• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORUPSI LUTHFI HASAN ISHAAQ

E. Peng aruh Rukun Bai’at dalam Proses Framing

Faktor ideologi yang penulis temukan berpengaruh dalam proses framing

gerakan PKS agar kadernya tetap melakukan kerja-kerja untuk gerakan adalah

rukun bai‟at. Aan Rohana berkata mengenai rukun bai‟at: “yang namanya rukun maka itu wajib dilaksanakan oleh setiap kader PKS, kalau tidak maka kader itu

149

kurang sempurna pemahamannya terhadap gerakan dakwah PKS”.150

Urgensi

rukun bai‟at merupakan salah satu framing ideasional/ ideologi dari gerakan PKS yang diajarkan dalam halaqoh-halaqoh gerakan mereka.

Dua rukun bai‟at yang penulis tekankan dalam penelitian ini adalah taat

(kepatuhan) dan tadhiyyah (pengorbanan), karena sesuai dengan pertanyaan penelitian penulis. Mengenai taat, Hasib, Lc. menjelaskan “dalam halaqoh-halaqoh yang ada di PKS, setiap kader diberikan pemahaman bahwa ketaatan pertama adalah untuk Allah, kedua Rasul, dan ketiga adalah taat kepada

pemimpin”.151

Kemudian mengenai Tadhiyyah, Aan Rohana melanjutkan “bahwa

setiap kader mngeluarkan seluruh apa yang mereka punya untuk dakwah, dan bertujuan untuk mendapat Ridho Allah. Jadi dengan kasus Ustad Luhfi, tidak terlalu berpengaruh terhadap kesolidan kader, karena tidak ada figuritas dalam

PKS”.152

Dengan pemaparan konsep ideasional mengenai rukun bai‟at, terutama

konsep taat dan tadhiyyah yang dijelaskan Hasib Lc dan Aan Rohana, PKS mempunyai mekanisme ideologis untuk tetap memperkuat soliditas anggotanya di tengah kasus Luthfi Hasan Ishaaq. Konsep taat dan tadhiyyah menjadi penawar bagi PKS apabila terjadi permasalahan ataupun perubahan strategi gerakan, agar

kadernya tetap setia dan terlibat dalam gerakan tanpa banyak “kegaduhan”. Pada akhirnya, ketaatan kepada pemimpin tampak terinternalisasi pada kader gerakan

150

Wawancara dengan Aan Rohana. 151

Wawancara dengan Ust. Hasib, Lc. Pendiri Partai Keadilan (PK) dan PKS, mantan anggota Majelis Syuro, Dewan Syariah, dan Kaderisasi DPP PKS. Wawancara dilakukan di Bogor, Jawa Barat pada 7 Agustus 2014.

152

PKS. Ketika penulis menanyakan kepada Suhada, mengapa dia taat kepada pimpinan PKS di atasnya secara struktural. Dia menjelaskan:

“Kami di PKS ada istilah taat kepada pimpinan, itulah yang ditarbiyah kepada kami untuk tsiqoh atau percaya kepada pimpinan, karena itu menjadi rukun baiat. Walaupun saya tidak mengenal secara langsung, begitupun sebaliknya, ada keyakinan dalam diri saya bahwa beliau adalah orang-orang baik dan semua yang ada di PKS adalah orang-orang yang baik dan shaleh. Mereka (pemimpin) jauh lebih kebaikannya daripada saya di level bawah, inilah yang mendasari keyakinan

saya kepada Ustad Anis Matta. ”153

Dalam teori psikologi sosial dinamika partisipasi dalam gerakan berdasarkan atas asumsi bahwa kita dapat membedakan tiga alasan fundamental mengapa seorang terlibat dalam sebuah gerakan sosial. Keikutsertaan dalam gerakan menarik seseorang: ingin merubah keadaan mereka, mereka ingin

“berbuat” sebagai anggota kelompok mereka, atau mereka ingin memberikan arti untuk dunia mereka dan mengekspresikan pandangan dan perasaan mereka.154

Dalam kaitannya dengan motif keterlibatan dalam gerakan, faktor psikologi sosial menjadi penting untuk menganalisa keterlibatan kader PKS dalam kerja-kerja untuk gerakan menjelang pemilu 2014. Pidato Anis Matta di bawah ini menggambarkan terdapat alasan untuk seorang kader berkerja untuk gerakan menurut teori psikologi sosial:

