Derajat II: dibedakan menjadi 2: Derajat II Superficial:
KLASIFIKASI TINGKAT DEHIDRASI ANAK DENGAN DIARE
Klasifikasi Tanda atau Gejala
Dehidrasi Berat Terdapat 2 atau lebih tanda :
Letargis / tidk sadar Mata cekung
Tidak bias minum atau malas minum
Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( ≥ 2 detik)
Dehidrasi Ringan/Sedang Terdapat 2 atau lebih tanda dibawah ini :
Rewel, gelisah Mata cekung
Minum dengan lahap, haus Cubitan kulit kembali lambat
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau berat
Pada kasus diatas pemeriksaan ditemukan clinites (+). Clinitest merupakan skrin untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam feses. Tes ini menunjukkan intoleransi karbohidrat. Gejala muncul akibat respon terhadap asupan laktosa yang terdapat dalam susu. Hasil clinitest sebagai berikut:
Normal : tidak terdapat gula dalam feses Positif 1 : gula dalam feses 0,5%
Positif 2 : gula dalam feses 0,75% Positif 3 : gula dalam feses 1% Positif 4 : gula dalam feses 2% Referensi:
1. World Health Organization. 2013. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten. Jakarta: WHO Indonesia.
106. B. Beta blocker
Terapi farmakologis yang direkomendasikan pada kasus gagal jantung dengan penurunan Ejection Fraction (NYHA I-IV) meliputi beberapa golongan obat dengan indikasi dan target masing-masing. ACE Inhibitor direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan gejala yang masih berlangsung ataupun telah membaik (Class I, Level of Evidence (LOE) : A), Angiotensin Receptor Blocker direkomendasikan pada pasien gagal jantung yang tidak bisa mendapatkan terapi ACE Inhibitor (Class I, LOE : A).
β-Blocker
Direkomendasikan pada semua stadium gagal jantung (ringan-berat) yang stabil, baik karena proses iskemik atau non iskemik dengan syarat tidak terdapat kontra indikasi beta bloker seperti hipotensi. Pengobatan beta bloker sangat penting dan tidak boleh ditunda pemberiannya karena terbukti mengurangi progresivitas penyakit, perburukan klinis (morbiditas) dan mortalitas gagal jantung (Class I, LOE : A).
Nitrat (nitroglycerin)
Diberikan sebagai tambahan apabila terdapat keluhan angina atau sesak, pemberian jangka panjang tidak terbukti memperbaiki simtom gagal jantung. Pemakaian yan g terlalu sering dapat menimbulkan toleransi (Class IIa, LOE : C).
Morfin
Morfin dan analog morfin diindikasikan pada stadium awal saja, apabila pasien gelisah dan sesak napas ( Class IIb, LOE : B).
Calcium channel blocker
Obat penyekat kalsium tidak direkomendasikan sebagai pengobatan rutin pada psien gagal jantung karena terbukti tidak memberikan manfaat. Dapat dipertimbangkan
penggunaanya sebagai tambahan obat hipertensi apabila tekanan darah sulit dikontrol dengan penggunaan ACE inhibitor, ARB, dan Beta bloker (Class III, LOE : A).
Referensi:
Ghanie A.;(2006). Gagal Jantung kronik. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat – Jilid III , Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Yancy C. W., et al.; (2013). 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure: A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. Circulation. 2013;128:e240-e327
107. B. Permetrin 5%
Pembahasan:
Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung. Skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Terdapat 4 tanda cardinal:
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier). 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok dengan rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lainlain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar,
siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut. Pengobatan:
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan hidupnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan skabies yaitu:
1. Permetrin
Merupakan obat pilihan untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun.
2. Krotamiton
Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, memiliki dua efek sebagai antiskabies dan anti pruritus. Harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.
3. Emulsi Benzil Benzoas
Emulsi Benzil Benzoas 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari.
4. Sulfur
Dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini kurang efektif pada stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari tiga hari.
5. Gama Benzena Heksa Klorida (Gameksan)
Kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang menimbulkan iritasi.
