• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPIAN YANG TERTUNDA

Suatu ketika sahlan mengikuti lomba pekan pencak silat se-kabupaten, yang bertempat disekolahnya sahlan, ia pun sangat antusias untuk mengikuti lomba tersebut karena sahlan mempunyai impian yang sangat tangguh. Perlombaan segera dimulai, sahlanpun semangat akan suasana tersebut meski tanpa kedua orang tuanya, tetapi kakaknya tak lepas perhatian kepada adiknya, warjipun juga bersemangat untuk mendukung sang adiknya demi membantu mengejar mimpi-mimpinya. “ dek sahlan jan-gan lupa baca basmallah ya” pesan dari kakaknya, “iya kak pasti” sahut adiknya. Pertandingan dimulai, sahlan dan

IMPIAN YANG TERTUNDA

OLEH : A. YUSRON FAHRURROZI XII IPS 2

lawannya segera memasuki area pertandingan, lawannya sahlan sangatlah mengerikan, berbadan cukup besar dan berpenampilan garang, akan tetapi sahlan tidak takut dan tidak goyah akan semangatnya demi mewujudkan impi-annya untuk menjadi pesilat tangguh. Sahlan memulainya dengan pukulan di perut si lawan, sang lawan juga tidak mau kalah, diapun membalasnya dengan keras. Dan pada akhirnya babak pertama selesai, kakaknya pun berpesan kepada adiknya “dik, yang hati-hati kalau main jangan sampai terkena daerah rawan lo” nasehat kak warji kepada sahlan, “oke kak, insyaalloh, do’akan di babak ini lancar ya kak!” sahut sahlan. Babak kedua pun masih terus berlanjut dengan dimulainya lonceng yang dipukul 3 kali oleh kakak senior. Sahlan mulai ragu untuk melawan si musuh, dan pada akhirnya musuh terjatuh dalam pukulan sah dari sah-lan, pada akhirnya lawan pun memahami jurus sahsah-lan, dan sahlanpun juga terjatuh dalam pukulan musuh, tepat pada mata sahlan sebelah kiri, pertandingan berakhir tiba-tiba dengan keadaan duka serta haru, sang kakak pun langsung berlari menemui adiknya dan dengan keadaan seperti itu sang kakak menggendongnya dan berlari hingga rumah sakit terdekat, keadaan semakin panik, kakak sahlan san-gat cemas sendirian di rumah sakit, tiba-tiba saudara warji datang dengan pelatih pesilat sahlan. “gimana kabarmu ji?, dan keadaan adikmu sekarang? ” Tanya bibi warji dengan nada panik, “Alhamdulillah saya sehat bulek, akan tetapi sahlan masih dirawat dan sampai sekarang belum siuman”, Jawab warji sambil mengeluarkan sedikit air mata. Selang beberapa menit kemudian dokter pun keluar untuk

men-gabari keadaan sahlan. “gimana dok keadaan adik saya sekarang?” “adik kamu mengalami gagar otak dan bisa jadi mengakibatkan buta pada kedua matanya” dokter menyampaikan hal tersebut dengan rasa sedih, “ ya alloh, yang bener dok?” sentak warji dengan kaget dan langsung berlari menemui adiknya di ruang ISU.

Dua bulan kemudian, keadaan sahlan semakin mem-baik tetapi dengan mata yang tak bisa untuk melihat ke-adaan sekitar, pada saat itu juga sahlan dirawat di rumah bib-inya, sedangkan warji mencari nafkah untuk adik dan dirinya sendiri. Waktu terus berjalan hingga si sahlan pun sembuh, dan kakaknya mendapatkan pekerjaan yang dilakukan den-gan semangat di sebuah kios besar yang pengasilannya tidak seberapa. Pada suatu ketika warji terkena kasus yang tak ter-duga yakni pengedar narkoba dengan dua temannya, hingga mereka dipenjara selama 5 bulan, dan warji pun dikeluarkan majikannya dari pekerjaannya. Sahlan mulai beradaptasi dengan keadaan yang baru tetapi cukup menyedihkan bila dia tau jikalau kakanya sahlan masuk penjara, akan tetapi bibi sahlan menyembunyikan hal tersebut. “kak warji kok lama gak kesini ya bi?” sahlan pun akhirnya menanyakan ka-kaknya kepada bibinya, ”kakakmu masih bekerja di Jakarta lan” dengan terpaksa sang bibi harus membohongi sahlan agar tidak terjadi suatu hal yang semakin mencemaskan. Na-sib sang adik sangatlah malang dan menyedihkan, ditinggal kedua orang tuanya, kali ini malah terjadi musibah di organ penglihatannya dan ditinggal kakaknya.