"Jadi kalau ada diantara Antum nanti yang memasang bendera di sudut kota Medan, atau di Binjai, atau di Sipirok atau di Nias, Antum memasang bendera, membagikan stiker, melakukan direct selling, Antum jangan menganggap itu pekerjaan yang kecil, tapi satu pekerjaan yang terhubung dalam satu rangkaian kerja besar membangun kembali peradaban Islam ini. Dan memberikan semangat baru bagi dunia Islam yang sekarang sedang mengalami pukulan berat."155

153

Wawancara dengan Suhada. 154

Bert Klandermans, The Demand and Supply of Participation: Social-Psychological Correlates of Participation in Social Movement, dalam David Snow, Sarah A. Soule, dan Hanspeter Kriesi,edt. The Blackwell Companion to Social Movements (United Kingdom: Blackwell Publishing, 2004), hal.361.

155

Pidato Anis Matta, “Apel Siaga Pemenangan Pemilu 2014” Selasa, 4 Februari 2014. Lihat http://www.kabarpks.com/2014/02/taujih-presiden-pks-anis-matta.html. Diunduh pada Senin, 25 Agustus 2014.

Pidato Anis Matta tersebut menggambarkan alasan keterlibatan seorang kader dalam gerakan. Bahwa keterlibatan mereka dalam gerakan merupakan sebuah kerja besar untuk membangun kembali peradaban Islam yang telah runtuh. Pada pidato tersebut terdapat alasan ideologis dan identitas gerakan yang memungkinkan kader PKS terlibat dalam kerja-kerja untuk gerakan.

Pada akhirnya, kasus Luthfi Hasan Ishaaq bukan lagi dipandang sebagai pelanggaran terhadap ideologi dan idealisme gerakan. Bahkan, dianggap sebagai ujian dan rintangan dalam berjuang menegakkan cita-cita gerakan, dan semakin menambah semangat kader untuk tetap melakukan kerja-kerja untuk gerakan. Karena aktifitas dalam gerakan dianggap sebagai sebuah aktifitas yang mulia, yaitu bertujuan untuk mendirikan kejayaan Islam. sebagaimana diungkapkan Suhada mengenai hal ini:

“Bahwa ujian dalam dakwah adalah sesuatu yang niscaya, seperti kasus Ustad

Luthfi. Kita percaya ini adalah sebuah ujian bagi PKS. Dengan ujian seperti itu, disampaikan bahwa di dalam dakwah banyak terjangan topan dan badai tidak menurunkan semangat kader, artinya apabila itu bagian dari ujian, bahwa kita harus mampu melalui ujian itu”156

156

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Terdapat beberapa jawaban pertanyaan penelitian mengenai mengapa kader PKS tetap melakukan aksi-aksi kolektif (kampanye, rapat rutin, direct selling, memasang atribut partai, dan lain-lain) menjelang pemilu 2014 di tengah kasus yang menjerat Luthfi Hasan Ishaaq. Jawabannya PKS melakukan framing

terhadap kader mereka. Framing tersebut ada yang bersifat konstruk (dibuat) maupun yang bersifat ideologis. Secara konstruk gerakan melakukan reinterpretasi kasus Luhfi Hasan Ishaaq yang ditujukan kepada kader mereka, seperti: framing melalui pidato perdana Anis Matta ketika menjadi presiden PKS, memberikan framing motivasi, dan melakukan spiral of encapsulation dengan memutus informasi kader dari dunia luar terkait kasus tersebut.

Setelah Luthfi Hasan Ishaaq ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK pada tanggal 30 Januari 2013, Gerakan Tarbiyah/PKS dengan cepat melakukan reinterpretasi kasus tersebut yang ditujukan kepada kadernya. Reinterpretasi itu berupa framing yang dilakukan pada tanggal 1 Februari 2013 oleh Anis Matta ketika pidato pertama kali setelah ditunjuk sebagai presiden PKS menggantikan Luthfi Hasan Ishaaq.

Dalam pidato tersebut, Anis menyampaikan dua framing penting dan berpengaruh terkait kasus Luthfi Hasan Ishaaq. Pertama, bahwa kasus yang

menimpa Luthfi Hasan Ishaaq adalah sebuah konspirasi. Menurut Anis Matta, konspirasi itu dilakukan oleh musuh-musuh gerakan untuk menghancurkan PKS.

