• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORUPSI LUTHFI HASAN ISHAAQ

M. Tingkatan/Jenjang Keanggotaan Dalam Gerakan

Sebagai sebuah organisasi kader, ada tingkatan keanggotaan dalam gerakan PKS. Ada enam tingkatan keanggotaan gerakan tarbiyah, yaitu: pemula (tamhidi), muda (muayyid), madya (muntasib), dewasa (muntazhim), ahli („amil), purna (mas‟ulin). Setiap jenjang memiliki kriteria dan kewajiban yang berbeda. Semakin tinggi jenjang keanggotaan, maka kriteria dan kewajibannya akan semakin berat.

Dari keenam tingkatan tersebut dibagi lagi menjadi dua, yaitu kader pendukung dan kader inti. Kader pendukung adalah mereka yang berada di tingkat pemula (tamhidi) dan muda (muayyid), sedangkan kader inti adalah mereka yang berada pada tingkat madya (muntasib), dewasa (muntazhim), ahli („amil), purna

(mas‟ulin). Para kader dibina melalui halaqoh/liqo yang anggotanya dikelompokkan berdasarkan tingkatan/jenjang yang sama dalam gerakan.

Pada jenjang keanggotaan, seorang kader bisa naik ke jenjang yang lebih tinggi. Seorang kader yang akan naik ke jenjang yang lebih tinggi terlebih dahulu harus melewati atau melaksanakan kriteria atau standar yang telah ditetapkan oleh gerakan, yang disebut muasshofat tarbiyah. Setelah kader tersebut melaksanakan

muasshofat dijenjangnya, maka dia akan mengikuti ujian kenaikan, yang disebut

dauroh tarqiyah. Ketika seorang kader lulus dalam dauroh tarqiyah, maka dia akan naik ke jenjang di atasnya.

Ada konsekuensi bagi kader di setiap jenjangnya terhadap penugasan mereka di struktur partai PKS. Bagi kader pendukung (pemula dan muda), mereka menjadi anggota biasa dalam struktur DPRa (Dewan Pengurus Ranting) setingkat kelurahan. Pada level madya seorang kader ditugaskan menjadi pimpinan dalam struktur DPRa atau menjadi anggota dalam struktur di atasnya yaitu DPC (Dewan Pengurus Cabang) tingkat kecamatan.

Selanjutnya pada level dewasa, biasanya mereka ditugaskan menjadi pimpinan tingkat DPC atau menjadi pimpinan pada tingkat DPD (Dewan Pengurus Daerah) setingkat kota madya atau kabupaten atau anggota pada tingkat DPW (Dewan Pengurus Daerah) setingkat provinsi. Kemudian jenjang ahli, kader

pada level ini menjadi pimpinan pada level DPW atau anggota pada level DPP (Dewan Pengurus Pusat). Pada level kader Purna, seorang kader ditugaskan menjadi pimpinan DPP dan/atau Majelis Syuro.106

Tabel 4: Jenjang kader dan penugasan dalam struktur PKS107 Jenjang

Keanggotaan

Tujuan atau Muasshofat Tarbiyah Jabatan dalam Struktur PKS Pemula (Tamhidi)

Seseorang yang memiliki sifat terpuji, perangai Islam asasi, tidak terkotori syirik dan tidak memiliki hubungan dengan institusi yang memusuhi Islam.

1. Memperkenalkan prinsip-prinsip umum Islam, baik aqidah, syariah, maupun akhlaq.

2. Memunculkan lingkungan yang sesuai untuk berkomitmen kepada prinsip-prinsip Islam.

3. Memperkokoh kecenderungan peserta untuk berkomitmen kepada prinsip-prinsip Islam.

4. Mengembangkan sifat-sifat terpuji dan perangai Islam asasi yang ada pada perserta melalui kajian terhadap ilmu-ilmu marhalah

(bidang studi)

5. Membentuk berbagai kecenderungan dan orientasi-orientasi positif

menuju penyebarluasan fikrah (pola pikir) Islam, dan memberi perhatian kepada berbagai problematika dunia Islam.