******

5 bulan sudah berakhir, warji dan kedua temannya dibebaskan dari penjara dengan syarat larangan untuk

ti-dak mengedarkan narkoba lagi pesan polisi kepada ketiga

pemuda tersebut. Warji langsung pulang menemui adiknya dirumah bibinya. “dik sahlan, ini kakak dik, adik sehat-kan?” “kakak sudah pulang, iya kak Alhamdulillah sahlan sudah bisa membaca dan menulis kak” sahut sahlan den-gan penuh gembira. Sang kakak pun menangis tersedu dan terharu akan jawaban adiknya, seharusnya sahlan tersebut sudah mau menginjak sekolah menengah pertama (SMP), akan tetapi dengan musibah tersebut menjadi kayak anak TK lagi. Keadaan tangis menangis terus dialami kakak dari sahlan, hingga warji pun sadar akan tanggung jawab yang pernah dipesani oleh ibunya dahulu sebelum meninggal.

“nak, warji kamu adalah anak pertama dari saudaramu, jadi nanti kamu kalau sudah besar jaga adikmu ya!, dan rawat dengan baik, kejar terus keinginanmu dan bantu adikmu un-tuk mengejar cita-citanya dan buatlah ibu, ayahmu bangga ya nak! ”pesan dari sang ibu sungguh sangat menyentuh

jiwa dan perasaan warji. Sang kakak langsung mengajak adiknya untuk pulang kerumah asal, karena takut lebih merepotkan bibinya, “bibi, kami pamit dulu ya mau pulang kerumah” “mau kemana, disini aja gak apa-apa ji!” tolak si bibi kepada warji karena kasihan melihat kedua bersauda-ra tersebut hidup sendiri dirumah tanpa obersauda-rang tua. Pada akhirnya si kakak ber adik tersebut pulang dengan terpak-sa. Suatu ketika sahlan menanyakan kedua orang tuanya, “kak, ayah dan ibu kok belum pulang sampai sekarang ya kak?” warji langsung meneteskan air mata yang tak sengaja

jatuh di tangan sahlan, warji pun tiba-tiba memeluk sang adik. “ada apa kak kok memeluk aku?, lalu kenapa kakak menangis?, ada apa dengan ibu dan ayah kak?” sahlan se-makin penasaran menuggu jawaban dari kakaknya. “begini dek, maafkan kakak ya, sebenarnya ayah dan ibu itu sudah meninggal, dikarenakan kecelakaan pada waktu bepergian di kota balikpapan dan itu terjadi saat kamu sedang dirawat dirumah sakit dulu” sang kakak tak bisa menahan rasa se-dih yang amat sangat pese-dih, hingga air mata dari sahlan ke-luar sangat deras. “ya alloh kak, kenapa kakak gak bilang dari dulu sih, kalau ayah dan ibu mengalami kecelakaan?” “kakak gak tega dek, kamu sedang dirawat juga dirumah sakit”. Keadaan terus berduka. Lalu warji bercerita bahwa ibunya pernah berpesan kepadanya. “dek, dengarkan ka-kak, ibu dulu pernah bilang ke kaka-kak, bahwa ayah dan ibu meminta kakak untuk menjaga kamu dan membantu kamu mengejar impianmu, ingatkan apa yang kamu impikan selama ini?” “menjadi pesilat handal ya kak?” “ya benar, maka dari itu hapuslah semua kesedihanmu walaupun itu berat, dan buat ayah dan ibu bangga walau itu mereka su-dah tiada ” pada akhirnya warji pun menghibur adiknya dengan sedikit rasa pedih. “iya kak, aku akan mewujudkan impianku dan akan ku buat ayah dan ibu bangga disana” warji langsung memeluk sang adik dengan erat.