Kedua, framing yang menyatakan bahwa Luthfi Hasan Ishaaq tidak bersalah. Dengan ucapan Anis Matta dalam pidatonya yang menyatakan “cinta” dan “percaya” kepada Luthfi Hasan Ishaaq secara eksplisit memperlihatkan bahwa

menurut gerakan, Luthfi Hasan Ishaaq tidak bersalah. Ditangkapnya Luthfi Hasan Ishaaq dianggap sebagai bentuk penzoliman dan ujian terhadap Gerakan Tarbiyah/PKS.

Berdasarkan penemuan penulis, pidato Anis Matta tersebut sengaja disampaikan kepada kader gerakan sebagai sebuah framing terhadap kasus tersebut. Gerakan Tarbiyah/PKS sengaja mengundang dan membayar dua stasiun tv swasta (TV One dan Metro TV) untuk menyiarkan pidato tersebut. Tujuannya agar semua kader gerakan di seluruh Indonesia mendengar dan melihat pidato tersebut. Selanjutnya, bahasa yang digunakan Anis Matta adalah bahasa gerakan, seperti: antum, taat, tsiqoh, dan lain-lain. Hal ini bertujuan agar framing yang disampaikan gerakan melalui Anis Matta bisa diterima dengan baik dan massif oleh para kader gerakan.

Selanjutnya, framing yang dilakukan gerakan berupa bingkai motivasi meliputi: kewajiban dan insentif yang didapat kader yang terlibat dalam kerja untuk gerakan. Bingkai motivasi yang pertama menyatakan bahwa kerja-kerja dalam gerakan adalah aktivitas yang dakwah yang mulia. Karena, aktivitas yang dilakukan dalam gerakan bertujuan untuk menerapkan nilai-nilai Islam dan mendapat perintah langsung dari Tuhan. Mereka juga menganggap bahwa dalam

gerakan mereka tidak mengenal figuritas atau ketokohan. Sehingga, kasus Luthfi Hasan Ishaaq tidak terlalu berpengaruh bagi militansi kader Gerakan Tarbiyah/PKS untuk tetap melakukan kerja-kerja dalam gerakan.

Motivasi selanjutnya adalah adanya insentif-insentif yang didapat anggota gerakan ketika terlibat dalam aktivitas gerakan. Pertama, mereka mendapatkan insentif selektif, misalnya keterlibtannya dalam gerakan memungkinkan mereka mendapatkan jodoh/pasangan dalam gerakan, yang menurut mereka-para kader dalam gerakan mereka- baik dalam hal pemahaman agama. Insentif selektif lainnya berupa mendapatkan jaringan pertemanan dan mendapatkan akses-akses dalam pekerjaan dan keterampilan tertentu.

Insentif kedua yang memotivasi seorang kader gerakan Tarbiyah/PKS tetap terlibat dalam gerakan adalah adanya insentif solider. Insentif solider berupa kepuasan emosional dan psikologis yang didapatkan anggota gerakan karena merasa diberdayakan dan menjalin keintiman pertemanan. Seorang anggota gerakan merasa diberdayakan karena dalam Gerakan Tarbiyah/PKS terdapat penugasan dalam bidang dakwah tertentu, misalnya menjadi pengurus partai, dakwah sekolah, maupun yayasan-yasasan yang berafiliasi dengan gerakan. Alasan pemberdayaan inilah yang membuat mereka merasa diakui eksistensinya sebagai manusia.

Insentif solider lainnya berupa keintiman dalam menjalin pertemanan sesama anggota gerakan. Hal ini bisa dilihat ketika mereka bertemu dengan teman mereka sesama dalam gerakan, mereka akan berjabat tangan dan berpelukan. Keintiman pertemanan ini juga dapat dilihat dari panggilan khusus kepada sesama

anggota gerakan seperti “akhi”,”ukhti”,dan “antum” yang juga membuat mereka semakin ekslusif. Sehingga, hal tersebut membuat mereka semakin nyaman dalam gerakan dan merasa khawatir apabila terputus dari insentif-insentif tersebut. Faktor-faktor insentif inilah yang membuat mereka tetap terlibat dalam gerakan walaupun ada kasus korupsi yang menjerat pimpinan mereka.

Faktor pendukung lain mengapa framing yang disampaikan Anis Matta sangat berpengaruh bagi anggota gerakan adalah karena framing tersebut beresonansi dengan baik. Sebuah bingkai akan beresonansi dengan baik apabila aktor yang menyampaikan frame tersebut terlihat kredibel (credibility). Anis Matta dipandang oleh anggota gerakan sebagai sosok yang kredibel sebagai personal, baik secara ideologis maupun kepemimpinan dalam gerakan. Kredibilitas Anis Matta dipandang semakin maksimal oleh anggota gerakan ketika dia mengundurkan diri sebagai anggota DPR-RI dan memilih untuk fokus mengurus gerakan/partai.

