• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Organisasi sebagai Karakter

Dalam dokumen MENJADI PEMIMPIN INOVATIF (Halaman 77-83)

Berkenaan dengan masalah budaya, secara tersirat dapat dipahami surah Al-Quraisy berikut ini:

Artinya: 1. karena kebiasaan orang-orang Quraisy,

2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.(Q.S. Al-Quraisy: 1-2)129

Al-Marahgi menafsirkan ayat ini dengan penafsiran sebagai berikut yang artinya: Yakni maka suku hendaknya menyembah

Tuhannya sebagai ungkapan rasa syukur kepadaNya, yang mana telah menjadikan mereka sebagai kaum saudagar yang memiliki perjalan pada negeri yang tidak memiliki usaha cocok tanam dan pemerahan.

Sementara itu At-Thabari memberikan penafsiran sebagai berikut yang artinya : karena kebiasaan orang-orang Quraisy), yakni adat budaya

Quraisy, adat budaya ialah bepergian pada musim dingin dan musim panas.

Kandungan ayat di atas, dari perspektif budaya dapat dipahami bahwa salah satu budaya orang-orang Quraisy pada waktu itu adalah terbiasa bepergian pada musim dingin dan musim panas.

Budaya organisasi sering pula disebut dengan kata kultur organisasi, istilah budaya organisasi didefinisikan oleh Linda Smircich

[78]

sebagaimana dikutip oleh Richard Gorton sebagai berikut: Kultur atau budaya biasanya didefinisikan sebagai suatu perekat sosial atau normatif yang menjadi pegangan sebuah organisasi secara bersama. Hal itu menyatakan nilai-nilai atau ide-ide sosial dan keyakinan anggota organisasi untuk menjadi bagiannya.130

Robbins dan Judge menjelaskan bahwa budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi lainnya.131 Schermerhorn memberikan definisi budaya organisasi sebagai sistem keyakinan dan nilai-nilai bersama yang memandu perilaku dalam organisasi.132

Hidayat dan Machali mengatakan budaya organisasi merupakan pola-pola nilai, kepercayaan, asumsi-asumsi, sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan seseorang atau sekelompok manusia yang mempengaruhi perilaku kerja dan cara bekerja dalam organisasi.133Colquitt, Lepine dan Wesson mengemukakan: Budaya organisasi adalah pengetahuan sosial yang dianut bersama di dalam satu organisasi, mengenai aturan-aturan, norma, dan nilai-nilai yang membentuk sikap dan perilaku pegawai134.

Alvesson sebagaimana dikutip oleh Lunenburg mengemukakan definisi budaya organisasi sebagai berikut: Budaya organisasi adalah semua keyakinan, perasaan, perilaku, dan simbol yang merupakan ciri khas dari suatu organisasi. Lebih khusus lagi, budaya organisasi didefinisikan sebagai filsafat bersama, ideologi, kepercayaan, perasaan, asumsi, harapan, sikap, norma, dan

130Gorton, Richard, Judy A. Alston and Petra Snowden, School Leadership & Administration: Inportent Concepts, Case Studies, And Simulations. ed.4 (New York: Mc. Graw-Hill, 2007). p. 150.

131Robbins, Stephen P. dan Tomithy A. Judge, Perilaku Organisasi, Terj. Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid(Jakarta: Salemba Empat, 2008), hal. 256.

132Schermerhorn, John R, Introduction to Management (Asia: John Wiley & Sons Pte Ltd, 2010), P. 69.

133Hidayat dan Machali. Op.Cit., hal.67.

134Colquitt, Jason A, Jeffery A. Lepine, dan Michael J. Wesson, Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in Workplace. (New York: Mc Graw Hill, 2009), p. 563.

[79]

nilai.135 Menurut Hellriegel &Slocum budaya organisasi yaitu nilai, keyakinan, dan sikap yang dipelajari dan dibagi bersama yang berlaku untuk semua aggota.136

Schein sebagaimana dikutip oleh Luthans mendefinisikan budaya organisasi sebagai berikut: Budaya organisasi yaitu sebuah pola asumsi dasar diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu seperti belajar untuk mengatasi masalah eksternal dan integrasi internal yang telah bekerja cukup baik untuk dipertimbangkan berharga dan karena itu diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami, berpikir, dan merasa dalam kaitannya dengan masalah tersebut.137

Torrington dan Weightmen sebagaimana yang dikutip oleh Tony Bush menjelaskan bahwa budaya organisasi adalah suatu karakteristik semangat dan keyakinan sebuah organisasi, yang ditunjukkan, misalnya dalam norma-norma dan nilai-nilai yang secara umum berbicara tentang bagaimana seharusnya orang bersikap terhadap orang lain, suatu sifat pola hubungan kerja yang harus dikembangkan dan diubah. Norma-norma ini sangat dalam, asumsi-asumsi kaku yang tidak selalu diekspresikan, dan selalu diketahui tanpa bisa dipahami.138 Christensen mengatakan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan norma-norma informal dan nilai-nilai yang berkembang dan menjadi penting untuk kegiatan organisasi resmi.139

Saefullah menjelaskan bahwa fungsi budaya organisasi adalah: (1). Perasaan identitas dan menambah komitmen organisasi.

(2). Alat pengorganisasian anggota.

135Lunenburg Fred. C and Allan C. Arnstein, Educational Administration: Concepts ang Practices. 4th ed (USA: Wadsworth, 2006), p. 82.

136Hellriegel, Don & Slocum, W. John, Organizational Behavior (USA: South-Western Cengage Learning, 2011), p. 478.

