• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENJADI PEMIMPIN INOVATIF"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

[2]

MENJADI

PEMIMPIN

INOVATIF

Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd.

Dr. Risnita, M.Pd.

(3)

[3]

MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd. Dr. Risnita, M.Pd.

Dr. Mohamad Muspawi, S.Pd., M.Pd.I

© Kelompok Studi Penulisan

x+ 180 halaman; 15.75x23 cm

ISBN 978-602-71394-2-8

Cetakan I November 2016

Editor : Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd, Ansori Barata

Tim Editor : Akbar Mubaroq Rahman, Novia Andriyani

Design Grafis : Joehary S.E, Riky Quattro, S.Pd

Penerbit : Kelompok Studi Penulisan Perum Garuda III, Rt. 12 No. 22

Jalan Kebun Daging Kelurahan. Baga nPete - Alam Barajo

Kota Jambi 36129. Tlf. 085268224712 Percetakan CV. Timur Laut Aksara

(4)

[4]

Pengantar Penerbit

Bismillahirrahmanirrahiim.

Ilmu kepemimpinan bukanlah hal yang baru dikembangkan. Ia menjadi persoalan alamiah yang ditemui hampir di seluruh ranah kehidupan. Dalam organisasi bisnis, kenegaraan, organisasi keagamaan, perdagangan, pendidikan hingga tata kehidupan sosial lingkup terkecil pun tidak luput dari masalah kepemimpinan dan kebutuhan akan pemimpin. Sebagian menyebutnya sebagai pemimpin yang adil.

Dalam perspektif Islam, kepemimpinan adalah fitrah yang harus ditanggung secara rela dengan kepatuhan menyeluruh seorang Hamba kepada Khaliknya. Seorang Muslim tidak terlahir sebagai budak, ia terlahir sebagai pemimpin dan harus

mempertanggung jawabkan apa yang dipimpin. Maka,

bagaimanakah cara meningkatkan kapasitas seorang pemimpin demi menjawab pertanyaan-pertanyaan sang khalik kelak adalah PR besar dan PR bersama ummat Islam yang harus diserahkan sebelum hari pertanggungjawaban tiba.

Menjadi pemimpin akan selalu diikuti dengan meningkatnya tanggung jawab moral dan materil. Menjadi pemimpin bukan saja melepaskan status dari bawahan menjadi atasan, tetapi sekaligus akan bermakna -menjadi pemimpin adalah - memakai jubah tanggung jawab sembari melepas niat-niat kerdil penghianatan berupa pemanfaatan jabatan sebagai jalan pintas kekayaan. Seorang pemimpin adalah jiwa amanah yang melupakan kebutuhan dan ambisi pribadinya demi menegakkan cita-cita bersama ; yakni visi dan misi bersama dari orang-orang yang dipimpinnya.

(5)

[5]

Hampir 15 Abad berlalu sepeninggal Rasulullah Muhammad S.A.W, belum ditemukan karakter pemimpin yang menyerupai beliau. Muhammad S.A.W digambarkan sebagai seorang pemimpin kharismatik yang selalu berbuat demi kepentingan agama dan Ummatnya. Beliau luput dari hal-hal yang melemahkan kekuatan kepemimpinannya, bersih dari fitnah yang menciderai ketegasannya dalam memimpin, dan penuh pujian dalam hal keteladanan sikap dan perbuatan.

Demikianlah, menjadi pemimpin ideal sepeninggal Rasulullah memang bukan pekerjaan mudah, namun berikhtiar agar dekat dengan apa yang diinginkannya adalah keniscayaan bagi setiap calon pemimpin Islam. Dalam buku ini, penulis telah merangkum berbagai pengetahuan tentang kepemimpinan, Penulis mencoba mendekatkan berbagai persepsi tentang kepemimpinan dan menarik simpulan ideal serta melihat berbagai fenomena kepemimpinan dan hal-hal yang berhubungan dengan itu kemudian mencari celah agar semua pemimpin bisa belajar bahwa banyak hal yang mesti dicermati dan diketahui untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal.

Menjadi Pemimpin Inovatif adalah sebuah pilihan ditengah kemarau kepemimpinan yang kini melanda kita. Penulis mencoba menelanjangi ketidaktahuan kita tentang hal yang harus difahami seorang pemimpin dan memberikan solusi bagaimana menjadi pemimpin inovatif. Ia melakukan pendekatan budaya organisasi dan motivasi untuk menghadirkan cakrawala yang kita butuhkan. Buku ini ditulis lewat penelitian ilmiah dan dengan bahasa ilmiah yang tidak terlalu berat. Sesekali juga menyampaikan dengan bahasa sukar yang membutuhkan nalar, hanya untuk melatih kita bahwa Menjadi Pemimpin Inovatif mesti melalui belukar pemahaman yang membutuhkan Inovasi dan kemauan yang tegar.

Selamat Membaca

Jambi, 29 Oktober 2016

(6)

[6]

Sambutan Penulis

Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T atas selesainya buku ini, dan shalawat, serta salam bagi Rasulullah Muhammad S.A.W, sosok mulia yang menjadi inspirasi seluruh pemimpin di muka bumi.

Buku ini ditulis setelah serangkaian penelitian yang sungguh-sungguh, menyita waktu dan kesempatan untuk mengerjakan hal lain. Tetapi penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis. Penelitian yang penulis lakukan dilandasi dengan beberapa kajian literatur

yang berhubungan dengan Keinovatifan Ketua STAI,

Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi, dan Motivasi Kerja. Ditulis berdasarkan pada penelitian lapangan dalam kurun waktu 6 bulan, yang dilaksanakan di beberapa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) di Provinsi Jambi.

Sebagai karya ilmiah, penulis mencoba menyajikan hasil

penelitian ini dalam format buku dengan judul “Menjadi Pemimpin Inovatif”, dilengkapi dengan penelitian yang penulis lakukan.

Pemilihan tema ini bukan saja disebabkan oleh data penelitian yang banyak menyentuh wilayah kepemimpinan, tetapi memang telah sejak lama penulis ingin memberikan satu kontribusi berupa sumbangan pengetahuan mengenai kepemimpinan khususnya untuk para pimpinan lembaga pendidikan yang dalam buku ini merujuk pada Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) di Provinsi Jambi.

Masalah kepemimpinan adalah fenomena yang tidak pernah habis dibahas. Berbagai skenario, strategi, dan pelatihan kepemimpinan menjadi agenda rutin banyak pihak untuk

(7)

[7]

menghasilkan model kepemimpinan berkualitas. Penulis

menawarkan sesuatu yang mungkin tidak baru, tetapi jarang disentuh, pemimpin inovatif. Dalam buku ini penulis mencoba menghadirkan literatur dan pemikiran penting mengenai kepemimpinan dan segala problematikanya.

