• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN TANGKAP

5.3 Penerimaan Usaha Perikanan Tangkap

Hanley and Spash (1993) menyatakan bahwa tingkat penerimaan (benefit) perlu diperhatikan pada semua kegiatan operasi terutama yang melibatkan masyarakat kecil. Tingkat penerimaan (benefit) merupakan indikasi awal untuk menggapai keuntungan operasi dan kesejahteraan masyarakat pelakunya. Dalam penelitian ini, analisis BCR yang dilakukan akan mengukur perimbangan penerimaan ini dengan biaya yang dikeluarkan untuk suatu operasi perikanan selama periode tertentu dengan nilai uang/suku bunga bisa berubah-ubah. Hasil analisis tingkat penerimaan usaha perikanan tangkap yang dilakukan di setiap desa pesisir di lima kecamatan di Kota Ambon akan disajikan pada Tabel 32 - 36.

Tabel 32 Penerimaan usaha perikanan tangkap per tahun di Kecamatan Leitimur Selatan

No Nama Desa Penerimaan (Rp/tahun) Bagan Gillnet Hanyut Gillnet Dasar Handline Pancing Tonda Pole and Line Purse Seine UP Tuna 1 Naku - 63.000.000 - 48.600.000 150.000.000 - - - 2 Kilang - 156.000.000 - 24.000.000 - - - 135.000.000 3 Hukurila - 67.200.000 39.600.000 39.900.000 61.200.000 - - - 4 Hutumuri 360.000.000 75.000.000 75.000.000 34.884.000 547.200.000 1.995.000.000 - 5 Rutong - 36.000.000 37.440.000 19.200.000 67.200.000 - - - 6 Leahari - 162.000.000 54.000.000 37.800.000 75.600.000 - 504.000.000 -

Berdasarkan Tabel 32, usaha perikanan pole and line merupakan usaha perikanan tangkap dengan penerimaan paling tinggi per tahun di Kecamatan Leitimur Selatan. Penerimaan usaha perikanan bagan dan purse seine juga cukup baik sebagai usaha perikanan yang biasa dikelola dalam skala besar. Penerimaan usaha penangkapan tuna termasuk kecil dan bahkan lebih kecil dari biaya operasional yang dikeluarkan per tahun. Kondisi ini tentu kurang baik, karena pelaku usaha perikanan tersebut cenderung merugi setiap tahunnya. Menurut Hou (1997), usaha ekonomi yang belum menguntungkan perlu melakukan perbaikan terstruktur pada kegiatan produksi dan pemasarannya. Perbaikan produksi dapat dilakukan melalui pengendalian biaya produksi, pengaturan pola produksi (trip, hari operasi melaut,dan jumlah ABK yang berangkat melaut), dan pengawasan kegiatan produksi. Dan perbaikan pemasaran untuk usaha perikanan tangkap dapat dilakukan minimal melaut penanganan dan penyediaan produk perikanan kualitas baik yang disukai pasar.

Penerimaan gillnet dan handline di Kecamatan Leitimur Selatan (Tabel 32) dan juga di Kecamatan Teluk Ambon (Tabel 33) rata-rata cukup baik dan tidak ada yang lebih rendah dari biaya operasional yang dikeluarkan, namun demikian tetap perlu ditingkatkan. Nikijuluw (2002) menyatakan bahwa semangat pengelolaan usaha perikanan harus diubah menjadi suatu kegiatan industri yang berdaya saing, melakukan perbaikan kinerja dan inovasi produk yang terus-menerus.

93

Tabel 33 Penerimaan usaha perikanan tangkap per tahun di Kecamatan Teluk Ambon

No Nama Desa

Penerimaan (Rp/tahun) Gillnet

Hanyut Handline Ketinting

Pancing Tonda Purse Seine 1 Laha - 33.600.000 48.600.000 420.000.000 1.185.600.000 2 Tawiri - 32.019.300 - - - 3 Hatiwe Besar - 42.000.000 - - 1.150.092.000 4 Wayame - - - 43.200.000 - 5 Rumah Tiga - 30.000.000 - - - 6 Waeheru - 45.000.000 - - - 7 Poka 104.400.000 - - - - 8 Hunut - 69.000.000 - - -

Untuk pancing tonda (Tabel 33), tingkat penerimaannya termasuk baik dan lebih dari 2 kali dari biaya operasional yang dikeluarkan. Sekilas hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan pancing tonda tersebut telah dapat dilakukan dengan baik di Desa Laha Kecamatan Teluk Ambon Dalam. Hermawan (2006) dalam penelitian disertasinya menyatakan bahwa usaha perikanan tangkap dapat dikembangkan secara mandiri oleh nelayan menjadi berskala lebih besar dengan mengalokasikan secara kontinyu sebagian dari perinerimaan yang didapat setelah dikurangi biaya-biaya produksi. Pelaku usaha perikanan skala kecil seyogianya dapat melakukan hal itu sebagai upaya memandirikan kegiatan perikanan dan pereknomian bangsa. Purse seine di Desa Laha dan Desa Hatiwe besar merupakan usaha perikanan tangkap dengan penerimaan paling besar di Kecamatan Teluk Ambon Dalam.

