masa awal pencalonan Fuad Amin; Khozein Abdul Karim, Imron Fatah, dan Ahmad Ali Ridho merupakan salah satu unsur dari kalangan keluarga yang pertama-tama menunjukan sikap simpatinya atas pencalonan Fuad Amin. Alasan yang terbesit yang menjadikannya mendukung pencalonan Fuad Amin pada waktu itu menurut Ahmad Ali Ridho adalah bahwa Fuad Amin merupakan sosok yang ideal bagi lokomotif pembaharuan di Bangkalan.107

Pada pilkada awal Bangkalan pasca reformasi itu, ada lima orang yang juga terlibat menjadi tim inisiator awal pencalonan Fuad Amin di Bangkalan. Selain Ahmad Ali Ridho dan Imron Fatah, mereka adalah: Aliman Haris, Syafiudin Asmoro, dan Khosun Mizan. Salah satu pelecut semangat yang mendasari mereka untuk terlibat aktivitas voluunter di lingkaran pencalonan Fuad Amin di masa periode awal untuk pertama kalinya di Bangkalan itu adalah bagaimana agar Bangkalan tidak lagi dikuasai oleh unsur-unsur rezim orde baru.108 Sebab salah satu unsur orde baru yang ada di Bangkalan saat itu, yaitu Mohammad Fatah, pun menunjukan niatannya untuk kembali bertarung dalam kontetasi di pilkada tahun 2003.109 Hal ini terekam dalam wawancara penulis kepada AHS, yang juga turut menjadi salah satu inisiator di pencalonan Fuad. AHS mengungkapkan bahwa keterlibatannya dalam tim sukses Fuad tidak bisa terlepaskan dari giroh untuk

106 Wawancara Pribadi dengan AAR. 107 Wawancara Pribadi dengan AAR. 108 Wawancara Pribadi dengan AHS. 109 Wawancara Pribadi dengan AHS.

138

merubah Bangkalan. Asumsi awalnya adalah bahwa dengan kalangan kiai yang memimpin Bangkalan, bisa jadi Bangkalan akan menjadi lebih baik. Bahkan semangat perubahan ini AHS tuangkan dalam buku yang membahas soal Fuad Amin dan Civil Society di Bangkalan.

“...karena saya menjadi bagian dari gerakan itu dulu. 98. Saya masuk

kampus 96-97, 98 itu gerakan, jadi ghiroh itu masih ada di saya untuk merubah Bangkalan makanya kiai ini yang saya jadikan, karena kalau sudah kiai insya allah akan lebih baik dari pada orde baru sebelumnya. Oh ternyata bisa seperti sekarang ini ceritanya. Bahkan saya dulu sampai nulis buku itu, gara-gara itu memang. Saya tuangkan harapan itu di situ, ada di sosok beliau, memang lebay. Saya menulis narasinya lebay, mas. Kalau dibaca

sekarang ini, gimana gitu. Nyesal saya.”110

Kelima orang inilah yang terus menerus, secara berkala, mendorong agar Fuad bersedia untuk dicalonkan sebagai kandidat bupati Bangkalan.111 Dari kelima tim inisiator pencalonan Fuad Amin tersebut, Ahmad Ali Ridho merupakan orang pertama yang pada akhirnya mendeklarasikan diri sebagai orang yang keluar dari barisan Fuad. Hal ini diambilnya karena Ahmad Ali Ridho sudah merasa tidak cocok lagi dengan lika-liku kepemimpinan Fuad Amin. Peristiwa itu terjadi pada tahun 2005.112 Begitupun dengan tim sukses Fuad Amin lainnya. Satu persatu, mereka mulai meninggalkan Fuad. AHS menurut pengakuannya sendiri keluar dari barisan Fuad ketika tahun 2009, dan Imron sudah tidak harmonis lagi dengan Fuad Amin di sekitar tahun 2007-2008.113

Mengenai Mohammad Fatah, mengapa kemudian gagal ikut dalam kontestasi di pilkada Bangkalan tahun 2003, adalah lebih dikarenakan laporan pertanggungjawabannya sebagai Bupati ditolak oleh anggota dewan. Alasan inilah

110 Wawancara Pribadi dengan AHS. 111 Wawancara Pribadi dengan AHS. 112 Wawancara Pribadi dengan AHS. 113 Wawancara Pribadi dengan AHS.