Selama proses penyelesaian buku ini, banyak pihak yang telah memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: Bapak Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd sebagai Direktur Pascasarjana IAIN STS Jambi, Bapak Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan STAI yang saya jadikan Lokasi penelitian, Bapak dan Ibu Dosen serta staf Pascasarjana IAIN STS Jambi, Teman-teman seperjuangan Pascasarjana IAIN STS Jambi dan Penerbit yang telah merancangbangun penelitian ini sehingga menjadi satu buku yang menarik di tengah waktu yang sempit, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan buku ini. Oleh karena itu, segala saran dan tanggapan

penulis terima demi kesempurnaannya. Akhirnya, penulis berdo’a

semoga buku ini berguna bagi para pembaca, dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Amin.

Jambi, 29 Oktober 2016 PENULIS

(8)
(9)

[9]

DAFTAR ISI

Pengantar Penerbit ………. iii

Sambutan Penulis ……… iv

Sambutan Direktur Pasca Sarjana IAIN STS Jambi……… v

BAB I Sekolah dan Penerapan Model Kepemimpinan Inovatif A. Memaknai Perubahan dalam Konteks Islam ……… 1

B. Sekolah dalam Kerangka Pendidikan Nasional.………... 2

C. Sekolah inovatif dan Kepala Sekolah Inovatif……...………. 4

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi sekolah inovatif………. 7

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah… ..………. 7

2. Bentuk Inovasi Sekolah di Provinsi Jambi ……….. 11

E. Rancangan Penelitian ……… 16

BAB II Penelitian tentang Keinovatifan Kepala Sekolah dan berbagai Studi lain yang relevan. A. Landasan teoritis ……….……… 21

1. Keinovatifan kepala sekolah ……….……... 21

2. Kecerdasan emosional ……….………….… 28

3. Motivasi kerja ……….……….. 37

4. Gaya kepemimpinan ……….……… 43

B. Kerangka berpikir penelitian……….………….. 51

C. Hipotesis penelitian ……….………... 58 D. Penelitian yang relevan 59

(10)

[10]

BAB III

Profil Lokasi Penelitian dan Upaya Kepala Sekolah dalam Mewujudkan Sekolah Inovatif.

A. SMP Negeri di Tanjung Jabung Timur ………. 53

B. SMP Negeri di Kota jambi ……….………... 72

C. SMP Negeri dI Kabupaten Merangin ……….... 78

BAB IV Hasil dan Pembahasan Penelitian A. Hasil penelitian ………..…………. 83

B. Analisis Hasil Penelitian…………..………. 93

BAB V Penutup ; Kesimpulan, Implikasi dan Saran Pengembangan A. Kesimpulan Penelitian ……….… 161 B. Implikasi Penelitian ……….… 163 C. Rekomendasi ………... 164 D. Saran Pengembangan……….………..… 165 BAB VI Catatan Penutup ………..………..…….. 163 Daftar Pustaka ………..………..……… 169 Biodata Penulis ………..………..………… 179

(11)

[11]

(12)
(13)

[13]

BAB I

Pendahuluan

Pendidikan dan Kepemimpinan

A. Latar Belakang Penulisan

1. Pendidikan dalam Perspektif Islam

SEJARAH telah mencatat dengan tinta emasnya bahwa negara-negara maju di dunia, hampir semuanya berawal dari perhatian besar dan upaya serius dalam membangun pendidikan. Boleh dikatakan bahwa tidak ada negara yang memiliki peradaban maju tetapi mengesampingkan pembangunan pendidikan, karena pada hakekatnya, pendidikan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dan dinamisator masyarakat itu sendiri2. Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa itu, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa.3

Realita hidup juga telah membuktikan bahwa kualitas pendidikan ikut memberikan pengaruh terhadap kualitas kehidupan. Allah SWT akan mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa yang memiliki pendidikan yang maju, hal ini tersirat di dalam firman Allah SWT Surat Al-Mujadalah Ayat 11:

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya

2Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan:

“Menjual” Mutu Pendidikan dengan Pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan (Jogjakarta: IRCiSoD, 2010), hal. 112.

3Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 3.

(14)

[14]

Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al-Mujadalah: 11)4

Ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT memberikan jaminan kepada orang-orang yang memiliki iman yang benar dan ilmu pengetahuan. Derajat hidup mereka akan diangkat, yakni akan ada perubahan positif yang dialami, perubahan yang menjadikan mereka berada pada posisi lebih baik dan lebih maju dari kondisi sebelumnya, perubahan ke arah kebaikan, baik secara lahir maupun batin. Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya juga menjelaskan penggalan ayat berikut:

نيذلاو مكنم اونما نيذلا الله عفري(

)ريبخ نولمعت امب اللهو .تاجرد ملعلا اوتوا

yang ditafsirkan Ibnu Katsir sebagai:

و

امب اللهو .تاجرد ملعلا اوتوا نيذلاو مكنم اونما نيذلا الله عفري( :هلوق

ا وا ,لبقا اذا هيخلا مكنمدحا حسف اذا هنا اودقتعتلا :ىا )ريبخ نولمعت

اذ

ةيزمو ةعفر وه لب ,هقح ىف اصقن كلاذ نوكي نا ,جرخف جورخلاب رما

,ةرخلااو ايندلا ىف اهب هيزجي لب ,هل كلاذ عيضي لا ىلاعت اللهو ,اللهدنع

عفري( :لاق اذهلو ,هركذ رشنو ,هردق الله عفر الله رملا عضاوت نم ناف

مب اللهو .تاجرد ملعلا اوتوا نيذلاو مكنم اونما نيذلا الله

,)ريبخ نولمعت ا

.هقحتسي لا نمب وكلاذ قحتسي نمب ريبخ :ىا

Artinya: Dan firman-Nya: (Allah akan mengangkat orang-orang yang

beriman dan berilmu di antara kamu beberapa derajat, dan Allah maha mengabarkan terhadap segala yang kamu kerjakan). Maksudnya: jangan dikira bahwa apabila salah seorang di antara kamu

(15)

[15]

melapangkan untuk saudaranya lalu ia menerimanya, atau apabila disuruh keluar lalu ia keluar, hal itu akan mengurangi haknya, bahkan hal itu akan terangkat dan bertambah di sisi Allah, dan Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan hal itu baginya, tetapi ia memberikan ganjaran baginya di dunia dan akherat. Maka sesungguhnya barang siapa yang ta’at menjalankan perintah Allah tentu Allah akan mengangkat derajatnya. Dan penjelasan untuk firman Allah yang berikut ini: (Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kamu beberapa derajat, dan Allah maha mengabarkan terhadap segala yang kamu kerjakan) maksudnya: kabar untuk orang yang berhak dan yang tidak berhak5.

