Derajat II: dibedakan menjadi 2: Derajat II Superficial:
GEJALA HIPERTIROID
- +3 -3 - - TOTAL 20
Hipertiroid : ≥ 20; Eutiroid: 11 – 18; Hipotiroid: <11
HIPERTIROID
Tabel di bawah ini menjelaskan secara singkat tentang gangguan hormon tiroid.
HIPERTIROID HIPOTIROID
PRIMER SEKUNDER PRIMER SEKUNDER
DEFINISI
Hipersekresi
hormon tiroid yang tidak berdampak terhadap peningkatan TSH (lebih sering) Overstimulasi kelenjar tiroid karena produksi TSH berlebih Kegagalan dari kelenjar tiroid itu sendiri (lebih sering) Kegagalan memproduksi TSH MANIFES TASI TERSERING
- Kehilangan berat badan dengan tanpa atau peningkatan nafsu makan - Goiter (pembesaran kelenjar tiroid - Gemetar dan mudah tersinggung - Intoleransi terhadap panas - Keringat berlebih (hiperhidrosis)
- Keterlambatan mental dan fisik - Mudah lelah
- Intoleransi terhadap dingin - kulit dan rambut kering
PEMERIK SAAN LABORATO RIUM T3 dan free T4 TSH T3 dan free T4 TSH T3 dan free T4 TSH T3 dan free T4 TSH PENYEBAB - Grave’s disease - Toxic multinodulsr goitre (Plummer’s disease - Toxic adenoma - Konsumsi dosis
- Pituitary tumour - Autoimmune thyroiditis (Hashimoto’s thyroiditis) - Grave’s disease (sekitar 5%, dari tirotoksikosis menjadi - Pituitary disease
tinggi hormon tiroid ( thyrotoxicosis factitia) hipotiroid karena antibodynya dan kerusakan) - Dampak terapi hipertiroid ( ablasi pembedahan, radioiodine, dan obat) - Defisiensi iodine berat
Hipertiroid adalah sindrom yang disebabkan oleh meningkatnya kadar T3 dan T4 bebas terutama disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar tiroid.
Hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai prinsip tirotoksikosis dan hipertiroidisme, yaitu:
Tirotoksikosis: hormon tiroid berlebih Hipertiroidisme: sekresi tiroid berlebih
Tirotoksik tidak selalu hipertiroid, namun hipertiroid selalu tirotoksik
Diagnosis didasarkan pada gambaran klinis dan data laboratorium. Pengukuran konsentrasi TSH dengan pemeriksaan TSH yang sensitif merupakan uji penapisan yg paling bermanfaat. Kadar TSH yang rendah biasanya dengan pengukuran T4 bebas, yang diperkirakan meningkat. Kadang disebabkan karena peningkatan T3 darah (toksikosis T3).
Referensi:
1. Sherwood, L. 2002. Human Physiology: From Cells to Systems. Penerbit buku kedokteran: EGC. 2. Maitra A, Kumar V. Sistem endokrin. Dalam: Kumar V, Cotran R, Robbins SL. 2007.Buku ajar
patologi. 7th ed. Penerjemah: Prasetyo A, Pendit BU, Priliono T. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Jameson JL, Weetman AP. 2008.Disorders of the thyroid gland. In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, et al. Harrison’s principles of internal medicine. 17th ed. USA: McGraw Hill Medical. 4. O’Connor, Jones.2004. Pathology of the Endocrine System:Disorder of the pituitary in Crash
Course Pathologi 2nd edition. Elsevier.
101. D. Telinga kanan normal, telinga kiri sakit ringan
Tes bisik adalah tes pendengaran yang bersifat semi kuantitatif menentukan derajat ketulian secara kasar. Tes ini memberikan suara bisik berupa kata-kata ke telinga penderita pada jarak tertentu. Hal yang perlu diperhatikan adalah ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter. Hasilnya berupa jarak pendengaran, yaitu jarak antara pemeriksa dengan penderita di mana suara bisik masih dapat terdengar. Nilai normal tes bisik adalah 5/6 - 6/6.
Pada kondisi pasien telinga kanan hasil tes bisik 6 m yang berati nilai normal. Pada pemeriksaan telinga kiri hasilnya adalah 4 m sehingga telinga kiri mengalami penurunan ringan.
Referensi:
Soetirto, I. et all. 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, 6th edn. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hlm 18.
102. A. Tidur mengorok sudah 1 tahun
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut, yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tosil faucial), tonsil lingual (tosil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s tonsil). Penyebab tonsillitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes. Dapat juga disebabkan oleh infeksi virus.