******

Setelah kejadian itulah mereka tak pandang sedih dan duka mereka saling bekerja keras untuk kebutuhan sehari-harinya. Pada suatu ketika dua saudara tersebut

gan sebuah tamu, yakni guru dari pesilat yang biasa melatih sahlan, dia bernama intan. “assalamualaikum, benar ini rumah sahlan mas? ” “iya-iya benar saya kakaknya sahlan” sahut warji dengan penuh kagum dan kaget, bahwa tamu itu adalah pelatih sahlan. “bisa bertemu dengan adik mas?” “oo.. bisa banget” Si warji langsung memanggil adiknya di belakang. “assalamulaikum sahlan, ini kak intan , gimana kabarmu sekarang?” Tanya intan sambil memegang tan-gannya, “iya kak sahlan sudah membaik sekarang, tapi ya gini keadaannya, tidak bisa melihat” jawab sahlan bikin kak intan terharu. “sahlan mau ikut lomba gak? Lomba ini khu-sus pada peserta tunanetra loo, gimana sahlan mau gak, kalau kakak sarankan sahlan ikut aja, karena ini kesempa-tan buat kamu untuk mewujudakan impianmu” “sebentar kak ya, saya Tanya kakakku dulu”, “kak, gimana ini ada per-lombaan bela diri khusus tunanetra? Boleh ikut ya!” rayu sahlan kepada kakaknya. “emm, iya gak apa-apa tapi kakak belum tega lo lan!” “tenang saja mas saya insyaalloh sang-gup merawat dan menjaga serta menjadikan sahlan lebih baik mas” sahut kak intan seraya mendekat duduk disamp-ing sahlan. “ya udah gak apa-apa kak intan, saya percaya dengan anda” “ya udah mas saya pamit dulu semoga sah-lan bisa tercapai impiannya”. Waktu itu sahsah-lan sah-langsung menyiapkan pakaiannya dan pergi bersama kak intan un-tuk pergi bersama intan di rumahnya, dengan mengenda-rai mobil. Keadaan dirumah warji sunyi lagi, tiada sahlan, sang kakak pun menyendiri. Suatu saat warji mengalami tidak kenyamanan pada bagian tubuhnya, lalu warji segera memeriksa kedokter, dan hasilnya si warji ternyata

men-galami gangguan pada paru-paru dan organ sekitarnya, karena dulu warji semasa menjadi pengedar narkoba, ada salah satu narkoba yang berupa serbuk dan lupa tidak di bungkus, akhirnya terhisap oleh warji dan mengenai sal-uran pernafasan. Seketika itu warji langsung menghubungi kak intan yang berada di kota Cirebon dengan adiknya yang sedang berlatih di depan rumah. “assalamualaikum, kak intan ada sesuatu yang mau saya omongin kepada anda, bahwa sebenarnya saya mempunyai penyakit yang cukup parah, dan sekarang saya berada di rumah sakit”.

Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba dan pagi itu per-tandingan bela diri khusus tunanetra akan segera dimulai, dan si sahlan juga segera mempersiapkan diri guna mengi-kuti perlomban tersebut. Tepat pukul 08:00 pertandingan nomer urut 1 dimulai, sedangkan sahlan menempati no-mer urut 11 jadi masih cukup lama untuk menunggu lalu sahlan meminta kak intan untuk menghubungi kakaknya yang ada di Jakarta, “kak tolong kakak hubungi kak warji ya, aku pengen mohon restu kepada kakak warji, boleh ya!” “oh iya sahlan gak apa-apa” sambil menyodorkan handpone kepada sahlan. “assalamualaikum kak warji, gimana kak kabarnya disana? Disini sahlan mau main di perlombaan kak, do’akan sahlan ya kak, semoga menjadi pemenang dan sahlan akan berjanji kak, akan memberi ka-kak suprais” dengan gembira sahlan menelfon ka-kakaknya, “waalaikumsalam sahlan, alhamdulilah kakak baik-baik saja, kakak do’akan semoga lancar dalam pertandingan dan bisa memperoleh apa yang kamu impikan selama ini dek, jangan lupa do’akan ayah dan ibu sewaktu akan