Secara eksplisit Ibnu katsir memberikan penafsiran bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan, baik di dunia maupun di akhirat. Allah akan mengangkat derajat kehidupan mereka dengan diberikannya berbagai kelebihan dan kenyamanan hidup, serta menyiapkan untuk mereka surga di akhirat nanti. Demikian, tafsir Ibnur Katsir, sedangkan Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat:

نيذلاو مكنم اونما نيذلا الله عفري(

)ريبخ نولمعت امب اللهو .تاجرد ملعلا اوتوا

dengan penafsiran sebagai berikut:

عفري يا

نيملاعلاو ,هلوسر رماواو هرماوا لاثتماب نينمؤملا الله

.ناوضرلا بتارمو باوثلا ىف ةريثك تاجرد ةصاخ مهنم

Artinya: maksudnya, Allah akan mengangkat orang-orang beriman dengan menjunjung perintahnya dan perintah rasulnya, dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan di antara mereka kepada

(16)

[16]

derajat yang khusus dalam hal mendapatkan pahala dan keridhaan6. Al-Maraghi meyakini, orang yang beriman dan berpengetahuan akan mendapatkan tempat yang khusus di sisi Allah SWT, mereka akan mendapatkan ganjaran pahala dan ridha yang berlipat ganda. Orang yang berilmu akan diberi kemampuan berpikir dan bertindak untuk menyikapi perikehidupan di dunia dengan berbagai kemudahan dan solusi terhadap permasalahan hidup.

Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa7. Sardiman sebagaimana yang dikutip oleh Hasbullah mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental8.

Sedangkan Jhon Dewey sebagaimana dikutip oleh Abu Ahmadi mengatakan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.9 Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi masa kini dan sekaligus masa depan.10 2. Kepemimpinan dan Pentingnya Inovasi

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

6Ahmad Mushtofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Marahgi (Mesir: Musthofa Babi Al-Halbi Wa Auladuh, 1946), Juz: 28, hal. 17.

7Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 1.

8Ibid.

9Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 69.

10E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), hal. 17.

(17)

[17]

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.11

Pendidikan nasional juga bertujuan mengembangkan pribadi-pribadi yang kreatif, kritis, dan produktif.12 Jadi, tujuan pendidikan

tidak hanya untuk mencetak generasi yang memiliki kognitif yang tinggi, juga memiliki afektif dan psikomotrik yang baik. Tidak hanya pintar tetapi juga santun.

Pendidikan tidak hanya untuk kebutuhan hari ini, tetapi pendidikan lebih menatap ke depan. Hasil dari proses pendidikan relatif dirasakan pada masa-masa setelah proses itu dilaksanakan. Oleh karena itu, investasi terbaik bagi suatu bangsa adalah investasi pendidikan atau membangun sumber daya manusia untuk kemajuan generasi bangsa pada masa yang akan datang.

Menurut jenjangnya, setelah pendidikan dasar dan menengah selanjutnya ada pendidikan tinggi atau sering disebut perguruan tinggi. Tugasnya memberikan layanan pendidikan lanjutan pada jenjang yang lebih tinggi dan mengarah ke yang lebih khusus. Eksistensi perguruan tinggi merupakan sebuah kebutuhan, sebab pendidikan tinggi merupakan salah satu aspek yang sangat penting (paramount importance) dalam pembangunan ekonomi dan sosial.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS pada BAB VI Pasal 19 Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.13 Eko Indrajit mengatakan bahwa perguruan tinggi merupakan

satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.14

11Anonim, UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 5.

12H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 12.

13Anonim, Op.Cit., hal. 11.

14R. Eko Indrajit & R,. Djokopranoto, Manajemen Perguruan Tinggi Modern (Yogyakarta: Andi, 2006), hal. 3.

(18)

[18]

Selanjutnya pada pasal 20 ayat 1 dijelaskan bahwa perguruan tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.15 Dikotomi itu berdasarkan pada perbedaan ruang lingkup yang dimiliki oleh tiap-tiap perguruan tinggi. Ruang lingkup universitas tentunya menempati posisi teratas bila dibandingkan dengan yang lainnya.

Salah satu sisi penting dari pengelolaan perguruan tinggi adalah keberadaan pimpinan perguruan tinggi tersebut. Pimpinan perguruan tinggi merupakan sosok penting dalam hal menentukan maju mundurnya perguruan tinggi yang dipimpinnya. Keberadaannya ikut mewarnai keberadaan lembaganya. Arah kebijakannya akan mempengaruhi segala sesuatu yang terkait dengan lembaganya.

Pimpinan perguruan tinggi menempati posisi sentral dalam upaya memajukan lembaganya. Ia laksana nahkoda bagi sebuah kapal. Oleh karenanya, salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan adalah melakukan inovasi terhadap lembaganya, yakni sebuah upaya melakukan terobosan-terobosan baru yang positif yang menjadikan lembaganya lebih baik dan lebih maju. Inovasi dapat diartikan sebagai suatu proses di mana suatu objek atau praktik baru dimunculkan ke permukaan dan diadopsi oleh individu atau kelompok. Proses ini berawal dari adanya temuan (invention) diikuti oleh proses pengembangan (development), dan proses adopsi (adoption)dan pelembagaan (institutionalization).16

Sagala mengemukakan “Inovasi adalah kemampuan untuk merubah ide menjadi barang, jasa atau proses untuk memecahkan problem dan memanfaatkan peluang yang dihadapi”.17 “Inovasi

merupakan suatu proses di mana organisasi-organisasi memanfaatkan keterampilan-keterampilan dan sumber-sumber daya mereka untuk mengembangkan produk baru dan sistem pengoperasian baru sehingga

15Ibid.

16Lias Hasibuan, Kurikulum & Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hal. 64.

17Syaiful Sagala. Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung. Alfabeta. 2009) hal. 180

(19)

[19]

mereka menjadi lebih baik.”18 Sementara itu, Sudarwan Danim mengemukakan “Inovasi berupa kesediaan mengambil risiko dan belajar bersama pada kalangan anggota komunitas organisasi pembelajaran.”19 Bolam sebagaimana dikutip oleh Hasibuan melihat

proses inovasi mengandung empat macam faktor, yaitu: (1). Sebagai agen perubahan (the change agent). (2). Inovasi (the inovation).

(3). Sistem pengguna inovasi (the user system). dan

(4). Waktu yang banyak (the process of innovation over time).20

3. Faktor-Faktor Pendukung Keinovatifan Pemimpin

Menjadi pemimpin inovatif dalam era sekarang ini jadi kebutuhan mendesak bagi setiap pimpinan perguruan tinggi agar lembaga yang dipimpin mampu berkompetisi dengan lembaga lain yang kini tumbuh dengan kecepatan kompetisi yang berdaya saing tinggi.

Untuk mendukung keinovatifan seorang pemimpin, beberapa faktor penting yang memiliki pegaruh kuat adalah :

Faktor Pertama: Kepemimpinan Transformasional.