6. Meneliti tingkat kredibilitas berbagai kecendrungan dan orientasi-orientasi positif yang dimiliki oleh peserta tersebut. Anggota dalam struktur DPRa PKS (Dewan Pengurus Ranting) setingkat Kelurahan. Muda (Muayyid)

Seorang tamhidi yang mendukung fikrah, memiliki perhatian untuk

menyebarluaskannya,

1. Menguasai ilmu-ilmu dan nilai-nilai

yang diambil dari Qur‟an, sunnah,

dan sirah salafush shalih sesuai dengan marhalahnya.

2. Mengenal sejumlah tokoh-tokoh

Anggota dalam struktur DPRa PKS (Dewan Pengurus Ranting) setingkat 106

Diolah melalui hasil wawancara dengan Aan Rohana, Sugianto, dan Rahmat Aziz. 107

Diolah dari Arief Munandar, Antara Jamaah dan Politik: Dinamika Habitus Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Arena Politik Indonesia Paska Pemilu 2004, hal.177-179, buku Manhaj Tarbiyah 1427 H, dan hasil wawancara dengan Aan Rohana, Sugianto, dan Rahmat Aziz.

memiliki perhatian terhadap problematika kaum muslimin secara umum, dan

mempelajari sebagian daripada konsep-konsep asasi dakwah.

Islam, ulama, dan mujahid yang berkhidmat untuk Islam.

3. Mengetahui urgensi dan keharusan

beramal jama‟i untuk berkhidmat demi Islam dan kaum muslimin. 4. Memiliki kemampuan untuk

memilih jamaah yang dapat

mewujudkan pemahaman Islam yang benar.

5. Menghiasi diri dengan akhlaq Islam dan bertata krama dengan adab-adabnya, baik lahir maupun batin. 6. Menanamkan perhatian untuk

menyebarluaskan fikrah Islam dan perhatian kepada berbagai

problematika kaum muslimin. 7. Menanamkan kebiasaan untuk

indibath (disiplin) dan tidak menyia-nyiakan waktu. Kelurahan. Madya (Muntasib) Seseorang yang memenuhi segala persyaratan muayyid

dan berada di dalam barisan pada tangga pertama keterikatan di mana ia melaksanakan berbagai tugas dakwah yang dibebankan kepadanya dan membela dakwah.

1. Memperkokoh pengetahuan peserta mengenai urgensi dan kemestian komitmen ilmiah dan manajerial. 2. Memperhatikan berbagai hakikat dan

nilai-nilai yang ada dalam manhaj pada aspek pemahaman dan penguasaan.

3. Membekali peserta dengan berbagai kemahiran yang menjadi sasaran pada ilmu-ilmu marhalah, kegiatan-kegiatannya, serta pelatihan-pelatihannya.

4. Mengembangkan berbagai orientasi dan kecenderungan positif berupa perhatian, obsesi, semangat, dan pengorbanan untuk dakwah. 5. Memikul tanggung jawab dan tugas

kerja-kerja dakwah yang dibebankan kepada peserta dengan

memperhatikan aspek ketelitian dan

itqan (profesionalisme). 6. Berperan serta aktif dalam

membentuk rumah tangga dan masyarakat yang Islami.

7. Merealisasikan rukun-rukun dan adab-adab usrah. Pimpinan dalam struktur DPRa atau menjadi anggota dalam struktur di atasnya yaitu DPC (Dewan Pengurus Cabang) tingkat kecamatan. Dewasa (Muntazhim)

melaksanakan semua tugas dan beban yang diminta, disertai pengenalan terhadap berbagai keadaan gerakan dakwah dan sejarahnya, dan ia merupakan batu bata asasi di dalamnya.

yang diperoleh pada marhalah muntasib dan meningkatkan profesionalismenya.

2. Memberikan perhatian terhadap berbagai hakikat, nilai, dan

kemahiran yang menjadi target pada ilmu-ilmu marhalah serta pelatihan-pelatihannya.

3. Memberikan berbagai kemahiran yang ditargetkan pada marhalah ini dengan cara melaksanakan berbagai kegiatan, dan ikut serta secara aktif dalam berbagai pelatihan.