Berdasarkan Tabel 34, pole and line merupakan usaha perikanan dengan tingkat penerimaan per tahun paling tinggi di Kecamatan Teluk Ambon Banguala di Desa Lateri dan di Desa Halong. Bila dilihat skala pengusahaan dan biaya operasional yang dikeluarkan, maka penerimaan yang besar adalah wajar. Imron (2008) menyatakan bahwa usaha perikanan dengan tingkat penerimaan besar belum tentu bisa dijamin keberlanjutannya bila biaya operasional tidak dikontrol dengan baik, karena kegiatan penangkapan sangat tergantung pada kondisi alam yang menganggu kegiatan penangkapan ikan dalam waktu lama.

Tabel 34 Penerimaan usaha perikanan tangkap per tahun di Kecamatan Baguala

No Nama Desa

Penerimaan (Rp/tahun) Bagan Gillnet

Hanyut Handline Payang

Pole and Line Redi 1 Nania - - - 966.000.000 - - 2 Negeri Lama - 69.000.000 30.000.000 - - 69.000.000 3 Passo - 56.160.000 - - - - 4 Lateri 340.068.000 42.000.000 - - 1.764.000.000 561.600.000 5 Halong - 69.000.000 - - 960.000.000 135.000.000 6 Latta - 17.460.000 140.400.000 - - -

Usaha perikanan handline yang bisanya dioperasikan sendiri oleh nelayan pemilik, juga memperlihatkan tingkat penerimaan yang baik di Kecamatan Teluk Ambon Banguala, dan bila dibandingkan dengan biaya operasional yang dikeluarkan meningkat 2-4 kali. Kondisi ini yang sama juga terjadi pada handline yang dioperasikan skala kecil di Kecamatan Sirimau (Tabel 35), dimana dengan biaya operasional yang relatif rendah dapat dihasilkan pemerimaan yang tinggi.

Tabel 35 Penerimaan usaha perikanan tangkap per tahun di Kecamatan Sirimau

No Nama Desa Penerimaan (Rp/tahun) Gillnet Hanyut Gillnet Dasar Handline Pole and Line Purse Seine 1 Batu Merah 90.000.000 7.200.000 8.550.000 - 246.000.000 2 Pandan Kasturi 24.000.000 - - - - 3 Hatiwe Kecil - - - 1.200.000.000 - 4 Galala 26.400.000 - - 2.964.000.000 -

Bila dibandingkan dengan biaya operasional yang dikeluarkan, gillnet hanyut dan gillnet dasar juga memberikan penerimaan yang tinggi di Kecamatan Sirimau. Pole and line dan purse seine, penerimaannya termasuk besar karena biaya operasional yang dikeluarkan juga tinggi serta ABK yang telibat juga banyak. Menurut Nurani dan Wisudo (2007), jumlah ABK merupakan komponen pengeluaran yang besar dalam pengelolaan usaha perikanan skala besar. Karena itu, komponen biaya ABK harus disisihkan dalam setiap perhitungan keuntungan usaha.

Pancing tonda dan purse seine merupakan usaha perikanan tangkap dengan penerimaan tertinggi di Kecamatan Nusaniwe. Namun bila dibandingkan dengan biaya operasional yang dikeluarkan, peningkatannya kurang dari 2 kali, bahkan penerimaan purse seine di Desa Urimesing lebih rendah dari pengeluaran per tahunnya. Untuk handline dan gillnet, penerimaan umumnya lebih dari 2 kali biaya operasional yang dikeluarkan.

95

Tabel 36 Penerimaan usaha perikanan tangkap per tahun di Kecamatan Nusaniwe

No Nama Desa Penerimaan (Rp/tahun) Gillnet Hanyut Gillnet Dasar Handline Pancing Tonda Purse Seine 1 Latuhalat - - 44.100.000 386.568.000 500.040.000 2 Seilale 38.880.000 20.880.000 7.650.000 - - 3 Amahusu - - - 43.200.000 - 4 Nusaniwe 57.600.000 - - 81.000.000 - 5 Benteng 38.880.000 230.400.000 8.550.000 - - 6 Urimesing - - - 338.220.000 144.000.000 7 Waihaong 80.434.140 27.000.000 - 76.500.000 897.600.000 8 Silale 38.880.000 - 8.550.000 - 162.000.000

Dari segi kuantitas, penerimaan handline dan gillnet ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan pancing tonda dan purse seine, namun untuk keberlanjutan usaha perikanan, handline dan gillnet baik karena lebih mudah memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama pada musim ikan sepi (paceklik). Menurut Wilson (1999), kondisi produksi yang lesu dan krisis ekonomi yang berkepanjangan akan lebih terasa pada usaha perikanan skala besar yang menggunakan banyak faktor produksi yang berasal dari luar lokasi usaha, terutama BBM (solar, minyak tanah, bensin), oli, dan es balok.