Kepemimpinan di sini diartikan sebagai sebuah proses yang mengarahkan pimpinan dan bawahan berusaha untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi.21 Kepemimpinan transformasional dipahami oleh Bernard M. Bass dan Ronald E. Riggio sebagai berikut: “Kepemimpinan transformasional menyajikan peluang untuk meningkatkan citra organisasi, rekrutmen, seleksi, promosi,

18Winardi. Manajemen Perubahan (The Management to Change) (Jakarta.Kencana Prenada Media Group. 2008,) hal.9

19Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar ( Jakarta. PT Bumi Aksara.2006), hal. 251

20Lias Hasibuan, Pengembangan Inovasi dan Koherensi Nilai dalam Kurikulum

Pendidikan Islam, (Jakarta: Referensi, 2014), hal. 194.

21Bahar Agus Setiawan & Abd. Muhith, Transformational Leadership: Ilustrasi di

(20)

[20]

pengelolaan keragaman, kerja sama tim, pelatihan, pengembangan, dan kemampuan untuk berinovasi”.22

Mereka menambahkan bahwa motif kepemimpinan transformasional menetapkan harapan yang lebih menantang dan biasanya mencapai kinerja yang lebih tinggi. Pemimpin transformasional juga cenderung memiliki pengikut lebih berkomitmen dan puas. Selain itu, pemimpin transformasional memberdayakan pengikut dan memperhatikan kebutuhan masing-masing mereka serta pengembangan pribadi, membantu pengikut mengembangkan kapasitas mereka sendiri. Potensi kepemimpinan melalui pembinaan, pendampingan, dan penyediaan tantangan serta dukungan.

Koehler dan Pankowski sebagaimana dikutip oleh Ali mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai proses menginspirasi perubahan dan memberdayakan pengikut untuk mencapai ketinggian yang lebih besar, untuk memperbaiki diri dan untuk meningkatkan proses organisasi. Hal ini dapat memungkinkan proses menyebabkan pengikut untuk menerima tanggung jawab dan akuntabilitas untuk diri mereka sendiri dan proses yang mana mereka ditugaskan.23

Danim sebagaimana dikutip oleh El Widdah mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja, dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi yang langka dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan.24

Menurut Rahmi, kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses di mana pemimpin mengambil tindakan-tindakan untuk meningkatkan kesadaran rekan kerja mereka tentang apa yang benar dan apa yang penting, dan untuk meningkatkan kematangan motivasi

22Bernard M. Bass and Ronald E. Riggio, Transformational Leadership (New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher, 2006), p. 128.

23Eko Maulana Ali, Kepemimpinan Transformasional dalam Birokrasi Pemerintahan (Jakarta: Multicerdas Publishing, 2012), hal. 97.

24Minnah El Widdah, dkk, Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu

(21)

[21]

rekan kerja mereka serta mendorong mereka untuk melampaui minat pribadi mereka demi mencapai kemaslahatan kelompok, organisasi, atau masyarakat.25 Selanjutnya Rahmi mengatakan bahwa dalam organisasi pendidikan terdapat 7 prinsip utama yang penting dimiliki oleh pemimpin transformasional sebagai pola dasar untuk menciptakan tatanan sinergis organisasi, antara lain:

1. Simplikasi.

Keberhasilan dari kepemimpinan pendidikan di awali dengan visi yang akan menjadi cermin dan tujuan pendidikan. Kemampuan serta keterampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas, praktis dan tentu saja transformasional yang dapat menjawab “kemana kita akan melangkah?” menjadi hal yang penting untuk diimplementasikan.

2. Motivasi.

Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap anggota organisasi pendidikan yang terlibat tehadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu dilakukan. Pada saat pemimpin transformasional menciptakan kondisi sinergis di dalam organisasi, seharusnya pemimpin transformasional dapat pula mengoptimalkan, memotivasi dan memberi energi kepada pengikutnya.

3. Fasilitas.

Dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi “pembelajaran” yang terjadi di dalam organisasi pendidikan secara kelembagaan, kelompok, ataupun individual. Hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari setiap anggota organisasi yang terlibat di dalamnya.

(4). Inovasi.

Yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab melakukan suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu tuntutan dengan perubahan yang terjadi.

(5). Mobilitas.

25Sri Rahmi, Kepemimpinan Transformasional dan Budaya Organisasi: Ilustrasi di

(22)

[22]

Yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan memperkuat setiap anggota organisasi yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi dan tujuan.

(6). Siap siaga. (7). Tekad.

Yaitu tekad bulat untuk terus sampai pada akhir, tekad bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas.26

Faktor Kedua: Budaya Organisasi.

Budaya organisasi bermakna suatu sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi lainnya.27 Schermerhorn memberikan definisi budaya organisasi sebagai berikut: Budaya organisasi adalah sistem keyakinan dan nilai-nilai bersama yang memandu perilaku dalam organisasi.28

Alvesson sebagaimana yang dikutip oleh Lunenburg mengemukakan definisi budaya organisasi sebagai berikut: Budaya organisasi adalah semua keyakinan, perasaan, perilaku, dan simbol yang merupakan ciri khas dari suatu organisasi. Lebih khusus lagi, budaya organisasi didefinisikan sebagai filsafat bersama, ideologi, kepercayaan, perasaan, asumsi, harapan, sikap, norma, dan nilai-nilai.29

Menurut Hellriegel & Slocum budaya organisasi diartikan sebagai nilai, keyakinan, dan sikap yang dipelajari dan dibagi bersama yang berlaku untuk semua anggota.30 Torrington dan Weightmen sebagaimana dikutip oleh Tony Bush menjelaskan bahwa budaya organisasi adalah suatu karakteristik semangat dan keyakinan sebuah organisasi, yang ditunjukkan, misalnya dalam norma-norma dan nilai-nilai yang secara umum berbicara tentang bagaimana seharusnya orang

26Ibid., hal. 61.

27Robbins, Stephen P. dan Tomithy A. Judge, Perilaku Organisasi, Terj. Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid(Jakarta: Salemba Empat, 2008), hal. 256. 28Schermerhorn, John R, Introduction to Management (Asia: John Wiley & Sons Pte Ltd, 2010), P. 69.

29Lunenburg Fred. C and Allan C. Arnstein, Educational Administration: Concepts

ang Practices. 4th ed (USA: Wadsworth, 2006), p. 82.

30Hellriegel, Don & Slocum, W. John, Organizational Behavior (USA: South-Western Cengage Learning, 2011), p. 478.

(23)

[23]

bersikap terhadap orang lain, suatu sifat pola hubungan kerja yang harus dikembangkan dan diubah. Norma-norma ini sangat dalam, asumsi-asumsi kaku yang tidak selalu diekspresikan, dan selalu diketahui tanpa bisa dipahami.31

Faktor Ketiga: Motivasi Kerja.