4. Berkorban secara maksimal dalam melaksanakan berbagai tugas dan beban yang diminta darinya.

5. Istifadah (mengambil manfaat) berdasarkan pemahaman, isti‟ab

(penguasaan), analisis, dan penggalian dari sejarah gerakan dakwah dan berbagai kondisi yang dilaluinya.

6. Berkomitmen terhadap berbagai pedoman dan keputusan yang dikeluarkan oleh berbagai institusi gerakan dakwah.

7. Bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menyempurnakan berbagai unsur keteladanan pada diri dan rumah tanggganya. DPC (Dewan Pengurus Cabang) setingkat kecamatan, pimpinan pada tingkat DPD (Dewan Pengurus Daerah) setingkat kota madya atau kabupaten, dan anggota tingkat DPW (Dewan Pengurus Daerah) setingkat Provinsi. Ahli (‘Amil) Seorang muntazhimin

yang telah memiliki keahlian dan berjanji setia untuk bekerja sesuai dengan nizham asasi (pedoman pokok) gerakan dakwah, serta mengerahkan secara efektif diri dan hartanya.

1. Memperkokoh segala hal yang telah dipelajari pada marhalah

muntazhim.

2. Memberikan perhatian terhadap berbagai hakikat, nilai, dan

kemahiran, berikut dalil-dalil syar‟i

-nya.

3. Memberikan berbagai kemahiran yang ditargetkan pada ilmu-ilmu dan kegiatan-kegiatan marhalah ini dengan berbagai pelatihannya. 4. Berkomitmen dengan sempurna

kepada sasaran nilai-nilai marhalah

yang berupa mazahir sulukiyah

(tampilan perilaku). 5. Mengembangkan berbagai

kecenderungan dan orientasi positif untuk hal-hal yang menjadi

Pimpinan pada level DPW (Dewan Pengurus Wilayah)

setingkat provinsi atau anggota pada level DPP

(Dewan Pengurus Pusat).

konsekuensi marhalah, baik berupa beban, tanggung jawab, maupun pengorbanan.

6. Menyiapkan dan memberikan

keahliah untuk menjadi da‟i yang

teladan yang mencerminkan dakwah, baik pada aspek pemikiran maupun pengamalan, baik pada dirinya sendiri, maupun dalam rumah tangganya, dengan cara

merealisasikan rukun-rukun bai‟at

dan segala hal yang terkandung di dalamnya, yang berupa pokok-pokok, maupun kewajiban-kewajiban.

7. Membantu peserta dengan segala hal yang memberinya ruang penuh untuk berkontribusi, efektifitas pelaksanaan, dan produktifitas. 8. Melatih dan memberikan keahlian

kepada peserta, serta membekalinya dengan berbagai kemahiran

leadership dan manajemen rabbani

(yang berorientasi ketuhanan).

Purna(Mutakhasis/Mas’ulin)

Seorang „amil yang memiliki keahlian ilmiah dan syar‟iyah

(syariat Islam), dan kesiapan untuk memimpin serta melaksanakan beban-beban kepemimpinan itu.

1. Menghiasi peserta dengan sifat-sifat pemimpin yang menjadi teladan, dan berbagai seni kepemimpinan yang termaktub dalam risalah-risalah yang khusus untuk itu.

2. Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bernilai tinggi dan berpengaruh besar untuk berkhidmat kepada gerakan dakwah dengan penuh keikhlasan dan totalitas.

3. Membekali diri dengan berbagai ilmu yang bermanfaat dalam rangka menunaikan amal-amal yang dituntut oleh syari‟at untuk merealisasikan tujuan-tujuan gerakan dakwah. 4. Membekali diri dengan berbagai

hakikat, nilai, dan kemahiran yang termaktub dalam manhaj marhalah mutakhasis.

5. Mewakafkan kehidupan umum dan khususnya untuk dakwah, dan menyiapkan rumah tangganya untuk itu secara kontinyu dan

berkesinambungan.

Pimpinan DPP (Dewan Pengurus Pusat) dan/atau Majelis Syuro.