• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan variabel status desa di Kecamatan Teluk Ambon

4 STATUS DESA PESISIR

4.1 Keberadaan Variabel Status Desa

4.1.2 Keberadaan variabel status desa di Kecamatan Teluk Ambon

Teluk Ambon, dengan jumlah desa sebanyak tujuh desa dan satu kelurahan, dimana ke tujuh desa tersebut adalah pesisir yaitu Laha, Tawiri, Hatiwe Besar, Wayame, Rumah Tiga, Poka, dan Hunut, sedangkan satu-satunya kelurahan, yaitu Kelurahan Tihu, tidak terletak di pesisir. Jumlah penduduk di kecamatan ini hamper 20% dari jumlah penduduk Kota Ambon, dan merupakan kecamatan yang luas daratan terbesar dibanding dengan empat kecamatan lainnya. Walaupun merupakan kecamatan dengan daratan terluas, tingkat kepadatan penduduk termasuk tinggi, yaitu 332 penduduk/km2.

Penduduk di kecamatan ini, sebagian besar (27%) bekerja sebagai petani (lihat Gambar 10). Petanian di kecamatan ini adalah tanaman pangan yang merupakan salah satu pemasok sayuran di Pasar Ambon. Kontribusi sub-sektor pertanian tanaman pangan terhadap PDRB kecamatan, realtif kecil (hanya sekitar 8%). Hal ini berbeda dengan penduduk yang bekerja sebagai nelayan yang hanya 2,74%, tetapi kontribusi sub-sektor perikanan terhadap PDRB sebesar 14,3%.

Gambar 10 Grafik jenis pekerjaan penduduk di Kecmatan Teluk Ambon Urutan berikut lapangan pekerjaan yang ditekuni oleh penduduk di kecamatan ini, ialah sebagai pengusaha/pemilik usaha (21,04%), dan PNS (14,6%), serta jenis pekerjaan lain yang besaran nya di bawah 10%. Dengan demikian, dapat

Pensiunan Pedagang Nelayan Transportasi/Sopir Buruh Harian Lepas Penata Rias/Busana/Rambut Penterjemah Dosen/Peneliti Arsitek/Akuntan/Konsultan Wartawan Pengusaha/Pemilik Usaha 4,28% 14,60% 5,49% 3,60% 27,00% 0,08%2,74% 0,26%0,69% 2,67% 8,12% 0,94% 0,83% 0,12%0,50% 0,04%0,06% 0,00% 0,00%0,59% 0,03%1,35% 3,14% 0,02% 0,00%0,14% 0,16% 0,00%0,82% 0,05% 21,04% 0,62%

disimpulkan bahwa penduduk di kecamatan sebagian besar bekerja di sektor moderen.

Sarana pendidikan yang ada di kecamatan ini cukup lengkap, mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Bahkan pendidikan tinggi kelautan dan perikanan berada di kecamatan ini, yaitu Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan, dan Fakultas Teknik Perkapalan maupun lembaga riset, yaitu Lembaga Oceanografi Nasional LIPI, dan Balai Pengembangan Perikanan. Tercatat ada 58 sekolah di kecamatan ini, yang terdiri atas 9 TK, 34 SD, 8 SMP, 5 SMA, dan 2 SMK. Dengan adanya lembaga pendidikan yang demikian lengkap di kecamatan ini, juga berdampak terhadap tingkat pendidikan angkatan kerja yang cukup tinggi, yaitu 65% berpendidikan SMP sampai perguruan tinggi (lihat Gambar 11).

Gambar 11 Tingkat pendidikan angkatan kerja di Kec. T.Ambon

Hal yang kontras terlihat pada tingkat pendidikan nelayan, dimana 53% nelayan hanya berpendidikan SD. Jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan angkatan kerja seperti dikemukakan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa angkatan kerja terbanyak yang bekerja sebagai nelayan adalah hanya tamatan SD, dan nampaknya minat lulusan pendidikan yang lebih tinggi untuk bekerja sebagai nelayan relatif rendah. Apa yang menyebabkan demikian, diperlukan kajian/ penelitian tersendiri tentang hal ini. Namun, dugaan sementara ialah persepsi penduduk berpendidikan lebih tinggi terhadap pekerjaan sebagai nelayan pekerjaan tradisional yang penghasilan rendah.

