• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA TEORI

A. Gerakan Sosial : Pembingkaian (Framing)

A.3. Psikologi Sosial (Social Psychology)

Teori yang juga berkaitan dengan pembingkaian (framing) adalah teori psikologi sosial (social psychology). Inti dari teori psikologi sosial adalah membahas bagaimana konteks sosial dapat mempengaruhi perilaku.39 Dua unsur penting dalam proses aksi-aksi kolektif suatu gerakan dalam skala sikap dan

tindakan adalah bagaimana suatu gerakan melakukan “mobilisasi konsensus” dan “mobilisasi aksi”. Mobilisasi konsensus adalah “proses di mana organisasi

gerakan sosial berusaha memperoleh dukungan bagi pandangan-pandangannya.”

38

Jonathan Christiansen, Framing Theory, dalam “Sociology Reference Guide: Theories of Social Movements”, hal 151-152.

39

Jacquelien Van Stekelenburg dan Bert Klandermans, Individuals in Movements: A Social Psychology of Contention, dalam Bert Klandermans dan Conny Roggeband, edt, Handbook of Social Movements Across Disciplines (New York: Springer, 2007). Hal 157.

Sementara itu, mobilisasi aksi berhubungan dengan persoalan psikologi sosial klasik mengenai hubungan antara sikap dan perilaku.40

Teori psikologi sosial diambil dari kajian studi psikologi. Psikologi sosial memberikan tipe proses psikologi seperti: identitas, kognisi, motivasi, dan emosi kepada kajian-kajian gerakan sosial. Asumsi dari keempat tipe proses psikologi gerakan adalah bahwa orang hidup dalam dunia perasaan. Mereka merespon dunia atas apa yang mereka rasa dan interpretasi. Maka apabila kita ingin mengetahui kognisi, motivasi, dan emosi mereka, kita harus mengetahui persepsi dan interpretasi mereka.41

Hal yang juga penting dalam teori ini adalah identifikasi grup dalam gerakan sosial. Identifikasi grup merupakan hal fundamental dalam psikologi sosial untuk menjawab pertanyaan apa yang menggerakkan orang untuk terlibat dalam aksi-aksi kolektif. Identifikasi dengan grup merupakan alasan yang kuat untuk berpartisipasi dalam gerakan.42 Orang tidak akan terlibat dalam sebuah gerakan apabila mereka tidak merasa bagian (identifikasi) dari gerakan tersebut. Contoh seorang buruh akan cenderung bergabung dengan gerakan buruh, begitupun gerakan feminisme, Islamisme, dan lainnya.

Selain itu, partisipasi dalam gerakan merupakan partisipasi dalam aksi-aksi bersama (collective action). Setiap collective action biasanya mengambil akar

40

Burhanudin Muhtadi, Demokrasi Zonder Toleransi, Disampaikan dalam Diskusi “Agama dan Sekularisme di Ruang Publik: Pengalaman Indonesia” di Komunitas Salihara, Rabu 26 Januari 2011.

41

Jacquelien Van Stekelenburg dan Bert Klandermans, Individuals in Movements: A Social Psychology of Contention, dalam Bert Klandermans dan Conny Roggeband, edt, Handbook of Social Movements Across Disciplines. Hal 157.

42

Jacquelien Van Stekelenburg dan Bert Klandermans, Individuals in Movements: A Social Psychology of Contention, dalam Bert Klandermans dan Conny Roggeband, edt, Handbook of Social Movements Across Disciplines. Hal 163.

atau dasar dari identitas kolektif (collective identity). Terdapat empat mekanisme dasar (sama dengan proses psikologi) dalam psikologi sosial, yaitu: identitas sosial, kognisi, emosi, dan motivasi, yang menghubungkan antara identitas kolektif dan aksi kolektif.43

Dinamika partisipasi dalam gerakan berdasarkan atas asumsi bahwa kita dapat membedakan tiga alasan fundamental mengapa seorang terlibat dalam sebuah gerakan sosial. Keikutsertaan dalam gerakan menarik seseorang: ingin

merubah keadaan mereka, mereka ingin “berbuat” sebagai anggota kelompok mereka, atau mereka ingin memberikan arti untuk dunia mereka dan mengekspresikan pandangan dan perasaan mereka.44 Tiga alasan inilah yang membuat orang berpatisipasi dalam sebuah gerakan sosial.