Pengertian Motivasi kerja di sini merujuk pada faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, karena itu motivasi sering diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang.”32 Schunk menjelaskan motivasi adalah proses dimana

kegiatan yang diarahkan pada tujuan yang menghasut dan berkelanjutan.

Miner sebagaimana dikutip oleh Lunenburg mendefinisikan motivasi sebagai berikut: Proses-proses dalam individu yang merangsang perilaku dan menyalurkannya dengan cara yang seharusnya menguntungkan organisasi secara keseluruhan.33 Donald sebagaimana dikutip Martinis Yamin mendefinisikan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feelling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.34

Sementara itu ada ahli yang berpendapat bahwa motivasi membuat seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan semangat, karena orang itu ingin melakukannya.35 Pendapat ahli yang lain mengatakan motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan.36

31Bush, Tony dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan

Pendidikan.Terj: Fahrurrozi(Jogjakarta: IRCiSoD, 2006), hal. 134.

32Edi Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta. Kencana Predana Media Group . 2011) hal. 109

33Lunenburg Fred. C and Allan C. Arnstein, Op.Cit., p. 110.

34Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Referensi, 2013), hal. 196.

35George R.Terry Leslie W.Rue. Dasar-dasar Manajemen. Judul Asli: Prinsiple of

Management diterjemahkan oleh G.A. Ticoalu (Jakarta PT. Bumi Aksara. 2010) .hal.168

(24)

[24]

Menurut Woodworth dan Marques sebagaimana yang dikutip oleh Mustaqim dan Wahab bahwa motivasi adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya.37

Mengiringi pendapat di atas, Siagian mengemukakan pengertian motivasi sebagai daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi. Menurut jenisnya motivasi terbagi atas :

1. Motivasi Intrinsik.

Maksud dari motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

2. Motivasi Ekstrinsik.

Maksud dari motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya karena ada perangsang dari luar.38

Sardiman menjelaskan bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1). Tekun menghadapi tugas. (2). Ulet menghadapi kesulitan. (3). Lebih senang bekerja mandiri. (4). Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin. (5). Dapat mempertahankan pendapatnya. (6). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, dan (7). Senang mencari dan memecahkan masalah39.

Usman mengemukakan teknik memotivasi dapat dilakukan dengan cara.” (1) Berpikiran positif; yakni berpikiran bahwa apa yang dikerjakan akan mencapai kesuksesan. (2) Menciptakan perubahan yang kuat; perubahan dari keadaan yang buruk ke arah yang lebih baik. (3) Membangun harga diri; harga diri merupakan suatu prinsip hidup yang diperjuangkan dan dipertahankan. (4) Memantapkan pelaksanaan; konsisten dengan prosedur dan proses untuk mencapai kesuksesan. (5)

37Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 72.

38Ibid, hal. 89

(25)

[25]

Membangkitkan orang lemah menjadi kuat; dan (6) Membasmi sikap suka menunda-nunda.”40

B. Studi Awal Potensi Pemimpin Inovatif di STAI Provinsi Jambi.

Seluruh teori dari berbagai pendapat ahli dan pakar di atas yang terkait dengan keinovatifan pimpinan merupakan kondisi ideal dari keinovatifan pimpinan pada perguruan tinggi. Guna menunjang penulisan buku ini dengan fakta empiris, maka penulis terlebih dahulu mengadakan penelitian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan keinofativan seorang pemimpin, mendeteksi pengaruhnya, untuk dijadikan sebagai temuan keilmuan dalam upaya menjadi pemimpin inovatif.

Studi awal telah dilakukan dalam rentang bulan April hingga Agustus 2016 ke beberapa Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta yang tersebar di dalam Provinsi Jambi, yaitu STAI An-Nadwah Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat mewakili Jambi wilayah Timur, STAI Muara Bulian Kabupaten Batanghari mewakili Jambi wilayah Tengah, dan STAI Syekh Maulana Qori Bangko Kabupaten Merangin mewakili Jambi wilayah Barat.

Data yang dihimpun berkenaan dengan jumlah program studi (Prodi) yang ada, jumlah mahasiswa yang dimiliki, jumlah dosen, serta jumlah sarana dan prasarana dalam rentang waktu lima (5) tahun, yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Secara umum data yang didapat pada studi awal tergambar pada tabel 1.1 yang menunjukkan STAI An-Nadwah Kuala Tungkal mengalami perkembangan positif. Ini menunjukkan bahwa keinovatifan ketua STAI An-Nadwah cukup baik, dimana dalam 5 tahun terakhir telah menunjukkan perubahan yang membanggakan.

Tabel 1.1.

Data Penelitian Profil STAI An-Nadwah Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat.41

40Husaini Usman, Op.Cit., hal. 272.

41Sumber: Dokumentasi STAI An-Nadwah Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

(26)

[26] Ta hun ITEM Jmlah Prodi Jmlh Mhsw Jmlah Dosen Sarpras 2011 2 buah 950 Orang 35 orang

8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 lab komputer dengan 11 unit computer, dll

2012 2 buah 1.068 orang

37 orang

8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 lab komputer dengan 16 unit komputer. 1 ruang micro teaching, dll

2013 3 buah 1.137 orang

48 orang

8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang pustaka, 1 lab komputer dengan 20 unit komputer. 1 ruang micro teaching, dll

2014 4 buah 1.256 orang

59 orang

12 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 lab komputer dengan 20 unit komputer. 1 ruang micro teaching, dll

2015 4 buah 1.288 orang

65 orang

12 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 lab komputer dengan 22 unit komputer. 1 ruang micro teaching,

dll

Sejumlah program pengembangan juga telah dilakukan oleh pimpinan STAI Nadwah dalam rangka membawa STAI An-Nadwah menjadi semakin maju, diantaranya melakukan kerjasama dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam hal melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (kukerta) mahasiswa.

Selanjutnya dapat diperhatikan data profil Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muara Bulian Kabupaten Batanghari, sebagaimana yang tersaji pada tabel sebagai berikut:

(27)

[27]

Tabel 1.2.

Data Penelitian Profil STAI Muara Bulian Kabupaten Batanghari.42

Memperhatikan data yang terdapat pada tabel di atas, terlihat bahwa STAI Muara Bulian Kabupaten Batanghari juga mengalami perkembangan positif yang menunjukkan bahwa keinovatifan pimpinan STAI Muara Bulian cukup baik dan membanggakan, dimana dalam 5 tahun terakhir telah menunjukkan perubahan yang membawa STAI Muara Bulian terlihat maju di mata masyararakat.

42Sumber: Dokumentasi STAI Muara Bulian Kabupaten Batanghari.

