• Tidak ada hasil yang ditemukan

BISAKAH ENGKAU MENUNGGU ???

trusssss…”sepanjang dan seluas sungai nill pun penjela-san fadli yang akan di jelaskan kepadaku, aku sudah tau inti ceritanya. Cewek yah…pasti itu yang akan ia ceritakan, tebakanku tak salah lagi kali ini ”terus intinya cewek lagi ? “tebak ku “hehehe…iya zalll” jawabnya sambil cengege-san. Memang di sekolah kami ada dua sekolah yang sedang ujian nasional, maka tak heran temanku yang satu ini mat-anya sangat jeli, apalagi soal perempuan huftttt…..

*******

Hari ini ialah hari libur, ketepatan itu juga fadli saha-batku datang ke rumah dan kelihatanya membawa ses-uatu. Kami duduk di teras depan rumah dengan guyo-nan-guyonan khas kami membuat suasana menjadi seru, “apaan tuh yang lo bawa dli ?” tanyaku penasaran,”ooo…. ini, ini kamera guwe lah” jawabnya dengan enteng “sejak kapan lo punya kamera ?” Tanyaku lebih penasaran. “ya…. sejak kemarin”, “kemarin” tanyaku “yaps….betul, gini gwe ceritain” menghelang nafas sebentar “kemarin kan setelah pulang ujian, guwe kembali ke kelas untuk ngambil tas guwe yang ketinggalan, trusss…” belum sempat ia melan-jutkan ceritanya, “stoppp…dulu, jangan bilang itu kamera dari lo nyuri milik siswa sekolah sebelah ” tebakku “men-curi haaaa…sadis lo zal nuduh guwe, makanya dengerin dulu kalau ada orang mau ngomong” ucapnya gak terima, “hehehe…yaya….lanjutkan kalau begitu” kataku memper-silahkan, “oke…gini kemarin kan guwe kembali ke kelas untuk ngambil tas, ketepatan dengan itu guwe lihat kamera di kursi paling depan ....ya kelihatannya ketinggalan trus

guwe ambil deh” terangnya “ooo...gitu kirakin.

ku rebahkan badan ini di kursi yang terletak tak jauh dari fadli memainkan kamera yang katanya ia temukan di kelas. dengan membaringkan badan sambil menikmati udara sejuk pagi itu, badan merasa fressss kembali….. dan tiba-tiba “SUBAHANALLOOOOOHHHHHH……” ucap fadli dengan nada menkagetkan “resek lo kira-kira woy….” Sa-hutku dengan nada kaget… “hehehe….Soryyyy zall, lihat nih cuuuantikkkk banget ….” Ucapnya sambil tetap me-mandangi kamera “lebayyy looo…” jawab ku asal.”gak per-caya ?, nih lihat…” sambil meyodorkan kamera ke hada-panku “hhhhhmmmmm…. Cantik juga ” batinku, “gimana cantik gak heheh…” sahutnyadisaat ku masih menatap foto itu. “ah biyasa kalik dli” sahutku “gaya lo zal zall….” “ya… namanya wanita itu cantiklah dli” jawabku.

*******

Sore harinya aku dan fadli berencana untuk keluar, tujuan kami ialah alon-alon kota. sesampainya di sana kami melihat banyak orang yang datang entah itu berda-gang, bermain, atau sekedar foto-foto.tak lama ku me-mandangi ramainya alon-alon tiba-tiba brukkkk…. “ma… maaf gak sengaja…“ ucapnya dengan nada lembut, “i.. iya…gak papa” jawabku terbata-bata, ku terus melihatnya walaupun bayangannya sudah tak kelihatan lagi karena tertutup oleh keramaian orang-orang yang lewat, “seper-tinya ku pernah lihat cewek itu ? tapi dimana ?”batinku di sertai otakku penuh tanda Tanya yang tak jelas “haloo… zall rizall”panggil fadli yang berada di sampingku, sambil

melambaikan tangannya di depan wajahku mencoba mey-adarkan ku dari lamunan yang tak jelas ini, namun usah-anya sia-sia, ku tetap memandangi wanita yang sembari menabrakku tadi. “woy….zal sadarrrrr lo”sambil mengoyak badanku, “a..a…ada apa dliii ”tanyaku kaget, “tuh meteor jatuh….”,”haaa mana-mana…” tanyaku kaget,“hahaha…… dasar lo ngelamun aja…” “hehehe…..gak sengaja tadi dli” jawabku cengegesan, “ya udah yuk kita lihat-lihat lagi” ajakku, setelah kami melihat-lihat dengan puas kami lalu langsung pulang, namun bayangan cewek tadi masih ada di otakku. Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke kamar, ku rebahkan badan ini ke kasur sembari masih mengingat kejadian tadi “cewek tadi, hmmmm…. kayak pernah lihat, tapi…..dimana ???” batinku penuh pertan-yaan demi pertapertan-yaan muncul di otakku sehingga ku lelah memikirkanya dan akhirnya ku mulai terlelap.