137Luthans, Fred, Organizational Behavior: An Evidence-Based Approach (New York: McGraw-Hill Irwin, 2011), p. 71.

138Bush, Tony dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan.Terj: Fahrurrozi(Jogjakarta: IRCiSoD, 2006), hal. 134.

139Christensen, Tom, et. all, Organization Theory and The Public Sector: Instrument, Culture and Myth (New York: Routledge, 2007), p. 37.

[80]

(3). Menguatkan nilai-nilai dalam organisasi. (4). Mekanisme kontrol perilaku.

(5). Membangun rasa identitas bagi anggota organisasi. (6). Mempermudah tumbuhnya komitmen.

(7). Meningkatkan kemantapan sistem sosial, sebagai perekat sosial, menuju integrasi organisasi.140

Karakteristik budaya organisasi menurut Saefullah adalah sebagai berikut : (1). Inisiatif individual, (2). Toleransi terhadap tindakan berisiko, (3). Pengarahan, (4). Integrasi, (5). Dukungan manajemen, (6). Kontrol, (7). Identitas, (8). Sistem imbalan, (9). toleransi terhadap konflik, dan (10). Pola komunikasi.141

Menurut Badeni, budaya menjalankan sebuah fungsi dalam suatu kelembagaan atau organisasi yang berperan atau berfungsi sebagai berikut:

(1). Menetapkan suatu tapal batas; artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara suatu organisasi dengan organisasi yang lain bagi para warganya dalam berperilaku.

(2). Membawa suatu rasa identitas bagi para anggota organisasi. Artinya budaya bisa menciptakan identitas yang jelas.

(3). Mempermudah timbulnya dan meningkatkan komitmen serta konsistensi (dari para warganya pada sesuatu yang lebih luas dari pada kepentingan diri pribadi seseorang.

(4). Meningkatkan kemantapan sistem sosial. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat tentang apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para warganya. Budaya organisasi sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku karyawan dalam bekerja. Dengan telah dilebarkannya rentang kendali, didatarkannya struktur, diperkenalkanya tim-tim, dikuranginya formalisasi dan diberdayakannya karyawan oleh organisasi, makna

140Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 101.

[81]

bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat memastikan

bahwa setiap orang diarahkan ke arah yang sama.

(5). Mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para warganya, yakni menetapkan aturan permainan para warganya.142

Lebih lanjut Badeni mengatakan terlepas dari fungsi positifnya, budaya organisasi memiliki unsur negatif yaitu penghambat bagi perkembangan organisasi itu sendiri, antara lain:

(1). Budaya merupakan suatu penghambat terjadinya dinamika. Hal ini terjadi bila nilai-nilai bersama tidak cocok dengan nilai yang akan meningkatkan keefektifan organisasi, khususnya apabila organisasi itu dinamis.

(2). Budaya organisasi merupakan penghambat terjadinya perubahan. Konsistensi budaya bagi para warganya sangat penting, tetapi pada budaya organisasi yang telah berakar kuat dan perilaku para warganya telah begitu konsisten dengan budaya yang ada, hal ini akan membuatnya kesulitan dalam menanggapi perubahan-perubahan lingkungannya.

(3). Budaya organisasi merupakan penghambat keanekaragaman. Suatu pola perilaku yang telah rutin dilakukan, karena telah dipandang sebagai pola perilaku yang ideal oleh organisasi akan menghambat datangnya pola perilaku yang beraneka ragam dari perbedaan ras, agama, suku, etnis atau mungkin masuknya ide-ide baru.

(4). Penghambat terhadap merger dan akuisisi. Setiap organisasi yang telah memiliki budaya yang kuat akan cenderung (a) mempertahankan dan menilai budaya miliknya lebih hebat dan superior dari budaya organisasi lain, (b) menolak organisasi lain karena dipandang lebih rendah.143

Budaya layanan dalam sebuah orgnisasi merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan, karena ia merupakan bagian dari mata

142Badeni, Op.Cit., hal. 226.

[82]

rantai yang cukup penting dalam bingkai organisasi sebagaimana diungkapkan oleh Bauer dan Erdogan dalam gambar berkut:

Gambar 3.3. Culture creation and Maintenance144

Robbin mengatakan hasil penelitian menunjukkan ada tujuh karakteristik utama yang secara keseluruhan merupakan hakikat budaya sebuah organisasi yaitu:

(1). Inovasi dan keberanian mengambil resiko, yakni sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.

(2). Perhatian pada hal-hal rinci, yakni sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.

(3). Orientasi hasil, yakni sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.

(4). Orientasi orang, yakni sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada dalam organisasi.

(5). Orientasi tim, yakni sejauh mana kegiatan-kegiatan diorganisasi pada tim ketimbang pada individu-individu.

144Bauer,Tayla & Erdogan, Berrin. An Introduction toOrganizational Behavior. (New York: Lardbucket, 2012), p. 681. Organizati onal Culture Industry Demand Early values, goal, assumptions Reward system Leadership Founder values and preferences Attraction- selection-attrition New employee onboarding Culture Maintenance Culture Creation

[83]

(6). Keagresifan, yakni sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.

(7). Stabilitas, yakni sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.145

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka yang dimaksud budaya organisasi di dalam penelitian ini adalah: Suatu norma, nilai, kebiasaan, semangat dan keyakinan bersama yang dipegang pakai dan dijunjung tinggi oleh orang-orang yang hidup dalam sebuah organisasi.

Dalam dokumen MENJADI PEMIMPIN INOVATIF (Halaman 77-83)