lai pertandingan!” warji menjawabnya dengan lembut dan sedikit menangis walaupun juga berbohong, sebenarnya warji dirumah sendiri tanpa dampingan orang lain, kes-akitan di alami sendiri, kesedihan di alami sendiri bahkan kehidupannya menggantung pada ajal, sungguh kasihan sekali nasib warji.

Theing..theing..theing lonceng dipukul 3 kali bertanda bahwa pertandingan mulai, sahlan dan musuhnya siap berl-awan, babak pertama dimulai dalam 45 menit kedepan. dua lawan tersebut saling kuat hingga sahlan pun kewalahan untuk menanggapinya. Tapi pada akhirnya sahlan sanggup mengalahkan lawannya hingga babak terakhir. Pertandin-gan tidak selesai disitu saja, ada beberapa penyisihan lagi untuk mendapatkan penghargaan berupa 2 paket umroh, tropy dan hadiah yang lainnya. Dan akhirnya Sahlan masuk hingga babak semi final, semakin jauh tantangan semakin berat pula lawannya. Tiba-tiba handpone kak intan berbu-nyi. “assalaikum intan ini bibinya sahlan, mau mengabar-kan bahwa kakaknya sahlan masuk rumah sakit lagi dan keadaannya sangat kritis” dengan terkejut intan langsung panik mendengar kabar tersebut, sementara sahlan masih bertanding di menit terakhir. “waalaikumsalam, ya bi seha-bis acara ini saya dan sahlan insyaallah langsung menuju rumah sakit, alhamdulillah sahlan ini sudah sampai babak penyisihan di semi final” intan menjawab dengan tenang walau sedikit panik. “iya nak intan semoga sahlan lancar dalam pertandinggannya dan mendapatkan juara unggul” “ya bibi, aamiin” sahut intan dengan santun. Tenaga sahlan sudah cukup lemah, akan tetapi dia masih bersemangat,

dan akhirnya sahlan berhasil ke babak final yang akan di-laksanakan pada jam 15.00 sore nanti.

Mereka berdua menunaikan sholat terlebih dahulu di masjid terdekat, sehabis sholat kak intan langsung menuju lokasi pertandingan lagi, akan tetapi sahlan masih terting-gal di masjid seraya berdo’a kepada alloh sambil menan-gis untuk meminta agar pertandingan di akhir pekan ini sahlan bisa memenangkan pertandingan tersebut dan bila mendapatkan hadiah akan diberikan seluruhnya kepada kakaknya, karena selama ini warji telah rela berkorban apa-pun demi adiknya. Tepat pukul 15.00 sahlan sudah sampai di lokasi perlombaan dan langsung masuk area pertand-ingan dan sudah ditunggu lawan.Babak pertama dimulai dengan pukulan pertama dari sahlan terhadap musuhnya. Semakin lama pertandingan semakin lama juga penantia kemenangan yang akan diperoleh, dan pada akhir babak mereka masih bertarung dengan sengit dan saling adu jurus masing-masing. “sahlan ingatlah kakakmu” Teriak kak intan dengan keras hingga merubah kosentrasi sah-lan dan sahsah-lan terus diserang lawan hingga terus terjatuh. Disisi lain sang kakak juga mengalami keadaan yang san-gat kritis di rumah sakit, sambil mengeluarkan sedikit air mata di belah matanya karena terus memikirkan adiknya. Pada akhirnya pertandingan sahlan hampir selesai dengan membalas lawannya dengan penuh rasa sakit dan demi mewujudkan impiannya, dan lawan pun akhirnya jatuh ter-sungkur sambil wasit menghitung lawan yang sedang ber-baring tanpa tersadarkan diri. Dan saat itu juga sahlan pun akhirnya memenangkan pertandingan itu sambil menangis