*******

Pagi yang indah, ku buka jendela kamar dengan perla-han laperla-han, hawa yang sejuk nan tenang terasa meyelimuti hati ini, suara kicauan burung-burung yang bertengget di pohon-pohon yang rindang dengan suara has nya menam-bah suasana pagi ini semakin damai saja. pagi itu juga aku keluar untuk menikmati suasana pagi yang sejuk ini, tujuan ku kali ini ialah taman yang jaraknya tak jauh dari rumahku. Di tengah perjalanan aku melihat seorang wanita yang sepertinya membutuhkan bantuan, aku pun mulai mendekat dan bertanya, “ada yang dapat saya bantu ?” tanyaku. “ada...ini sepeda saya kayaknya bannya bocor

” jawabnya tanpa menoleh ke arahku, beberapa saat ke-mudian ia menoleh kepadaku, bersamaan dengan itu aku kaget bukan main. ternyata cewek yang akan ku bantu ini ialah yang menabrakku kemarin saat aku dan fadli berada di alon-alon kota, “kamu ???” tanyaku dengan nada kag-et, “hmmmm.... iya aku yang kemarin menabrak kamu di alon-alon, kemarin tuh aku buru-buru banget maaf yaaa...” dengan nada memohon di iringi seyuman manis di bi-birnya. “iya...iya udah ku maafin, tapi lain kali hati-hati, eh ada apa dengan sepedanya ?” tanyaku lagi karena inggin membantu “kayaknya bocor nih, padahal kemarin baru aja ganti ban” jawabnya “ooo....bagaimana kalau di bawa ke bengkel aja ” ajakku, “benar juga saranmu, oke ayo” jaw-abnya.Sesampainya di bengkel, sepeda langsung di per-baiki. Kami menunggu agak lama karena yang rusak ban bagian dalam, suasana berubah menjadi hening dan sunyi, untuk memecah suasana ku mulai bertanya “nama kamu siapa ?” bertepatan dengan itu ia juga bertanya hal yang sama kepadaku, “hmmm...kok bareng sih ?” tanyanya agak malu-malu dengan posisi menunduk “kamu duluan deh yang tanya,” jawabku mempersilahkan “kamu duluan aja ”ia mempersilahkan “eh…ya gak bisa dong cewek duluan harusnya”balasku “hhhhmmm... ya udah namaku….Ai-syah, kamu ?” tanyanya balik “Rizalalloh” jawabku, “kelihat-annya ku pernah melihatmu deh? tapi dimana ya ? ”ucap ku kebingungan “melihatku kapan zal ? kan kita bertemu baru kali ini, di alon-alon?” tanyanya “eh bukan itu… tunggu.... guwe inget-inget dulu” jawabku mulai ingat akan sesuatu “ya…ku ingat, aku pernah melihatmu di… kamera yang

di temukan temanku di kelas...” panjang lebar ku jelaskan dan di tambah guyonan-guyonan yang ku perbuat, tak ter-asa sepedanya telah selesai di perbaiki, ”tuh udah selesai sepedanya” kataku memberi tahu “oh iya...tunggu ya zall” jawabnya dengan seyuman manis di bibirnya “iya…iya ku tunggu” jawabku dengan membalas seyumanya “makasih ya zal... ngerepotin gini jadinya” “udah gak papa” jawabku, “kelihatanya kalau aku panggil kamu rizal kok gak enak ya, gimana kalau aku panggil kamu mas rizal?” tawarnya, “hhhmmmm….iya terserah kamu aja” jawabku “sippp…ya udah kalau begitu aku langsung pulang saja mas…” pamit-nya “iya” jawabku pendek “assalamu’alaikum” “waalaiku-mussalam” jawabku. Ku lihat aisyah teman baru ku itu den-gan sepedahnya telah berlalu.“hati-hati aisyah” teriak ku, entah kenapa ku mulai perhatian terhadapnya dan teriakan ku di balas dengan seyuman manisnya.