Bert Klandermans memberikan tiga tipe transaksi mengenai unsur-unsur keterlibatan seseorang dalam sebuah gerakan, yaitu: perantara (instrumentality), identitas (identity), dan ideologi (ideology). Instrumentality merujuk bahwa partisipasi dalam gerakan sebagai usaha untuk mempengaruhi lingkungan sosial dan politik; identitas merujuk bahwa partisipasi dalam gerakan sebagai manifestasi dari identifikasi dengan kelompok mereka; dan ideologi merujuk

43

Jacquelien Van Stekelenburg dan Bert Klandermans, Individuals in Movements: A Social Psychology of Contention, dalam Bert Klandermans dan Conny Roggeband, edt, Handbook of Social Movements Across Disciplines. Hal 160-161.

44

Bert Klandermans, The Demand and Supply of Participation: Social-Psychological Correlates of Participation in Social Movement, dalam David Snow, Sarah A. Soule, dan Hanspeter Kriesi,edt. The Blackwell Companion to Social Movements (United Kingdom: Blackwell Publishing, 2004), hal.361.

bahwa partisipasi gerakan sebagai pengejaran untuk memaknai dan mengekspresikan perasaan dan keyakinan mereka. 45

Pertama Instrumentality. Tuntutan untuk perubahan dimulai dengan ketidakpuasan, perasaan deprivasi relatif, perasaan ketidakadilan, kemarahan moral tentang beberapa urusan negara, atau menentukan segala keluhan. Teori keluhan dalam psikologi sosial seperti teori deprivasi relatif atau teori keadilan sosial berusaha untuk menetapkan bagaimana dan mengapa keluhan dibangun.46 Dalam instrumentality, aspek pertama yang harus dibangun adalah perasaan

“keluhan” terhadap fenomena sosial.

Anggota gerakan adalah orang yang percaya bahwa mereka dapat mengubah lingkungan politik untuk keuntungan mereka dan paradigma

instrumentality yang menyatakan bahwa perilaku mereka dikontrol oleh perasaan untung dan rugi dalam berpartisipasi. Hal Itu diambil untuk memberi lebel bahwa mereka yang dirugikan atau dizolimi, bukan banyaknya keluhan yang bersifat sendiri-sendiri, Tetapi percaya bahwa situasi dapat berubah dengan biaya yang terjangkau jika mereka berpartisipasi. Mereka mempunyai sumber daya dan kesempatan untuk membuat pengaruh yang kuat.47 Dengan keterlibatan mereka dalam gerakan, maka akan menambah sumber daya gerakan dan mempermudah tujuan gerakan.

45

Bert Klandermans, The Demand and Supply of Participation: Social-Psychological Correlates of Participation in Social Movement, dalam David Snow, Sarah A. Soule, dan Hanspeter Kriesi,edt. The Blackwell Companion to Social Movements, hal.361.

46

Bert Klandermans, The Demand and Supply of Participation: Social-Psychological Correlates of Participation in Social Movement, dalam David Snow, Sarah A. Soule, dan Hanspeter Kriesi,edt. The Blackwell Companion to Social Movements, hal.362.

47

Bert Klandermans, The Demand and Supply of Participation: Social-Psychological Correlates of Participation in Social Movement, dalam David Snow, Sarah A. Soule, dan Hanspeter Kriesi,edt. The Blackwell Companion to Social Movements, hal.363.

Kedua identity. Bahwa instrumentality bukanlah satu-satunya alasan orang untuk berpartisipasi. Setelah semuanya, banyak tujuan gerakan hanya bisa dicapai dalam jangka panjang. Dengan cara yang sama, ketika datang keuntungan material, pengorbanan sering lebih besar dari pada keuntungan. Yang nampak adalah lebih baik menjadi bagian dari gerakan daripada merasakan biaya dan manfaat.48 Artinya anggota gerakan mungkin menyadari bahwa keuntungan mereka tidak lebih besar dari pada pengorbanan mereka. Tapi rasa solidaritas mereka tehadap identitas memberikan alasan mereka terlibat dalam suatu gerakan. Ketiga Ideology. Ideologi memainkan peran yang penting dalam konteks psikologi sosial. Orang bergabung dalam gerakan sosial tidak hanya mendesak perubahan politik, tetapi untuk mendapatkan kemuliaan dalam hidup mereka melalui perjuangan dan ekspresi moral.49 Faktor ideologi memberikan alasan bahwa ikut terlibat dalam suatu gerakan sosial merupakan suatu kewajiban dan hal yang mulia. Sehingga mereka menganggap bahwa keterlibatannya mengangkat derajat mereka yang bersifat sacred (suci).