Ta hun ITEM Jmlah Prodi Jmlh Mhsw Jmlah Dosen Sarpras 2011 2 buah 765 orang 21 orang

9 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan lab komputer dengan 10 unit computer, dll

2012 3 buah 987 orang

27 orang

8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang micro teaching, 1 lab komputer dengan 17 unit computer, dll

2013 3 buah 1.026 orang

28 orang

8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang micro teaching, 1 lab komputer dengan 17 unit computer, dll

2014 3 buah 1.173 orang

33 orang

12 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang micro teaching, 1 lab komputer dengan 19 unit komputer, 1 ruang BEM, 1 ruang MAPALA, dll

2015 3 buah 1.185 orang

35 orang

13 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang micro teaching, 1 lab komputer dengan 21 unit komputer, 1 ruang BEM, 1 ruang MAPALA, dll

(28)

[28]

Pada tahun 2015, pihak STAI Muara Bulian telah melakukan kerjasama dengan salah satu perguruan tinggi yang ada di Malaysia yang bernama College Ash-Shofa, yakni dalam hal berbagi informasi-informasi akademik yang saling menguntungkan bagi kedua perguruan tinggi.

Kemudian semenjak 2012 STAI Muara Bulian juga telah melakukan kerjasama dengan UI (Universitas Indonesia) dalam hal layanan perpustakaan secara digital, yakni berupa suatu aplikasi layanan perpustakan berbasis online yang tentunya memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada para pengguna terutama para mahasiswa STAI Muara Bulian.43

Selanjutnya kami sajikan data Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syekh Maulana Qori (SMQ) Bangko Kabupaten Merangin, dimana dari data ini mampu memberikan gambaran awal mengenai keinovatifan ketua STAI. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 1.3, dapat dipahami bahwa keinovatifan pimpinan STAI Syekh Maulana Qori (SMQ) Bangko cukup baik.

Hal ini terlihat dari perkembangan yang dialami oleh Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syekh Maulana Qori (SMQ) Bangko Kabupaten Merangin yang tergolong positif, dimana dalam lima tahun terakhir STAI Syekh Maulana Qori telah menunjukkan perubahan-perubahan dan kemajuan yang membanggakan dari tahun ke tahun. Mengenai tingkat perkembangan tersebut selengkapnya dapat kita pelajari pada tabel 1.3. berikut ini:

43Hasil wawancara dengan salah seorang piminan STAI Muara Bulian, 25 Agustus 2015.

(29)

[29]

Tabel 1.3. Data Penelitian Profil STAI Syekh Maulana Qori (SMQ) Bangko Kabupaten Merangin.44 Ta Hun ITEM Jumlah Prodi Jmlh Maha siswa Jmlh Dosen Sarpras 2011 3 buah 577 orang 26 orang

9 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan lab komputer dengan 10 unit computer, dll

2012 3 buah 602 orang

28 orang

9 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan lab komputer dengan 10 unit computer, dll

2013 3 buah 674 orang

30 orang

13 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan mikro teaching, 1 ruangan lab kopumter dengan 13 unit computer, dll

2014 4 buah 845 orang

34 orang

13 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan mikro teaching, 1 ruang peradilan semu, 1 ruangan lab kopumter dengan 17 unit komputer, 1 ruangan audio visual, dd

2015 4 buah 978 orang

34 orang

13 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan mikro teaching, 1 ruang peradilan semu, 1 ruangan lab kopumter dengan 17 unit komputer, 1 ruangan audio visual, dll

Hasil analisis peneliti terhadap dokumen-dokumen dari ketiga STAI di atas, dapat diuraikan bahwa terlihat adanya upaya inovatif yang telah dilakukan oleh para ketua untuk membawa instansinya

(30)

[30]

masing-masing semakin lebih baik dari waktu ke waktu. Ini dapat diketahui dari terjadinya peningkatan kuantitas dalam berbagai hal sebagaimana yang telah tercantum pada tabel-tabel diatas.

Serangkaian tindakan inovatif yang telah dilakukan oleh para Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) tersebut peneliti duga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menurut dugaan penulis memiliki pengaruh kuat terhadap daya inovatif para Ketua STAI. Faktor dimaksud antara lain tipe kepemimpinan para ketua yang menurut dugaan penulis para Ketua STAI telah menunjukan ciri kepemimpinan transformasional, kemudian dipengaruhi pula olah budaya organisasi STAI, dan motivasi kerja pengelola dan karyawan STAI.

Beberapa penelitian penting telah dilakukan oleh Sarros, et. all, mengenai faktor ini. Salah satunya berjudul: Building a Climate for Innovation Through Transformational Leadership and Organizational Culture.45 Penelitian ini membuktikan adanya hubungan kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi dalam membentuk iklim untuk keinovatifan organisasi dalam organisasi sektor swasta di Australia. Pemodelan persamaan struktural berdasarkan tanggapan survei dari 1.158 manajer mengeksplorasi hubungan antara kepemimpinan transformasional dan iklim untuk keinovatifan organisasi, dan melihat sejauh mana kompetisi kinerja berorientasi pada budaya organisasi memediasi hubungan ini. Dengan kata lain, penelitian ini telah membuktikan bahwa kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keinovatifan pimpinan.

Berangkat dari berbagai pemaparan tersebut, maka penulis ingin menelusuri permasalahan ini secara ilmiah, dan membuktikan apakah kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja memberikan pengaruh terhadap keinovatifan ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) tersebut?

45Sarros, James C,et.all, Building a Climate for Innovation Through Tranformational

Leadership and Organizational Culture, International Journal of Leadership & Organizational Studies, Volume 15, Number 2, Baker College, 2008.

(31)

[31]

Sesuai dengan judul pada buku ini yakni “Menjadi Pemimpin Inovatif” maka, penelitian penulis diarahkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi Keinovatifan Pemimpin di STAI yang ada di Provinsi Jambi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi yakni: Kepemimpinan transformasional, budaya organisasi dan motivasi kerja.

Pada dasarnya, masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi namun dalam penelitian ini penulis hanya membatasi tiga faktor tersebut dengan anggapan bahwa faktor-faktor kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi kerja memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap keinovatifan seorang pemimpin

(32)

[32]

(33)
(34)

[34]

BAB II

Konstruksi Sederhana

Model Kepemimpinan Inovatif

dan Berbagai Penelitian yang Relevan

A. Praktik Inovasi dalam Kepemimpinan

Istilah inovasi dapat dipahami dalam arti ganda. Pertama, maknanya dilihat dalam bentuk kata benda umum (common noun) yaitu: “a new object, idea or practice”. Kedua, sebagai kata benda abstrak (abstract noun) yaitu: suatu proses di mana suatu obyek atau praktek baru dimunculkan ke permukaan dan diadopsi oleh individu atau kelompok. Proses ini berawal dari adanya temuan (invention) diikuti oleh proses pengembangan (development), dan proses adopsi (adoption) dan pelembagaan (institutionalization).46

Secara etimologi inovasi berasal dari bahasa Latin, yaitu innovation yang berarti pembaharuan dan perubahan. Kata kerjanya innovo, yang berarti memperbaharui dan mengubah. Jadi, inovasi adalah perubahan baru menuju arah perbaikan dan berencana (tidak secara kebetulan)47.