Sejak saat itu kami sering ke taman, entah itu ngobrol, bercanda atau mengasih makan ikan di kolam bersama dan mulai itu juga kami menjadi semakin dekat dan dekat, dan perdekatan itu membuat perbedaan di antara kami, yaps.... kami mulai saling mencintainya. Namun takdir berkata lain, aku harus berpisah dengan aisyah di kerenakan aku harus pergi ke Surabaya untuk kuliah di sana. Sebelum aku berangkat ke surabaya, ku sempatkan berpamitan dengan aisyah untuk terakhir kalinya, aisyah yang juga mencintaiku merasa sedih dan terpukul atas kepergiaanku ke Surabaya, karena sebelumnya aku tidak bilang dahulu ke aisyah un-tuk ke pergianku ini “aisyah …maaf sebelumnya...” seperti-nya saat itu aku tidak bisa meneruskan kata-kataku namun

aku harus bisa,” aku mengajakmu bertemu karena aku sebentar lagi akan pergi” jelasku, “pergi mas ?” tanyanya dengan penuh penasaran, “ya pergi, aku mau ke Surabaya untuk kuliah disana” jawabku “kenapa mas gak bilang dari kemarin-kemarin kalau mau kuliah di Surabaya ?” katanya sambil meneteskan air mata sampai-sampai membasahi kerudung biru yang ia kenakan saat itu. ku hapus air mata yang terus mengalir yang membasahi pipi manisnya, ia hanya bisa berdiri kaku di hadapanku, seperti ia tidak per-caya apa yang telah aku katakan tadi. “Maafkan mas aisyah “ kataku lirih di telingganya. Seketika itu suasana menjadi sunyi dan hening, agak lama kemudian aisyah mau untuk membalas pertanyaanku tadi “iya mas gak papa, mas yang semangat di sana, jaga diri baik-baik dan jangan lupa den-gan ku” katanya penuh menyemangati, namun air matanya tatap saja menetes. “iya makasih, kalau nanti kuliahku su-dah selesai aku mau kita bertemu di taman ini lagi”pintaku “insyaaloh mas aku akn menunggu mas dan kita akan ber-temu disini lagi” jawabnya di iringi seyumanya yang manis, bersamaan dengan itu ia mengeluarkan sebuah kain dari sakunya, dan seraya berkata “mas… tolong kamu jaga kain ini, sama seperti mas menjaga ku di hati mas” tuturnya se-raya menatapku, “iya…akan ku jaga kain ini”jawabku, dan di balas dengan seyumannya yang manis. “berat memang berpisah denganmu aisyah” batinku.

*******

Malam di Surabaya, ku duduk di kursi kos sambil me-nikmati secangkir kopi yang masih hangat di hadapanku.

“Tiga tahun sudah aku di Surabaya, dan itu artinya kurang satu tahun lagi aku lulus kuliah” batinku. Namun di saat aku memikirkan kuliahku yang kurang setahun ini, ku teringat akan sesuatu… teringat sebuah nama yang pernah meng-oreskan sebuah kenangan di dalam hati ini dan goresan itu masih membekas sampai sekarang. Aisyah… yah…Ku in-gat dengannya, ku inin-gat saat pertama kali kita bertemu dan pertemuan itu tidak dapatku hapus dari memori otakku hingga kini. Dan itu artinya aku rindu aisyah, inginku ber-temu dengannya.Namun…. waktu yang membatasi kita, ku masih ingat pesan-pesannya, ku ingat seyuman manis di bi-birnya, waktu itu juga aku mengambil sesuatu, ya…sebuah kain putih yang yang pernah ia berikan kepadaku sebelum aku pergi ke Surabaya, ku mengambil kain itu lalu ku cium kain yang suci itu .

*******

Hari ini ialah hari yang paling bahagia bagiku dan se-luruh mahasiswa, karena selama empat tahun sudah aku kuliah di kota Surabaya ini, dan kini akhirnya aku di wisuda. Kedua orang tua ku bersama sanak keluarga datang untuk menghadiri wisudaku kali ini, suasana suka maupun duka campur aduk kala itu. setelah rangkaian acara wisuda sele-sai aku dan keluarga langsung foto bersama. Sore itu juga aku sampai di rumah dan ku teringat akan sesuatu, ya...ses-uatu yang dulu pernah mengoreskan sebuah kenangan di hati ini, ”aisyah,taman” gumamku “yah aku harus kesana untuk menemuinya” karena kita sudah berjanji untuk ber-temu di taman setelah aku meyelesaikan kuliahku di

