• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORUPSI LUTHFI HASAN ISHAAQ

H. Sejarah PKS: Dari Gerakan Kampus ke Panggung Politik

B.1. Bingkai Diagnostik

Pada level framing diagnostik, PKS mengidentifikasi masalah umat Islam sebagai akibat dari apa yang mereka disebut dengan ghazwul fikri75 atau perang pemikiran. Melalui ghazwul fikri ini, mereka merasa bahwa umat Islam sedang diserang oleh pihak lawan, bukan hanya melalui jalan militer, tetapi juga diserang dari segi budaya, ekonomi, dan politik. Sebagaimana yang dituliskan Irwan Prayitno salah seorang kader PKS:

“Kekalahan pihak kafir, khususnya Nasrani, dari umat Islam melalui perang fisik dan senjata (pada perang salib), menjadikan mereka berfikir mencari jalan lain yang dapat mengalahkan umat Islam. Al-Ghazw Al-Fikr adalah serangan pemikiran secara bertubi-tubi yang tersusun secara sistematik, teratur dan terancang dengan baik yang dilakukan oleh umat yang kuat kepada umat yang lemah untuk merubah kepribadiannya sehingga kemudian menjadi pengikut umat yang kuat tersebut. Umat jahiliyah senantiasa memerangi umat Islam. Perang tersebut dilaksanakan dalam tiga bentuk, yaitu: politik, militer, dan ekonomi. Al-Ghazw Al-Fikr akan menghasilkan berbagai kerusakan di kalangan umat Islam dengan cara merusak akhlak, menghancurkan fikrah, melarutkan pribadi, dan menumbangkan aqidah. Dengan cara tersebut, akan dihasilkan umat yang rusak akhlak dan kepribadiannya, kotor pemikirannya, keluar dari Islam, serta

memberikan loyalitasnya kepada orang kafir.”76

74

Data selengkapnya lihat:

http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Keadilan_Sejahtera#Sejarah, diakses pda tanggal 16 Juli 2014. 75

Ghazwul Fikri atau perang pemikiran dalam konsepsi gerakan PKS adalah upaya dari musuh-musuh Islam yang berupaya untuk memperlemah umat Islam dengan cara melarutkan umat Islam dari ajaran Islam yang murni. Sarana yang biasa dilakukan dalam Ghazwul Fikri seperti: budaya, politik, dan militer. Lebih jauh dapat dilihat dalam: Irwan Prayitno, Kepribadian Dai, (Bekasi: Pustaka Tarbiyatuna, 2003).

76

Pernyataan Irwan Prayitno itu merupakan bentuk bingkai diagnostik yang berusaha merumuskan adanya ancaman kepada umat Islam yang berasal dari pihak luar Islam. Ancaman itu, menurut mereka datang dari musuh-musuh Islam. Yang di maksud dengan musuh-musuh Islam yaitu: Al-Laa Diiniyuun (Ateis), Al-Yahuud (Yahudi), Al-Musyrikun (Musyrik), An-Nashaara (Kristen), dan Al-Munafiquun (Munafik).77 Selanjutnya, para musuh Islam tersebut dianggap melakukan usaha yang terus-menerus dan sistematis sampai pada rusaknya umat Islam dari segi akidah, akhlak, dan fikrah (pemikiran).

Setelah mendiagnosis musuh dan tujuannya terhadap umat Islam yang diinterpretasikan oleh gerakan, maka selanjutnya mereka melakukan diagnostik pada kondisi umat Islam secara faktual. Menurut mereka, umat Islam saat ini sedang mengalami kemunduran sejak jatuhnya Khilafah Islam pada tahun 1924 dan banyak dari negeri-negeri berpenduduk moyoritas Islam yang dijajah oleh Barat (Eropa). Tentang ini Irwan Prayitno menulis:

“Keadaan muslimin sekarang ini amatlah hina dan berada di bawah kekuasaan musuh-musuh Islam. Muslim sebagai umat yang baik dan mulia ternyata tidak lagi nampak kemuliaannya di tengah manusia lain....Bukti yang nyata adalah banyaknya negara Islam di bawah kekuasaan musuh-musuh Islam.”78

Dari penjelasan pada level diagnostik, gerakan PKS memberikan beberapa bingkai penting kepada kadernya. Pertama adalah mereka mendefinisikan ancaman dari musuh-musuh Islam, yaitu: Ateis, Yahudi, Musyrik, Kristen, dan Munafik yang selalu berusaha merusak umat Islam dari segi akidah, akhlak, dan pemikiran. Kedua, menggambarkan kondisi umat Islam saat ini yang sedang

“hina”, sebagai contoh adalah runtuhnya Khilafah Islam dan penjajahan

77

Irwan Prayitno, Kepribadian Dai, hal.21. 78

negara Barat (Eropa dan Amerika Serikat) terhadap negara-negara Islam. Kasus konflik di Palestina menjadi bingkai yang menguatkan framing diagnostik mereka, karena pada konteks itu, antara ancaman/musuh dan keadaan faktual menjadi semakin nyata. Ancaman dari musuh gerakan, yaitu Yahudi (Israel) yang menjajah negara Palestina.

Lebih lanjut Salim Segaf Al-Jufri mengatakan bahwa puncak kemerosotan politik Islam adalah ketika runtuhnya Khilafah Islam tahun 1924 oleh Kemal At-Taturk dan tercabik-cabiknya dunia Islam karena kolonialisme Barat.79 Hal ini memperlihatkan bahwa ancaman lain dari luar Islam bukan hanya orang-orang ateis, Kristen, munafik, dan musrik, tapi juga ideologi atau faham yang berasal

dari “Barat” seperti sekularisme, liberalisme, dan kolonialisme. Gerakan

sekularisme Kemal At-Taturk dianggap sebagai penyebab keruntuhan Khilafah Islam di Turki.

Menurut gerakan Tarbiyah/PKS, sekularisme dan liberalisme merupakan produk Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Menurut mereka, fenomena yang dialami umat Islam adalah mundurnya moralitas dan akhlak umat Islam oleh usaha-usaha musuh-musuh Islam. Maksudnya, bahwa umat Islam mengikuti budaya yang tidak berasal dari ajaran atau tradisi Islam. Misalnya, umat Islam banyak yang suka terhadap musik atau film yang berasal dari “Barat”,

cara berpakaian yang tidak menutup aurat, pergaulan bebas, dan lain-lain.80 Fenomena ini menurut mereka juga merupakan buah dari Ghouzul Fikr.

79

Salim Segaf al-Jufri dalam pengantar Hussain bin Muhammad bin Ali-Jabir, Menuju Jama‟atul Muslimin: Telaah Sistem Jamaah dalam Gerakan Islam. (Jakarta: Rabbani Press, 2001), hal.1.

80

Tabel 2. Framing diagnostik gerakan Tarbiyah/PKS

Musuh Gerakan Ateis, Yahudi, Musyrik, Kristen, Munafik, Barat, Sekularisme, dan Liberalisme

Ancaman/ Tujuan Musuh Musuh-musuh Islam berupaya melemahkan umat Islam melalui merusak akidah, akhlak, dan fikrah umat Islam. agar umat Islam mengikuti dan loyal kepada sistem dan budaya musuh-musuh Islam dari segi politik dan budaya.

Sarana Sarana yang musuh-musuh Islam lakukan adalah

dengan melakukan ghowzul fikri, melalui: media, pendidikan, percetakan, hiburan, klub, olah raga, yayasan, dan lain-lain

Hasil Runtuhnya Khalifah Islam, banyaknya

negara-negara Islam/berpenduduk muslim yang dijajah atau tunduk pada barat, dan umat Islam mengukuti

budaya atau gaya hidup “Barat” yang menurut

gerakan tidak Islami.