• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biaya Investasi Usaha Perikanan Tangkap

5 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN TANGKAP

5.1 Biaya Investasi Usaha Perikanan Tangkap

Untuk mendukung pengembangan usaha perikanan tangkap secara berkelanjutan di desa-desa pesisir Kota Ambon, maka biaya investasi merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dengan baik. Usaha perikanan tangkap yang dikembangkan di Kota Ambon cukup beragam baik dari jenis maupun skala usahanya. Usaha perikanan yang dikembangkan oleh nelayan, terbagai dalam 3 kategori skala usaha, yaitu skala kecil, sedang, dan besar, serta tersebar pada desa- desa pesisir, terutama yang secara kultural telah mengembangkan jenis usaha perikanan tangkap tertentu. Usaha perikanan tangkap skala kecil membutuhkan biaya investasi yang tidak begitu besar, karena biasanya dioperasikan pada fishing ground yang tidak terlalu jauh dan hanya oleh 1-2 orang ABK. Biaya investasi untuk usaha perikanan tangkap skala kecil ini adalah biaya untuk alat tangkap yang

sederhana dan kapal ukuran kecil. Tabel 22-26 menyajikan biaya investasi usaha perikanan tangkap di setiap desa pesisir pada lima kecamatan di Kota Ambon.

Tabel 22 Biaya investasi usaha perikanan tangkap di Kecamatan Letimur Selatan

No Nama Desa Biaya Investasi (Rp) Bagan Gillnet Hanyut Gillnet Dasar Handline Pancing

Tonda Pole & Line Purse Seine UP Tuna

1 Naku - 6.242.000 - 1.160.000 7.783.000 - - - 2 Kilang - 7.530.000 - 833.333 - - - 19.400.000 3 Hukurilla - 7.599.000 9.694.500 1.044.000 5.642.000 - - - 4 Hutumuri 101.000.000 13.425.000 13.425.000 975.000 22.400.000 88.000.000 - - 5 Rutong - 5.650.000 5.650.000 950.000 4.200.000 - - - 6 Leahari - 14.450.000 6.300.000 841.000 4.904.000 - 164.000.000 -

Pada Tabel 22, biaya investasi usaha perikanan tangkap yang termasuk kecil pada desa pesisir di Kecamatan Leitimur Selatan terjadi pada usaha perikanan handline, kecuali biaya investasi untuk gillnet hanyut, gillnet dasar, pancing tonda, dan usaha penangkapan khusus tuna. Hendriwan, et. al (2008) menyatakan bahwa investasi rendah usaha perikanan tangkap karena skala pengusahaannya rendah dan umumnya tidak menggunakan mesin dalam operasinya karena lokasi fishing ground nya cukup dekat.

Hasil analisis lapang juga menunjukkan bahwa biaya investasi handline hanya untuk pengadaan alat tangkap dan kapal, sedangkan mesin kapal tidak digunakan. Hal yang sama juga banyak terjadi pada usaha perikanan handline di empat kecamatan lainnya. Di Kecamatan Teluk Ambon Dalam, penggunaan mesin kapal untuk usaha perikanan handline terjadi di Desa Hatiwe Besar, sedangkan di desa pesisir lainnya hampir tidak ada.

Bagan, pole and line dan purse seine merupakan usaha perikanan tangkap yang dikembangkan dalam skala yang lebih besar daripada gillnet atau handline. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk ketiga usaha perikanan tangkap ini sangat besar, misalnya bagan di Kecamatan Leitimur Selatan membutuhkan biaya investasi sekitar Rp 101.000.000, pole and line sekitar Rp 88.000.000, dan purse seine di Kecamatan Teluk Ambon Dalam sekitar Rp 301.000.000 – Rp 353.800.000. Biaya investasi tersebut termasuk sangat besar, sehingga usaha perikanan tangkap tersebut hanya dimiliki oleh nelayan besar (juragan) atau industri yang berbasis perikanan tangkap. Menurut Hesieh dan Li (2009), informasi skala pengusahaan usaha perikanan tangkap dapat membantu menentukan jenis upaya pembinaan dan

85

pemberdayaan bagi nelayan dan pelaku usaha perikanan, namun secara ekonomi hal ini tidak menjadi jaminan untuk pengembangan bisnis perikanan yang lebih baik.

Tabel 23 Biaya Investasi usaha perikanan tangkap di Kecamatan Teluk Ambon

No Nama Desa

Biaya Investasi (Rp) Gillnet

Hanyut Handline Ketinting

Pancing Tonda Purse Seine 1 Laha 1.964.500 5.338.500 31.486.250 301.000.000 2 Tawiri - 1.293.250 - - - 3 Hatiwe Besar - 4.140.900 - - 353.800.000 4 Wayame - - - 16.492.750 - 5 Rumah Tiga - 2.307.000 - - - 6 Waeheru - 1.490.800 - - - 7 Poka 8.805.300 - - - - 8 Hunut - 1.475.000 - - -

BPS Kota Ambon (2010) menunjukkan bahwa skala usaha perikanan tangkap yang dikembangkan tidak menunjukkan perbedaan siginifikan antara usaha perikanan skala besar dengan usaha perikanan skala kecil bagi kontribusi sektor perikanan di setiap kecamatan. Hal ini karena usaha perikanan skala kecil dapat dioperasikan leluasa oleh nelayan pemilik termasuk pada kondisi hasil tangkapan rendah dan perbekalan minim, sedangkan usaha perikanan skala besar hanya dapat dioperasikan bila semua kebutuhan perbekalan terpenuhi, dan kondisi ini tentu sedikit menyulitkan bila hasil tangkapan kurang maksimal (nilai BCR bisa turun).