terharu bahwa dia tidak percaya bahwa sahlan bisa men-galahkan lawannya, sahlan langsung tersungkur sujud dyukur atas keberhasilannya. Seketika itu sahlan langsung pamit pulang dengan kak intan dengan membawa 2 paket umroh, tropy dan hadiah yang lain, dikarenakan akan men-jenguk kakaknya yang sedang di rumah sakit. Pada perten-gahan perjalanan intan ditelfon oleh bibi sahlan bahwa. “bu, warji tak terselamatkan lagi nyawanya kami sudah tak bisa berbuat apa-apa lagibu mohon maaf, baru saja di kabarkan dari dokter” sambil menangis tersenggu-senggu bibi menghubungi intan yang sedang di perjalanan. “inna-lillahi wainnailaihi roji’un, yang bener bi?” seketika itupun intan langsung menangis, “kenapa kak?, ada apa dengan kak warji?” Tanya sahlan dengan penasaran. Intan tak kuat akan menahan kesedihan keluarga tersebut, hingga intan pun langsung memeluk sahlan sambil berkata “kakakmu meninggal lan” air mata tak lagi bisa membendung rasa sakit ini. Sahlan pun seketika langsung turun dari mobil dan lari menemui kak warji yang sudah dalam keadaan mayat. “kakaaaaaak, sahlan bawakan hadiah buat kakak, tapi kenapa kakak pergi meninggalkan sahlan dulu, kaaak, sahlan sudah berhasil mewujudkan impian ini kaaak, tapi mengapa semua kelurgaku terutama kakak meninggalkan aku sendiri dalam keadaan seperti ini, kaaaaak bangun kak, bangun!!” teriak sahlan membuat keadaan semakin sedih dan haru dan semua orang di rumah sakit ikut berduka akan kisah seorang pemuda hebat yang bisa mewujudkan impiannya sendiri. Dan akhir semua ini hanyalah pengor-banan yang telah dialami si bocah kecil yang mempunyai

tekad yang kuat walau mempunyai kekurangan yang luar biasa. Setelah kejadian itu sahlan dibawa bibinya kerumah untuk tinggal bersamanya, sungguh kasihan nasib si bocah kecil itu.

Ambillah makna dari kisah diatas, bahwa seseorang tidak akan bisa memperoleh semuanya jiakalau tak dapat melakukan pengorbanan yang hebat. Thanks for all.

Selesai

Senja masih menyiratkan mega merahnya...meny-isakan sepenggal cahaya indah dari ufuk barat, semilir an-gin kian menerpa rambut gerainya..menembus kulit hingga rusuk terdalam.

Kesendirian itu terus menyapanya! Menemaninya bersama sang senja dan hembusan angin yang melaluinya. Lagi, lagi, lagi...ia duduk termangu diatas hamparan pasir putih. Matanya menatap lurus mentari yang tenggelam dibalik samudra luas. Ia masih mengingat dengan begitu jelas, kejadian yang baru beberapa jam dilaluinya.

Tepat dihari ini semuanya telah hancur, kebaha-giaan yamg ingin sekali tergapai olehnya semakin terasa mustahil, ketika kedua orang tuanya dinyatakan bercerai setelah hakim memutuskan di meja hijau tadi.

Tapi!! Ketika berteman dengan senja ia merasakan ke-tenangan yang sesungguhnya, karna semua masalah yang terjadi padanya ikut terhempas bersama angin sore..

Langit semakin gelap, tapi ia masih setia dengan po-sisinya “fania” ia menoleh dan mendapati rio (sang pacar) berdiri tak jauh di belakangnya....