46Lias Hasibuan, Kurikulum & Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hal. 64.

(35)

[35]

“Inovasi merupakan suatu proses di mana organisasi-organisasi memanfaatkan keterampilan-keterampilan dan sumber-sumber daya mereka untuk mengembangkan produk baru dan sistem pengoperasian baru sehingga mereka menjadi lebih baik”48.

Sementara itu, kata inovatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan “Bersifat pembaharuan; bersifat pengenalan terhadap hal-hal yang baru. Kata inovatif ditambah imbuhan ke-an menjadi keinovatifke-an mengke-andung makna hal yke-ang baru.”49

Inovasi menurut Adair adalah pengenalan yang disengaja dan spesifik dari apa yang baru, yang bertujuan mencapai tujuan organisasi yang lebih efektif.50 Adair juga mengatakan bahwa semua inovasi itu adalah perubahan tetapi tidak semua perubahan adalah inovasi.51 Inovasi adalah perubahan dan perbaikan yang

memiliki hasil positif sehubungan dengan pelanggan, stakeholder, organisasi, dan konstituen lainnya52. Inovasi adalah proses kreativitas, pengorganisasian, dan pengembangan bagi kecakapan baru.53

Sementara itu, Sa’ud mengemukakan “Inovasi adalah suatu ide, hal-hal praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang baru itu dapat berupa hasil invensi atau diskoveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah”.54

Sedangkan inovasi pendidikan menurut Sa’ud adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada

48Winardi. Manajemen Perubahan(The Management to Change). (Jakarta.Kencana Prenada Media Group. 2008) hal.9

49Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008) hal. 435. 50Adair, Jhon, Leadership For Innovation, (London: Kogan Page, 2007), p. 11 51Ibid.

52Rainey, David. L, Sustainable Business Development: Inventing the Future through

Strategy, Innovation, and Leadership, (New York, Cambridge University Press, 2006), p. 17.

53Salim, Hadi Mahmud, At-Tarbiyatul Maidaniyah wa Asasiyatut Tadris,(Ar-Riyadh: Maktabatul ‘Abikal, 1998), hal. 279

(36)

[36]

sebelumnya), serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan.55

Roger seorang pakar inovasi sebagaimana dikutip oleh Hasibuan mengatakan: Inovasi adalah suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru dengan unit adopsi individu atau lainnya. Dalam hal kecil sekecil apapun, sejauh perilaku manusia yang bersangkutan, sebuah ide merupakan obyektif baru yang diukur dengan selang waktu sejak penggunaan atau penemuan pertama. Kebaruan dirasakan dari ide individu menentukan reaksinya. Jika hal tersebut dirasakan baru oleh individu maka itulah arti sebuah inovasi.56

Keinovatifan seorang pemimpin merupakan sebuah keniscayaan, melakukan inovasi berarti melakukan langkah-langkah sebagai upaya mencapai kemajuan. Allah SWT mengisyaratkan bahwa perubahan untuk kemajuan itu harus diupayakan oleh manusia itu sendiri, sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an:

Artinya:Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. Ar-Ra’d: 11)57.

55Ibid., hal. 6.

56Lias Hasibuan, Loc.Cit.

(37)

[37]

Lebih jauh Islam mengajarkan bahwa upaya menegakkan kebenaran, memperjuangkan cita-cita atau visi lembaga hendaknya dilakukan dengan organisasi yang rapi, sebab Allah SWT mencintai mereka yang melakukannya dengan organisasi yang rapi. Sesuai dengan Firman Allah SWT yang berbunyi.

Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang

dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.(Q.S. Ash-Shaft: 4)58.

Danim mengemukakan bahwa “Pemimpin yang inovatif adalah pemimpin yang bertindak tepat waktu dan sesuai dengan perubahan rencana dan metode yang ada dalam pemikiran serta memikirkan tujuan, ide, dan pemecahan masalah baru yang lebih baik.”59 Harris

mengatakan bahwa perencanaan yang buruk dan tidak efektif bisa diganti dengan perencanaan yang berorientasi inovatif dan pembelajaran dapat membantu organisasi berhasil.60

Sehubungan dengan itu, selayaknya pimpinan perguruan tinggi merasa ditantang untuk lebih cepat dan tanggap dalam mengambil inisiatif, kreatifitas, bahkan harus inovatif sehingga memudahkan dalam mempengaruhi personil lembaganya untuk sama-sama mencapai tujuan institusi sejalan dengan perencanaan yang telah ditetapkan secara bersama.

Inovasi di bidang pendidikan merupakan usaha mengadakan perubahan dengan tujuan untuk memperoleh hal yang lebih baik dalam bidang pendidikan.61 Jadi sebagai pimpinan tertinggi diperguruan tinggi, maka seorang Rektor/Ketua dituntut untuk aktif melakukan serangkaian perubahan agar terjadi kemajuan yang lebih baik bagi perguruan tinggi yang dipimpinnya.

58Ibid., hal. 278.

59Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan. (Bandung. Alpabeta. 2010) hal. 39 60Harris, Gerald, The Art Of Quantum Planning: Lesson from Quantum Physics for

Breakthrough Strategy, Innovation, and Leadership, (California: Berret-Hoehler Publishers, 2009), p. 10.

(38)

[38]

Rusdiana mengatakan bahwa Inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil invensi (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi62. Lebih lanjut Rusdiana mengatakan bahwa inovasi dalam dunia pendidikan dapat berupa apa saja, produk ataupun sistem. Inovasi dapat dikreasikan sesuai pemanfaatannya, yang menciptakan hal baru, memudahkan dalam dunia pendidikan, serta mengarah pada kemajuan.

Sagala mengemukakan “Inovasi adalah kemampuan untuk merubah ide menjadi barang, jasa atau proses untuk memecahkan problem dan memanfaatkan peluang yang dihadapi”.63 Lebih lanjut

Sagala mengatakan bahwa sering dijumpai sehari-hari banyak pimpinan lembaga pendidikan kreatif tetapi tidak inovatif. Pimpinan semacam ini hanya kaya akan ide tetapi tidak mampu berinovasi dengan merubah idenya menjadi berbentuk barang atau jasa untuk memecahkan problem yang dihadapinya.

Untuk memecahkan problem yang dihadapi seseorang perlu mempunyai kreatifitas yang diwujudkan dalam bentuk inovasi dan siap menghadapi resiko khususnya dalam mengelola lembaga pendidikan yang dipimpinnya, karena sebuah organisasi yang inovatif harus belajar untuk hidup dengan risiko.64

Gatto menjelaskan proses dari sebuah inovasi sebagaimana yang tertera dalam gambar berikut ini:

62Rusdiana, Op.Cit., hal. 46.