Pada kasus tersebut terdiagnosis scabies berdasarkan 2 tanda cardinal, yaitu terdapatnya pruritus nocturna serta terdapat gatal-gatal di sela jari tangan, pantat, dan sekitar pusar. Sehingga penatalaksanaan yang aman untuk anak usia 1,5 tahun, yaitu permetrine 5%. 108. A. Ancylostoma caninum
Pembahasan:
Cutaneus Larva Migran (CLM), sering digunakan pada kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, yang disebabkan oleh invasi larva cacing tambang Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum, yang berasal dari binatang, terutama anjing dan kucing. Penyebab lain diantaranya: gnatostoma, Uncinaria stenocephala, Butnostomum phlebotomum (dari sapi), Strongiloides sterconalis, dll.
Penularan:
- Kontak dengan larva cacing di tempat-tempat kotor (pasir, tanah, lumpur dll) - Tertelan telur cacing (melalui tangan secara tidak sengaja)
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas. Mula – mula , pada point of entry, akan timbul papul, kemudian diikuti oleh bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok – kelok (snakelike appearance – bentuk seperti ular) yang terasa sangat gatal, menimbul dengan lebar 2 – 3 mm, panjang 3 – 4 cm dari point of entry, dan berwarna kemerahan. Adanya lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan larva tersebut telah berada dikulit selama beberapa jam atau hari4. Rasa gatal dapat timbul paling cepat 30 menit setelah infeksi, meskipun pernah dilaporkan late onset dari CLM.
Diagnosis
Berdasarkan bentuk yang khas, yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok – kelok, menimbul dan terdapat papul atau vesikel di atasnya.
Penatalaksanaan Topikal:
1. Cryotherapy dengan CO2 snow (dry ice) dengan penekanan selama 45 detik sampai 1 menit, selama 2 hari berturut – turut.
2. Nitrogen liquid
3. Kloretil spray, yang disemprotkan sepanjang lesi. Agak sulit karena tidak diketahui secara pasti dimana larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak jaringan disekitarnya.
4. Direkomendasikan pula penggunaan Benadryl atau krim anti gatal (Calamine lotion atau Cortisone) untuk mengurangi gatal.
Sistemik
Tiabendazol (Mintezol), antihelmintes spektrum luas. Dosis 50 mg/kgBB/hari, sehari 2 kali, diberikan berturut- turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari. Sulit didapat. Efek sampingnya mual, pusing, dan muntah. Albendazol (Albenza), dosis 400mg dosis tunggal, diberikan tiga hari berturut-turut.
Sumber:
- Aisah S. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Penerbit Fakultas Kedokteran FKUI. 125-6 (2007)
- Jusych, LA. Douglas MC.Cutaneous Larva Migrans: Overview, Treatment and Medication. Diunduh dari www.emedicine.com.
109. B. Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik adalah suatu penyakit atau sindrom yang mengenai glumerulus yang ditandai dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia.
Edema merupakan gejala klinis yang menonjol, kadang-kadang mencapai 40% daripada berat badan dan didapatkan anasarka. Selama beberapa minggu mungkin terdapat hematuria, azotemia dan hipertensi ringan. Terdapat proteinuria terutama albumin (85 – 95%) sebanyak 10 – 15 gr/hari. Selama edema masih banyak, biasanya produksi urin berkurang, berat jenis urin meninggi. Pasien juga mengeluh sesak napas (hidrotoraks, asites) dan dapat disertai keluhan diare, nyeri perut, anoreksia.
Kimia darah menunjukkan hipoalbuminemia, hipoproteinemia, hiperlipidemia hiperkolesteronemia. Anak dapat pula menderita anemia defisiensi besi karena transferin banyak keluar dengan urin
Referensi:
Konsensus IDAI Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus. 2012. Jakarta.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin: Standar Pelayanan Medik Anak. Makassar. 2009
110. B. Leptospirosis Resume kasus:
Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptosira interrogans yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang terkena. Nama lain Leptospirosis : mud fever, slime fever, swamp fever, autumnal fever, infectious jaundice, field fever, cane cutterfever. Penularan dari binatang kepada manusia melalui air/tanah yang terkontaminasi. Lebih jarang lewat kontak langsung dengan urin,darah,jar.binatang yang terinfeksi.
Siklus Penularan Leptospirosis
Infeksi bakteri Leptosira interrogans
LEPTOSPIROSIS