• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berderajat 2/6 atau kurang, sehingga tidak disertai getaran bising Penjalarannya terbatas, meskipun kadang-kadang dapat terdengar pada daerah luas di prekordium

Dalam dokumen soal ukdi TO optima mei 2015 (Halaman 48-54)

DIAGNOSIS DITEGAKKAN JIKA MEMENUHI KRITERIA:

2. Berderajat 2/6 atau kurang, sehingga tidak disertai getaran bising Penjalarannya terbatas, meskipun kadang-kadang dapat terdengar pada daerah luas di prekordium

3. Cenderung berubah intensitasnya dengan perubahan posisi; biasanya bising ini

terdengar lebih baik bila pasien terlentang dan menghilang atau melemah bila pasien duduk, kecuali pada dengung vena yang justru baru dapat terdengar bila pasien duduk.

4. Tidak berhubungan dengan kelainan struktural jantung.

Maka bising yang ditemukan pada kasus ini bukan merupakan pertanda gagal jantung. Pemeriksaan Laboratorium:

Hb: 4.5, Ht: 22%, MCV: 56, MCH: 24, RDW: 16%, Leukosit: 6.000, Trombosit: 220.000, LED 1 jam: 8mm, LED 2 jam: 15mm, Hitung retikulosit: 4%.

Kadar Hb pada anak ini < 12,5 g/dL sehingga dapat dikatakan anemia. Pendekatan etiologi dan jenis anemia pada anak dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran eritrosit (mean corpuscular volume/MCV), pada klasifikasi jenis ini, anemia dalam kasus ini termasuk anemia mikrositik (MCV kurang dari 80 fL) dan nilai MCH (mean concentration hemoglobin) = 24 pg termasuk rendah (normal 26-32 pg) sehingga dalam kasus ini didapatkan gambaran mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Nilai RDW meningkat (RDW normal 11,5-14,5%) peningkatan RDW menunjukkan adanya variasi ukuran sel. Klasifikasi anemia berdasarkan MCV dan RDW:

Berdasarkan analisis di atas, anak dalam kasus ini mengalami Anemia Defisiensi Besi, (thalasemia disingkirkan karena tidak ada hepatosplemomegali) sesuai teori pada anamnesa ditemukan gejala dan tanda sebagai berikut:

a. Keluhan anemia pada umumnya: iritabel, lesu, cepat lelah, kurang perhatian, perkembangan kepandaian lambat, Hb rendah.

b. Kardiomegali, bising sistolik, gangguan pertumbuhan epitel. c. Glositis, stomatitis, atropi papil lidah, sudut bibir pecah-pecah. Penatalaksanaan anemia:

Berdasarkan WHO (2013), Anak (umur < 6 tahun) menderita anemia jika kadar Hb < 9,3 g/dl (kira-kira sama dengan nilai Ht < 27%) tanpa gizi buruk, maka anemia diterapi dirumah dengan zat besi (tablet besi/folat atau sirup setiap hari) selama 14 hari.

Indikasi transfusi:

Beri transfusi darah sesegera mungkin untuk:

Semua anak dengan kadar Ht ≤ 12% atau Hb ≤ 4 g/dl

anak dengan anemi tidak berat (haematokrit 13–18%; Hb 4–6 g/dl) dengan beberapa tampilan klinis berikut:

o Dehidrasi yang terlihat secara klinis

o Syok

o Gagal jantung

o Pernapasan yang dalam dan berat

o Parasitemia malaria yang sangat tinggi (>10% sel merah berparasit). Derajat bising, yang dibagi dalam skala 1-6:

1. Derajat I, bising sangat lemah yang hanya terdengar oleh pemeriksa yang berpengalaman di tempat yang tenang.

2. Derajat II, bising lemah tapi mudah di dengar, penjalaran terbatas.

3. Derajat III, bising cukup keras, tidak disertai dengan getaran bising, penjalaran sedang sampai luas.

4. Derajat IV, bising yang keras dengan disertai getaran bising, penjalaran luas.

5. Derajat V, bising keras, yang juga terdengar meskipun stetoskop tidak seluruhnya menempel di dinding thoraks, penjalaran luas.