TS + SD 35% SMP + SMA 53% PT 12%

55

Gambar 12 Tingkat pendidikan nelayan di Kec. Teluk Ambon

Dari segi sosial, masyarakat di kecamatan ini heterogen, baik dari segi etnis maupun agama. Lebih dari dua etnik penduduk yang mendiami kecamatan ini, demikian juga pemeluk agama. Semua pemeluk agama (Kristen, Islam, Hindu dan Budha) ada di kecamatan ini. Dengan demikian, dari segi sosial, masyarakat di kecamatan ini dapat dikatakan sebagai masyarakat yang sudah terbuka.

Struktur ekonomi di kecamatan ini, dapat dikatakan cukup modern. Hal ini terlihat pada kontribusi sektoral terhadap PDRB kecamatan ini, dimana sektor modern cukup dominan (lihat Gambar 13). Dominannya sektor angkutan dan komunikasi di kecamatan ini, karena semua moda angkutan (darat, laut dan udara) beroperasi dan berdomisili di kecamatan ini. Moda angkutan darat misalnya, terdapat sekitar 244 angkutan penumpang yang beroperasi di kecamatan ini (Kecamatan Teluk Ambon, 2010). Ini menunjukan mobilitas manusia dan barang yang masuk dan keluar kecamatan ini cukup tinggi dan lancar.

Khusus kontribusi di sektor pertanian, yang terdiri atas sub-sektor pertanian tanaman pangan, sub-sektor peternakan, dan sub-sektor perikanan, dan menduduki peringkat kedua (kontribusi 29% terhadap PDRB) dalam struktur ekonomi kecamatan ini, sub-sektor perikanan yang memberi kontribusi yang besar (sekitar 70% dari total kontribusi sektor pertanian). Artinya, sub-sektor perikanan merupakan salah satu kontributor PDRB terbesar di kecamatan ini.

SD 54% SMP & SMA 46% Perguruan Tinggi 0%

Gambar 13 Struktur ekonomi Kecamatan Teluk Ambon

Besarnya kontribusi sub-sektor perikanan terhadap PDRB kecamatan ini, yaitu 14,3% atau urutan ketiga setelah sektor angkutan & komunikasi dan sektor listrik & air minum, tidak terlepas dari usaha perikanan yang cukup maju di kecamatan ini (tabel 12). Dari tabel 12 dapat dikatakan bahwa desa-desa pesisir di kecamatan ini relatif agak maju usaha perikanannya, dibanding dengan desa-desa pesisir di Kecamatan Leitimur Selatan, yang fishing ground nya relatif lebih dekat. Selain itu, usaha perikanan di kecamatan ini sebagian desa telah terdiversifikasi, teknologi produksi maupun metode operasi yang digunakan para nelayan di kecamatan ini, juga semakin maju, dan sudah tidak tradisional lagi.

Hal lain yang cukup mendukung/menunjang usaha perikanan di kecamatan ini, ialah disemua desa pesisir ada koperasi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan usaha perikanan. Dari segi sosial, masyarakat di kecamatan ini relatif terbuka, karena di semua desa pesisir, didiami oleh lebih dari satu etnis. Dan semua tenaga kerja (nelayan) berasal dari desa sendiri, artinya ketersediaan tenaga kerja yang mau bekerja di usaha perikanan ada di semua desa pesisir. Dengan demikian, usaha perikanan di tiap desa memberi dampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang ada di desa. Namun, seperti yang dikemukakan sebelumnya, minat tenaga kerja berpendidikan menengah dan terutama pendidikan tinggi untuk bekerja di sektor perikanan ini masih rendah.

Walau sebagian besar desa pesisir di kecamatan ini, termasuk cukup baik, dikaitkan dengan pengembangan usaha perikanan, namun diversifikasi usaha perikanan masih belum terlalu variatif, karena masih berkisar pada usaha penangkapan dan budidaya ikan serta pengolahan hanya pengasapan ikan.