Tabel 24 Biaya Investasi usaha perikanan tangkap di Kecamatan Baguala

No Nama Desa

Biaya Investasi (Rp) Bagan Gillnet

Hanyut Handline Payang

Pole and Line Redi 1 Nania - - - 13.776.700 - - 2 Negeri Lama - 9.600.000 2.780.000 - - 6.250.000 3 Passo - 9.784.000 - - - - 4 Lateri 110.666.000 8.590,000 1.367.900 - 79.500.150 90.999.000 5 Halong - 9.600.000 2.780.000 - 80.500.000 4.500.000 6 Latta - 7.596.700 5.250.000 - - -

Redi yang dikembangkan di Kecamatan Baguala ada yang berskala besar dan ada yang sedang (Tabel 24). Di Desa Lateri, usaha perikanan redi dikembangkan dalam skala besar dengan biaya investasi sekitar Rp 90.999.0000. Biaya investasi tersebit, sekitar 75% digunakan untuk pengadaan jaring redi ukuran besar (panjang sekitar 1,5 km). Dibanding dengan desa pesisir lainnya, seperti Negeri Lama dan Halong, ukuran jaring redi nya termasuk kecil dan diperasikan pada perairan pantai

terdekat. Menurut Monintja (2001), ukuran alat tangkap yang dioperasikan sangat tergantung pada kemampuan permodalan dan kebiasaan nelayan dalam mengoperasikan suatu jenis alat tangkap. Nelayan dengan modal besar dan melakukan kegiatan penangkapan ikan secara modern biasanya akan memilih alat tangkap yang dianggap lebih efektif untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak. Namun hal ini juga sangat tergantung dari kualitas SDM yang digunakan serta peralatan pendukung lainnya dalam melaut.

Tabel 25 Biaya Investasi usaha perikanan tangkap di Kecamatan Teluk Sirimau

No Nama Desa Biaya Investasi (Rp) Gillnet Hanyut Gillnet Dasar Handline Pole and Line Purse Seine 1 Batu Merah 6.083.000 1.500.000 1.350.000 - 10.362.500 2 Pandan Kasturi 5.150.000 - - - - 3 Hatiwe Kecil - - - 209.200.000 - 4 Galala 8.600.000 - - 79.450.000 -

Seperti halnya di tiga kecamatan sebelumnya, gillnet hanyut maupun gillnet dasar juga diusahakan dalam skala menengah (sedang) di Kecamatan Sirimau dan Kecamatan Nusaniwe. Hal ini ditunjukkan oleh biaya investasi bagi kedua usaha perikanan tangkap ini yang tidak terlalu tinggi pada Tabel 25 dan Tabel 26. Di Kecamatan Sirimau, biaya investasi gillnet hanyut berkisar antara Rp 5.150.000 – Rp 8.600.000, dan biaya investasi gillnet dasar sekitar Rp 1.500.000. Sedangkan di Kecamatan Nusaniwe, biaya investasi gillnet hanyut berkisar antara Rp 3.000.000 – Rp 5.000.0000 dan biaya investasi gillnet dasar berkisar antara Rp 1.850.000 – Rp 3.500.000.

Tabel 26 Biaya Investasi usaha perikanan tangkap di Kecamatan Nusaniwe

No Nama Desa Biaya Investasi (Rp) Gillnet Hanyut Gillnet Dasar Handline Pancing Tonda Purse Seine 1 Latuhalat - - 2.379.000 28.247.000 52.466.000 2 Seilale 3.000.000 3.350.000 1.350.000 - - 3 Amahusu - - - 5.050.500 - 4 Nusaniwe 4.950.000 - - 16.425.000 - 5 Benteng 3.680.000 1.850.000 1.350.000 - - 6 Urimesing - - - 8.100.000 93.000.000 7 Waihaong 5.000.000 3.500.000 - 26.283.000 98.000.000 8 Silale 3.000.000 - 1.350.000 - 66.850.000

87

Meskipun termasuk sedang, biaya investasi kedua gillnet sedikit variatif diantara desa pesisir yang disebabkan oleh perbedaan jenis bahan untuk kapal, ukuran detail alat tangkap, dan teknik pengadaannya. Berdasarkan hasil analisis lapang, kapal ada yang dibuat di Ambon, Pulau Buruh, dan luar Maluku. Kapal- kapal yang dioperasikan di Indonesia Timur umumnya mempunyai struktur fisik yang padat dan terbuat dari kayu pilihan. Buton dan Selayar merupakan daerah yang memproduksi kapal perikanan dengan berbagai jenis dan ukuran, dan beberapa diantaranya ada yang digunakan oleh nelayan di Ambon dan sekitarnya. Kapal dari kedua daerah di Sulawesi ini banyak diminati karena umumnya dibuat dari kayu pilihan (kayu batu dan damar laut), sehingga lebih layak untuk operasi usaha perikanan tangkap.