6. Derajat VI, bising sangat keras, terdengar bila stetoskop diangkat 1 cm dari dinding thoraks, Penjalaran sangat luas.

Daftar Pustaka:

1. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid I, 2010.

2. World Health Organization.2013.Pocket book of hospital care for children: guidelines for the

management of common childhood illnesses – 2nd ed

3. Schrier SL. 2011. Approach to the adult patient with anemia. www.uptodate.com

4. Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders, p : 3-16.

5. Markum. H.M.S. 2005. Anamnesis dan Pemriksaan Fisis. Hal; 95-100, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

6. Nathan DG, Orkin SH, Oski FA, Ginsburg D. 2008. Nathan and Oski’s Hematology of Infancy and Childhood. 7th ed. Philadelphia: Saunders.

41. C. Pemberian cairan intravena 250 cc dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 600 cc dalam 5 jam pertama

Pada kasus di atas anak mengalami diare dengan dehidrasi berat. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya anak tampak lemas, tidak mau menyusu, dan turgor elastisitas kulit kembali sangat lambat ≥ 2 detik.

Sumber:

World Health Organization. 2013. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten. Jakarta: WHO Indonesia.

42. C. Karbunkel Pembahasan:

Folikulitis adalah suatu infeksi epidermis pada folikel rambut yang disebabkan oleh Staphylococus aureus gram positif. Terdapat dua tipe, yaitu folikulitis superfisialis dan folikulitis profunda. Lesi berupa pustul dengan dasar eritematosa dan predileksi paling sering pada kulit kepala dan ekstremitas. Faktor yang mempengaruhi timbulnya folikulitis diantaranya adalah paparan senyawa kimia ditempat kerja, penggunaan steroid topikal yang berdosis tinggi, higiene yang buruk, DM, kelelahan dan kurang gizi.

Furunkel adalah peradangan folikel rambut dan jaringan subkutan sekitarnya. Lesi mula-mula berupa infiltrate kecil, dalam waktu singkat membesar membentuk nodula eritematosa. Penyebabnya adalah staphylococcus aureus. Predileksi pada bagian tubuh yang berambut dan mudah terkena iritasi, gesekan atau tekanan atau daerah yang lembap seperti ketiak, bokong, punggung, leher, dan wajah. Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit diantaranya adalah higiene yang kurang, musim psanas karena sering berkeringat, obesitas, DM, hiperhidrosis, anemia, stress emosional.

Karbunkel adalah gabungan beberapa furunkel yang dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan yang padat. Biasanya terasa nyeri pada lesi dan malaise. Lesi berupa makula eritematosa yang kemudian menjadi nodula lentikuler hingga numuler, regional, bentuk teratur dan tampak fistula mengeluarkan pus. Predileksi pada daerah tengkuk, punggung dan bokong. Faktor yang mempengaruhi timbuknya karbunkel adalah higiene yang kurang, DM, hiperhidrosis, obesitas, lingkungan yang kotor.

Hidradenitis suppurativa adalah penyakit kulit yang mengenai kelenjar apokrin yang menuju ke kulit. Ditandai dengan adanya nodul bulat yang berulang, nyeri, yang dapat membentuk abses dan sinus dengan supurasi dan jaringan parut hipertrofik dari kelenjar apokrin. Faktor resiko yang mempengaruhi adalah genetik, hormonal dan imunologi. Lesi berupa nodul yang terasa nyeri kemudian menjadi abses, sinus, scar. Predileksi pada aksila, pangkal paha, perineum dan perianal, bokong, lipatan mamae dan intermamae.

43. B. Kondom

Pada umumnya klien pascapersalinan ingin menunda kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau tidak ingin tambahan anak lagi. Konseling tentang keluarga berencana atau metode kontrasepsi sebaiknya diberikan sewaktu asuhan antenatal maupun pascapersalinan. Klien pascapersalinan dianjurkan:

Memberi ASI eksklusif (hanya memberi ASI saja) kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.

Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.

Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.

Dalam dokumen soal ukdi TO optima mei 2015 (Halaman 48-54)