Pada kasus di soal anak menderita tonsillitis kronis dilihat dari onset munculnya gejala selama 1 tahun dan berulang. Tonsilitis kronik merupakan peradangan tonsila palatina yang sifatnya menahun. Tonsilitis kronik dapat berasal dari tonsillitis akut yang mendapatkan pengobatan tidak sempurna, dapat juga karena penyebaran infeksi tempat lain. Tanda klinis tonsillitis kronika adalah:
Pilar/plika anterior hiperemis Kripte tonsil melebar
Pembesaran kelenjar sub angulus mandibula teraba Muara kripte terisi debris/pus
Tonsil tertanam/embedded atau membesar
Pembagian pembesaran tonsil menurut Thane & Cody dalam ukuruan T1-T4 sebgai berikut:
T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarakpilar anterior-uvula T2: batas medial tonsi melewati ¼ pilr uvula sampai ½ jarak pilar
anterior-uvula
T3: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula
Ukuran tonsil menurut Brodsky (2006)
Indikasi tonsilektomi menrut The American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium adalah:
Indikasi absolute:
Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan napas atas, disfagia berat, gangguan tidur, atau terdapat komplikasi kardiopulmonal.
Abses peritonsiler yang tidak respon terhadap pengobatan medik dan drainase, kecuali jika dilakukan fase akut
Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
Tonsil yang akan dilakukan biopsy untuk pemeriksaan patologi Indikasi relative
Terjadi 3 kali atau lebih infeksi tonsil pertahun, meskipun telah diberikan pengobatan edik yang adekuat
Halitosis akibat tonsillitis kronik yang tidak ada respon terhadap pengobatan medic
Tonsilitis kronik atau berulang pada infeksi yang disebabkan Streptococcus grup A betahemolitikus yang tidak membaik dengan pemberian β-laktamase
Referensi:
1. Rusmarjono et all. (2009). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, 6th edn. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hlm 226-221-222.
2. Gambar diambil dari : http://www.meddean.luc.edu
103. E. Gangguan cemas menyeluruh Pembahasan:
Gangguan panik: gambaran essensial pada gangguan ini adalah adanya serangan anxietas berat yang berulang yang tidak terbatas dengan adanya situasi tertentu ataupun suatu rangkaian kejadian dan karena itu tidak terduga. Seperti pada gangguan anxietas yang lainnya, gejala yang dominan bervariasi pada masing-masing orang, tetapi onset mendadak dalam bentuk palpitasi, nyeri dada, perasaan tercekik, pusing kepala dan
perasaan yang tidak riil merupakan gejala yang lazim. Juga hampir selalu secara sekunder timbul rasa takut mati, kehilangan kendali atau menjadi gila. Pada pedoman diagnostik utnuk diagnosis pasti, beberapa serangan berat dari anxietas otonomik harus terjadi dalam periode kira-kira satu bulan pada keadaan dimana sebenarnya tidak ada bahaya, tidak terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui atau diduga sebelumya, dengan keadaaan yang relatif bebas dari gejala anxietas dalam periode anatara serangan-serangan panik.
Gangguan cemas menyeluruh: gambaran essensial pada gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan menetap (bertahan lama), tetapi tidak berbatas pada atau hanya menonjol pada setiap keadaan lingkungan tertentu saja (misalnya mengambang atau free floating). Pada pedoman diagnostik penderita harus menunjukkan gejala primer anxietas yang berlangsung hampir setiap hari selama beberapa minggu, bahkan biasanya sampai dengan beberpa bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup:
Kecemasan tentang masa depan (khawatir akan nasib buruk, perasaan gelisah di ujung tanduk, sulit konsentrasi)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemeteran)
Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, takikardia, takipneu, keluhan epigastrik, mulut kering)
Gangguan depresi: individu biasanya memiliki suasana perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Gejala lazimnya adalah:
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang 2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe ringan skalipun)
4. Pasangan masa depan yang suram dan pesimistis
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri 6. Tidur terganggu
7. Nafsu makan berkurang Sumber:
- Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III, editor Dr, Rusdi Maslim.1993.
104. C. Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC)
E.coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek dan bersifat faultatif anaerob fakultatif. E.coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata.
Serogroup E.coli ini menginvasi epitel usus dan menghasilkan penyakit seperti disentri. EIEC melekat dan menginvasi sel epitel usus. Invasi epitel menyebabkan kematian sel dan respon radang cepat. Serogroup ini mempunyai antigen lipopolisakarida (LPS) yang terkait dengan LPS Shigella. EIEC melakukan fermentasi laktosa dengan lambat dan tidak bergerak.
EIEC menyebabkan sakit yang tidak dapat dibedakan dari disentri basil klasik. Tanda khas adalah demam, toksisitas sistemik, nyeri kejang abdomen, tenesmus dan erburu-buru BAB dengan diare cair atau dengan darah.
Referensi;
Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel, L. N. Ornston, 1995, Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20, University of California, San Francisco.
105. E. Diare dengan dehidrasi berat
Diare pada anak-anak harus dieavaluasi apakah menderita dehidrasi ringa, sedang atau berat yang digunakan untuk memberikan penanganan yang sesuai.