Pertanian 29% Pertambang an dan Galian 0% Industri Pengolahan 1% Listrik & Air Minum 1% Bangunan 1% Perdaganga n, Hotel & 15% Angkutan & Komunikasi 35% Keuangan, Persewaan 4% Jasa-jasa 14%

57

Tabel 12 Daftar skor capaian indikator variabel status desa di Kecamatan Teluk Ambon Dalam

Indikator / Kriteria Desa Skor Desa Laha Tawiri Hative

Besar Wayame

Rumah

Tiga Poka Hunut ASPEK USAHA PERIKANAN

Unit usaha penangkapan 3 2 2 2 2 2 2

Unit usaha budidaya 1 1 1 2 2 2 2

Unit usaha pengolahan 2 1 2 1 1 2 1

Unit usaha pemasaran 3 3 2 3 3 2 2

Teknologi produksi 3 2 3 3 3 3 3

Metode operasi 3 2 3 2 3 3 3

Jumlah Skor 15 11 13 13 14 14 13 SARANA PENDUKUNG/PENUNJANG AKTIVITAS USAHA PERIKANAN

Pabrik Es 2 1 1 1 1 1 1

Koperasi 2 2 2 3 2 2 2

Bank & Lmb Keuangan Lain 1 1 1 2 2 1 1

Jumlah Skor 5 2 4 6 5 4 4 ASPEK SOSIAL BUDAYA

Spesifikasi Mata Pencaharian

Penduduk di Bid. Perikanan 3 3 2 3 2 3 3

Kualitas SDM Desa 2 2 3 3 3 2 2

Kualitas TK Usaha perikanan 1 1 1 1 2 2 2

Asal TK usaha perikanan 3 3 3 3 3 3 3

Tempat penjualan alat produksi/

pengolahan 2 2 3 2 2 2 2

Tata nilai dalam menjalankan usaha

perikanan 3 1 2 1 2 2 2

Pembauran etnis dalam usaha

perikanan 2 2 2 3 2 3 3

Pengawasan sosial 2 3 3 1 1 3 3

Jumlah Skor 18 17 19 17 17 20 20

4.1.3 Keberadaan variabel status desa di Kecamatan Teluk Ambon Baguala Kecamatan Teluk Ambon Baguala terdiri atas 6 desa dan 1 kelurahan, yaitu Desa Waiheru, Desa Nania, Desa Negeri Lama, Desa Passo, Kelurahan Lateri, Desa Halong, Desa Latta, yang seluruhnya berada di pesisir Teluk Ambon. Desa Halong dan Desa Passo merupakan desa terluas di kecamatan ini, yaitu dengan luas masing- masing 16 km2 dan 11,38 km2. Sebaliknya Desa Latta merupakan desa terkecil,

yaitu dengan luas 0,10 km2. Desa Waeheru merupakan yang paling jauh dari ibukota kecamatan yang berkedudukan di Desa Passo, dengan jarak sekitar 5 km. Kecamatan Teluk Ambon Baguala ini dilintasi oleh dua sungai dimana sungai terpanjangnya, yaitu Sungai Way Tonahitu (6 km). Menurut Zulkarnain (2007), luas, karakeristik alam, dapat potensi desa dapat menjadi pertimbangan bagi pengembangan usaha ekonomi desa.

Dari segi kependudukan, walau jumlah penduduk kecamatan ini bukan yang terbanyak, hanya sekitar 20% dari jumlah penduduk Kota Ambon, namun tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, yaitu 1.229,79 penduduk per km2. Namun tingkat kepadatan penduduk bervariasi di tiap desa, yaitu antara 313 jiwa/km2 hingga 22.175 jiwa/km2, dengan tingkat kepadatan tertinggi di Desa Nania, yaitu 22.175 jiwa/km2, walau bukan merupakan desa yang terbanyak penduduknya, karena Desa Passo adalah desa berpenduduk terbanyak (39,5% dari total penduduk kecamatan) di kecamatan ini, tetapi kepadatan penduduk hanya 1.711 jiwa/km2.