139

yang kemudian melandasi keengganannya untuk turun dalam kontestasi pilkada. Sebab, dengan adanya penolakan LPJ, secara marwah konstitusi, hal ini akan menjadi beban moril tersendiri bagi dirinya untuk melanggengkan kekuasaan. Di samping hal ini pun mengindikasikan bahwa sudah tidak adanya kekuatan utuh yang nantinya akan mendukungnya lewat pemilihan di dewan.114

Penolakan LPJ Fatah sebagai bupati Bangkalan sebenarnya tidak terlepas dari permainan politik Fuad. Fuad Amin nyatanya mampu membangun emosi keluarga fraksi PKB di Bangkalan untuk menolak LPJ yang Fatah ajukan. Ditambah, afiliasi Fatah sendiri yang memang merupakan kepanjangan tangan rezim orde baru, sehingga stigma sebagai orang-orangan orba kental melekat pada dirinya. Menurut AAR, unsur bau politik orba Fatah inilah yang menjadi cikal bakal badai penolakan yang Fuad Amin hembuskan, apalagi PKB yang secara dominan menguasai dewan, sudah selayaknya mengusung calon sendiri. Sedangkan kapasitas kepemimpinan dan segala pembangunan yang telah dilakukan Fatah di Bangkalan tidak diperhitungkan.

“Ya kan gini, karena memang waktu itu antipati terhadap semua yang berbau

orde baru itu kan kental sekali. Itukan awal-awal reformasi ya. Nah Pak Fatah ini kan kebetulan sosok yang secara afiliasi politiknya atau bau politiknya itu lebih kental orde barunya lebih kental bau golkarnya seperti itulah kasarannya. Sehingga PKB dan semua ulama waktu itu tidak melihat Pak Fatah ini dari kapasitas yang lain, apakah kemampuan beliau dalam memimpin, kemampuan beliau dalam memajukan Bangkalan misalnya itu menjadi tidak dihitung. Yang dihitung adalah Pak Fatah bagian dari orde baru. Karena Pak Fatah bagian dari orde baru dan waktu itu PKB ini menjadi mayoritas di DPRD Bangkalan, maka sudah selayaknya PKB harus mengusung calon sendiri. Nah, semangat seperti ini yang kemudian berhasil dimasuki atau dimanfaatkan oleh Pak Fuad, bagaimana kemudian mendorong PKB ini untuk menolak LPJ-nya pak fatah sebagai pintu masuk bagi dia mulus untuk calon dan tidak ada tidak bertanding dengan Pak Fatah seperti itu.”115

114 Wawancara Pribadi dengan AAR. 115 Wawancara Pribadi dengan AAR.

140

Menurut AHS, ada empat basis kekuatan yang menjadi modal penting Fuad dalam pencalonannya pada masa itu. Selain karena keberadaannya yang tidak terkait dengan rezim Soeharto, empat hal inilah yang kemudian mampu menunjang keberhasilannya sebagai bupati. Pertama karena Fuad mewakili kharisma kiai – dari keturunannya sebagai cucu Syaikhona Kholil, kedua, karena dirinya dikenal sebagai salah satu tokoh blater, ketiga, karena kondisi finansial Fuad yang kaya, dan keempat, karena Fuad termasuk ke dalam kalangan orang-orang terhormat.116 Keempat unsur inilah yang menjadi faktor kemenangan Fuad Amin dalam pilkada 2003. Di samping itu, dengan kebesaran PKB yang menguasai hampir setengah dari jumlah kursi dewan di Bangkalan, dan solidnya kekuatan dukungan yang diperlihatkan oleh keluarga besar bani kholil pada Fuad Amin, turut pula menjadi faktor penentu kemenangan Fuad Amin di masa-masa awal pencalonannya itu.117 Mengenai penjelasan kronologi kemenangannya di periode pertama dan periode kedua, akan penulis sajikan di sub-bab khusus tentang itu.