sura-baya empat tahun yang lalu, seketika itu juga aku pergi ke taman untuk menemui aisyah, setibanya aku di taman, aku terkejut karena di sana sudah ada seorang laki-laki dengan mengenakan jas bewarna hitam, “siapa laki-laki itu?, apa yang ia lakukan disini sendirian? itukan kursi tempat aku dan aisyah dulu pernah duduk bersama ?” tanyaku dengan diriku sendiri, petanyaan-pertanyaan yang tak jelas pun muncul begitu saja. Belum lama aku melihatnya dari keja-huan, tiba-tiba ada seorang wanita menghampiri laki-laki itu dengan mengenakan kerudung biru, “kelihatannya aku kenal wanita itu” batinku. Tak salah lagi, wanita berkeru-dung biru itu ialah…aisyah, “kenapa aisyah bersama laki-laki itu ?” lagi-lagi tanyaku pada diriku sendiri, “apakah ai-syah sudah bosan menungguku selama empat tahun ini ? pertanyaan demi pertanyaan muncul begitu saja di dalam otakku. Sungguh pemandanggan yang membuatku sakit hati “dari pada aku di sini semakin sakit, lebih baik aku pergi saja” batin ku. Tak menunggu lama aku langsung beranjak pergi dari taman itu, tak di sangka kepergian ku di ketahui oleh aisyah, aisyah yang melihatku mencoba memanggilku seperti ia akan menjelaskan sesuatu, namun itu semua ti-dak ku hiraukan, lalu ia tertunduk dan menagis saat tau bahwa aku melihatnya dengan laki-laki lain, ia merasa tak dapat memegang janjinya yang sudah ia ucapkan kepada-ku empat tahun yang lalu.

*******

Pagi yang indah nan sejuk, namun tidak seperti suasa-na hati ini yang di landa binggung dan pesuasa-nasaran. Namun

ku buang jauh-jauh itu semua karena apa, karena semua sudah terlihat nyata dan jelas di depan mataku sendiri. Ku tulis sebuah surat untuk aisyah karena hari ini ialah hari ulang tahunnya, namun surat ini berbeda dengan surat-surat tahun sebelumnya yang pernah ku kirim buatnya, setelah ku selesai menulis, pagi itu juga aku pergi menuju taman, ku berharap aisyah belum datang di taman, ku letak-kan surat ku di atas kursi taman yang dulu aku dan aisyah pernah duduk bersama di sini. Setelah ku letakkan surat serta coklat di kursi taman, aku langsung beranjak pergi. Di balik pohon yang jaraknya agak jauh dari kursi taman, aku menunggu aisyah datang dan benar tak berselang lama ai-syah pun datang dan menghampiri kursi yang sembari tadi sudah ku beri surat, ia kelihatan kebinggungan melihat ke-sana kemari dari mana asal surat itu datang, namun setelah ia membaca isi surat itu, ia baru tahu dari mana asalnya su-rat yang baru ia baca, dan saat itu juga air matanya menetes membasahi kerudung yang ia kenakan, dari kejahuan aku seperti tidak tega melihatnya, menangis karena aku untuk ke dua kalinya. “aku yakin ia masih mencintaiku” batinku.

Teruntuk Aisyah

Bismillahirrohmannirrohim 22 Januari

Ya…dimana tanggal itu ia di lahirkan.

Dimana tanggal itu ia di panggil untuk pertama kali dengan namanya.

Dan dimana tanggal itu pula ia di tanamkan rasa cinta di dalam hatinya.

Ku ingin melihat canda dan tawamu walaupun tidak bersamaku lagi,

Ku ingin melihat seyum manismu walaupun seyuman itu bukan untukku lagi.

Dan ku ingin melihatmu bahagia walaupun itu juga ti-dak bersamaku, engkau sudah menemukan cinta yang se-jati nan tulus, cinta yang benar-benar ada dan nyata buat-mu, terimakasih sudah hadir sejenak dalam hati ini.

Dari Orang Yang Menyuruhmu Menunggu Terlalu Lama.

Selesai

“Maling-maling...” Suara teriakan warga semakin kencang. Mereka memergokiku mencuri di rumah kyai Anas. “Aku harus berlari” Batinku. Aku bersembunyi didalam tong bekas minyak tanah yang sudah kering isinya. Mereka sep-ertinya kehilangan jejakku.aku bersyukur,ternyata persem-bunyianku kali ini berhasil.setelah kurasa massa telah men-jauh, aku keluar dari dalam tong dengan perasaan lega.

Aku mengambil segepok uang di sakuku. ”Oke, peng-hasilanku kali ini lumayan,bisa kugunakan untuk modal judiku diclub nanti. Hahaha...” Aku tertawa licik. Semua akan kulakukan demi uang. Siapa suruh aku dilahirkan miskin dan yatim piatu!

*******

“Hei,sudah punya nyali kamu untuk melawan saja,hah? Zul...Zul... mendingan kamu nyerah aja sebelum hartamu kumakan semua. Hahaha....” Tawanya yang licik sempurna membuat amarahku meledak. Jika aku hilang kendalimungkin mulutnya sudah kusumpal dengan sandal bututku. “Jangan banyak bacot lu! Aku pasti menang kali ini.” Jawabku menantang bandit tua itu. Semua