Penduduk di kecamatan ini terbanyak bekerja sebagai PNS (22,01%), yang hampir seimbang dengan yang bekerja sebagai pengusaha/pemilik usaha (19,05%). Penduduk yang bekerja sebagai petani, sebagaimana umumnya penduduk desa, hanya 12,57% atau urutan ketiga (lihat Gambar 14), padahal hasil pertanian tanaman pangan yang dihasilkan oleh petani di kecamatan ini merupakan salah satu pemasok utama di pasar Passo maupun pasar Ambon. Dengan penduduk yang bekerja sebagai petani, peternak dan nelayan di kecamatan ini, yang secara total hanya 13,87%, menunjukan bahwa mayoritas penduduk di kecamatan ini memilih bekerja di sektor moderen. Hal ini, dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah Kota Ambon untuk menjadikan Passo (ibukota kecamatan) sebagai kota orde kedua (RPJM Kota Ambon 2006-2011). Terlihat jelas dari total penduduk yang bekerja sebagai pengusaha/pemilik usaha, pedagang, dan karyawan swasta, sebesar 32,6%.

Urutan keempat pekerjaan penduduk ialah yang bekerja sebagai anggota TNI dan Polri (11,92%). Banyaknya penduduk yang bekerja sebagai anggota TNI dan Polri di kecamatan ini, karena terdapat asrama TNI AL dan asrama Polri.

59

Gambar 14 Grafik pekerjaan penduduk di Kec. Baguala

Di bidang pendidikan, kecamatan ini cukup maju, dilihat dari banyaknya sekolah maupun tingkat pendidikan rata-rata angkatan kerja (penduduk usia kerja). Jumlah sekolah di kecamatan ini sebanyak 57 sekolah, terdiri atas 10 TK, 30 SD, 9 SMP, 6 SMA, dan 2 SMK. Dengan jumlah sekolah yang demikian banyak, juga memberi akses yang lebih besar bagi masyarakat untuk menikmati pendidikan. Hal ini tercermin dari tingkat pendidikan angkatan kerja yang cukup tinggi, yaitu 78% berpendidikan SMP ke atas (lihat Gambar 15).

Gambar 15 Grafik tingkat pendidikan angkatan kerja di Kec. Baguala

Cukup tingginya pendidikan penduduk di kecamatan ini didukung oleh jumlah sekolah yang demikian banyak, yaitu berjumlah 58 sekolah, yang terdiri atas TK sebanyak 10, SD sebanyak 30, SMP sebanyak 9, SMA sebanyak 6, dan SMK 3.

Pensiunan Pedagang Nelayan Transportasi/Sopir Buruh Harian Lepas Penata Rias/Busana/Rambut Penterjemah Dosen/Peneliti Arsitek/Akuntan/Konsultan Wartawan Pengusaha/Pemilik Usaha 6,72% 22,01% 11,92% 1,56% 12,57% 0,07%1,23% 0,01%0,06% 0,51% 11,96% 0,73%1,46% 0,55%0,91% 0,03%0,07% 0,00% 0,00%1,19% 0,14%0,97% 4,42% 0,03% 0,02%0,26% 0,43% 0,01%0,95% 0,03% 19,05% 0,12%

Jenis Pekerjaan Penduduk Kec. Baguala

TS + SD 22% SMP + SMA 67% PT 11%

Tiga SMK di kecamatan ini, berbeda bidang ketrampilan/kejuruan, yaitu masing- masing kejuruan perikanan, kejuruan pertanian, dan kejuruan teknologi dan perkapalan. Dengan demikian, banyaknya sekolah dan beragamnya sekolah kejuruan di kecamatan ini, memberi akses yang luas dan variatif kepada penduduk dikecamatan ini dalam memilih pendidikan yang sesuai. Tingginya pendidikan penduduk, juga diikuti dengan tingginya pendidikan para nelayan (lihat Gambar 16).