Faktor pendukung lainnya dalam keberhasilan proses framing di dalam Gerakan Tarbiyah/PKS yaitu adanya pemutusan informasi yang berasal dari luar gerakan. Pada jenjang keanggotaan yang tinggi dalam gerakan, seperti level kader Ahli dan Purna, kader gerakan tidak diperbolehkan mengeluarkan pernyataan ke media massa. Tujuannya agar informasi yang didapatkan kader hanya melalui mekanisme resmi dalam internal gerakan, seperti melalui halaqoh/liqo atau

LT3Besar dan menghindari pernyataan tersebut “dipelintir” oleh media yang

Proses pemutusan informasi juga terjadi pada level kader di bawah Ahli dan Purna. Pada level kader Dewasa, Madya, Muda, dan Pendukung tidak diperbolehkan mengakses dan mempercayai pemberitaan media terkait kasus Luthfi Hasan Ishaaq. Hal ini dimaksudkan agar kader hanya menerima informasi yang berasal dari gerakan. Media yang paling efektif dalam proses ini yaitu melalui halaqoh/liqo dan pertemuan-pertemuan rutin kader di setiap jenjang struktur partai. Proses pemutusan informasi ini dalam gerakan sosial biasa disebut

spiral of encapsulation.

Secara ideologi PKS mempunyai sumber daya yang memungkinkan kadernya tetap loyal disaat terjadi permasalahan di internal gerakan, seperti yang

terlihat dalam rukun bai‟at yang menjadi materi wajib di halaqoh-halaqoh. Sebenarnya Aan Rohana mengungkapkan kekecewaannya terhadap kasus

tersebut: “kami kecewa dengan Luthfi Hasan Ishaaq. Kami telah membina kader di bawah dengan baik, tetapi di atasnya (Luthfi Hasan Ishaaq) berperilaku seperti

itu.”157

Walaupun demikan, kekecewaan itu tidak sampai meluap dalam bentuk protes, mogok, atau berhenti dari gerakan.

Rukun bai‟at menjadi faktor pendukung proses framing yang dilakukan Gerakan Tarbiyah/PKS dalam kasus Luthfi Hasan Ishaaq. Rukun bai‟at

merupakan sepuluh janji setia yang wajib dipahami dan dilaksanakan setiap

anggota gerakan. Tiga rukun bai‟at yang berpengaruh dalam keberhasilan framing di gerakan Tarbiyah/PKS menurut penulis yaitu, taat (patuh) dan tsiqoh

(percaya),dan tadhiyyah (pengorbanan).

157

Rukun bai‟at juga menjadi salah satu standar perilaku bagi semua anggota

gerakan. Melalui rukun bai‟at, anggota gerakan dituntut untuk percaya dan taat kepada murabbi atau pemimpin mereka. Sehingga kepatuhan dan kepecayaan anggota gerakan kepada murabbi/pemimpin inilah yang membuat framing

berjalan dengan maksimal di internal kader gerakan PKS.

B. Saran

Penulis memberikan saran kepada peneliti-peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang gerakan sosial Islam, khususnya Gerakan Tarbiyah/PKS untuk mengkaji lebih mendalam aspek framing gerakan. Framing pada gerakan sosial Islam berguna untuk memahami idelologi, budaya, dan tujuan politik sebuah gerakan. Khusus dalam skripsi ini, framing juga berfungsi untuk menjelaskan dan memprediksi pola perilaku sebuah gerakan ketika terjadi permasalahan, khususnya kasus yang berkaitan dengan pelanggaran ideologi oleh elit/pimpinan gerakan.

Penulis juga memberikan saran kepada peneliti-peneliti yang melakukan penelitian serupa untuk menggunakan pendekatan mobilisasi atau menggabungkan antara pendekatan mobiliasasi dengan framing. Aspek-aspek strategi kebijakan pada Gerakan Tarbiyah/PKS dalam pendekatan mobilisasi dapat melengkapi pendekatan framing yang bersifat ideasional. Tujuan penggabungan menggunakan pendekatan framing dan mobilisasi dimaksudkan agar didapat informasi yang lebih komprehensif terhadap masalah yang diteliti.