Gambar 16 Grafik Pendidikan Nelayan di Kec. Baguala

Struktur ekonomi kecamatan ini di dominasi oleh sektor moderen, yaitu sektor jasa-jasa (27%), dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (26%), sedangkan sektor pertanian menempati urutan ketiga kontribusinya terhadap PDRB kecamatan ini (lihat Gambar 17). Dominasi sektor moderen terhadap struktur ekonomi kecamatan ini, sebagai konsekuensi dari kebijakan Pemerintah Kota Ambon pada tahun 2006 untuk membatasi pembangunan pusat bisnis baru dipusat kota dan mendorong aktivitas perdagangan dan jasa-jasa ke Passo (ibukota kecamatan) sebagai kota orde kedua. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 22%, yang merupakan akumulasi dari sub-sektor pertanian tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Dan sub-sektor perikanan memberi kontribusi sekitar 65% terhadap sektor pertanian ini. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kontribusi sub-sektor perikanan terhadap PDRB kecamatan ini sebesar 14%, atau kontributor terbesar ketiga. SD ke Bawah 20% SMP & SMA 73% Perguruan Tinggi 7%

61

Gambar 17 Grafik PDRB Kecamatan Baguala

Di bidang perikanan, desa-desa pesisir ini cukup diandalkan sebagai kontribur bidang perikanan terutama perikanan tangkap di Kota Ambon. Namun demikian, kegiatan perikanan di desa-desa pesisir tersebut masih perlu dikembangkan karena beberapa potensi desa belum termanfaatkan secara optimal. Hal ini terlihat pada tabel 13 dimana usaha pengolahan sama sekali minim di kecamatan ini, karena hanya ada di Desa Halong dan Desa Latta, serta hanya usaha pengasapan ikan saja. Selain itu, sarana penunjang usaha perikanan sangat minim, dimana pada semua desa tidak ada pabrik es, padahal usaha penangkapan memerlukan es untuk menjaga kualitas ikan hasil tangkapan, apalagi fishing ground agak jauh di banding desa- desa pesisir di kecamatan lainnya.

Pertanian 22% Pertamban gan dan Penggalian 1% Industri Pengolahan 8% Listrik & Air Minum 2% Bangunan 1% Perdaganga n, Hotel & Restoran 26% Angkutan & Komunikasi 5% Keu, Perse waan & Jasa Perusahaan 8% Jasa-jasa 27%

Tabel 13 Daftar skor capaian indikator variabel status desa di Kecamatan Teluk Ambon Baguala

Indikator / Kriteria Desa

Skor Desa

Nania Waeheru Negeri

Lama Passo Lateri Halong Latta ASPEK USAHA PERIKANAN

Unit usaha penangkapan 2 2 2 2 2 3 2

Unit usaha budidaya 2 2 2 2 2 2 2

Unit usaha pengolahan 1 1 1 1 1 2 2

Unit usaha pemasaran 3 2 2 3 2 2 2

Teknologi produksi 1 1 1 2 3 3 2

Metode operasi 1 1 1 2 2 2 2

Jumlah Skor 10 9 9 12 12 14 12 SARANA PENDUKUNG/PENUNJANG AKTIVITAS USAHA PERIKANAN

Pabrik Es 1 1 1 1 1 1 1

Koperasi 2 1 2 2 2 2 2

Bank & Lmbg Keuangan Lain 2 1 1 3 2 1 1

Jumlah Skor 5 3 4 6 5 4 4 ASPEK SOSIAL BUDAYA

Spesifikasi Mata Pencaharian Penduduk

di Bidang Perikanan 3 2 3 3 3 3 3

Kualitas SDM Desa 3 3 3 3 3 3 3

Kualitas TK Usaha perikanan 3 3 3 3 3 3 3

Asal TK usaha perikanan 3 3 3 3 3 3 3

Tempat penjualan alat produksi/

pengolahan 2 2 2 3 2 2 2

Tata nilai dalam menjalankan usaha

perikanan 1 1 1 2 2 2 1

Pembauran etnis dalam usaha perikanan 2 2 1 2 2 1 3

Pengawasan sosial 3 3 3 1 3 1 3

Jumlah Skor 20 19 19 20 21 18 21