63Syaiful Sagala. Administrasi Pendidikan Kontemporer. (Bandung. Alfabeta. 2009) hal. 180

(39)

[39]

Gambar 2.1. Program Flow65

Pimpinan memegang fungsi sentral bagi sebuah organisasi, oleh karenanya secara umum fungsi kepemimpinan adalah:

(1). Menciptakan visi. Perbedaan seorang pemimpin dan manajer terletak pada visinya. Kalau pemimpin selalu mempunyai visi sedangkan seorang manajer tidak perlu mempunyai visi.

(2). Mengembangkan budaya organisasi. Dalam menjabarkan dan merealisasikan visi, para anggota organisasi dan pemimpinnya harus berpikir, bersikap dan berperilaku tertentu dalam melaksanakan tugasnya. Dengan berperilaku tertentu yang sesuai dengan visi kepastian dapat merealisasi visi lebih tinggi. Agar para pengikutnya berpikir, bersikap, dan berperilaku tertentu, pemimpin harus menetapkan pedoman perilaku dalam bentuk norma-norma.

(3). Menciptakan sinergi. Konflik dalam batas tertentu memang bermanfaat untuk menciptakan sesuatu yang baru. Tanpa perbedaan pendapat organisasi akan terjebak pada aktivitas rutin. Jika konflik tidak bermanfaat dan menghabiskan energi organisasi bahkan dapat menghancurkannya apabila berkembang menjadi konflik destruktif, disana pemimpin berperan untuk mempersatukan para pengikutnya agar mampu menciptakan sinergi yang positif di masa mendatang.

65Gatto, Keith P. Innovation, Leadership, and Positive Psychology. (California: Berkeley Engineering, 2015). P. 8. Innovation -Idea Generation -Idea Promotion -idea Realization Antecedents of Innovation -Cerativity -Engagement

-Positive Work Culture -Positive Emotions

Positive Psychology (Character Strengths)

(40)

[40]

(4). Memberdayakan (Empowerment) anggota. Pemberdayaan berarti kemampuan untuk melakukan sesuatu atau tindakan, juga merupakan salah satu aspek pengembangan organisasi yang menyangkut pengembangan organisasi dan sumberdaya organisasi.

(5). Menciptakan perubahan. Kepemimpinan berkaitan untuk menciptakan perubahan dan selalu disebut agen perubahan.

(6). Memotivasi pengikut. Motivasi para pengikut mempunyai korelasi dengan kinerja seseorang. Kinerja adalah fungsi dari kemampuan dan motivasi.

(7). Mewakili sistem sosial.

(8). Membelajarkan organisasi.66 Sarros,et.all, mengatakan bahwa suatu inovasi terbentuk dari serangkaian perihal lain sebagaimana yang tertera di dalam gambar berikut:

Gambar 2.2.

Structureal Model of the Relationships Among Tranformational Leadership,

Organizational Culture, and Climate for Organizational Innovation67.

66Deddy Mulyadi, Perilaku Organisasi & Kepemimpinan Pelayanan: Konsep dan

Aplikasi Administrasi, Manajemen, dan Organisasi Modern, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 171. Climate for organizational innovation High performance expectations Provides individual support Intellectual Stimulation Fosters acceptance of goal Articulates Vision organizational culture Provides appropriate role model

(41)

[41]

Salim menjelaskan bahwa hal mendasar yang harus dimiliki oleh pemimpin, terutama pemimpin sebuah lembaga pendidikan, adalah lima hal berikut ini: (1). kemampuan melakukan musyawarah. (2). kemampuan menjadi teladan yang baik. (3). berpikiran cerdas dan sopan santun. 4). memahami teknis administrasi, dan (5). mampu melakukan pengawasan administratif.68

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan keinovatifan ketua STAI adalah: Kesiapan seorang ketua STAI dalam melahirkan ide atau gagasan dan keberanian melakukan serangkaian tindakan perubahan dengan memanfaatkan keterampilan sumber daya yang ada demi mencapai kemajuan lembaga atau organisasi yang dipimpinnya.

Adapun indikator keinovatifan ketua STAI dalam penelitian ini adalah: (1). Aspek ide: yaitu berpikiran membangun dan berorientasi pada kemajuan. (2). Aspek tindakan: yaitu melakukan berbagai perubahan dan memanfaatkan sumber daya yang ada.

B.Konstruksi Sederhana Penelitian Kepemimpinan Inovatif.

Berdasarkan fakta yang terdapat pada latar belakang penulisan, maka ada kemungkinan beberapa faktor dapat memberi pengaruh luas terhadap keinovatifan ketua STAI, oleh karenanya penulis mengidentifikasi beberapa hal yang diduga dapat memberi pengaruh terhadap variabel keinovatifan Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) tersebut, adalah : komitmen kerja, kecerdasan emosional, pengetahuan organisasi, gaya kepemimpinan, kecerdasan spiritual, dan berpestasi. Menyikapi agar pembahasan tidak meluas, peneliti membatasi permasalahan penelitian ini pada aspek yang diduga memberi pengaruh kuat yaitu: Kepemimpinan transformasional (X1),

Budaya Organisasi (X2), dan Motivasi kerja (X3).

Lokasi penelitian penulis batasi hanya pada Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta yang berada di Provinsi Jambi, lebih tepatnya 67Sarros, James C,et.all, Building a Climate for Innovation Through Tranformational

Leadership and Organizational Culture, Journal International of Leadership & Organizational Studies, Volume 15, Number 2, (Baker College, 2008), p. 153.

(42)

[42]

terfokus pada 3 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) sebagaimana yang telah penulis bahas pada bagian studi awal.

1. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

Tujuan dari penelitian dan penulisan buku ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1) terhadap

keinovatifan ketua STAI (X4) pada Perguruan Tinggi Agama Islam

Swasta di Provinsi Jambi.

2. Pengaruh langsung budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan

ketua STAI (X4) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di

Provinsi Jambi.

3. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1) terhadap

motivasi kerja (X3) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di

Provinsi Jambi.

4. Pengaruh langsung budaya organisasi (X2) terhadap motivasi kerja

(X3) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.

5. Pengaruh langsung motivasi kerja (X3) terhadap keinovatifan ketua

STAI (X4) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi

Jambi.

6. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1) dan

budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) pada

Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.

7. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1) dan

budaya organisasi (X2) terhadap motivasi kerja (X3) pada Perguruan

Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.

8. Pengaruh kepemimpinan transformasional (X1) terhadap

keinovatifan ketua STAI (X4) melalui motivasi kerja (X3) pada

Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.

9. Pengaruh budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI

(X4) melalui motivasi kerja (X3) pada Perguruan Tinggi Agama

(43)

[43]

10. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1), budaya

organisasi (X2) dan motivasi kerja (X3) terhadap keinovatifan ketua

STAI (X4) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi

Jambi.

Setelah menetapkan tujuan diadakannya penelitian dan penulisan buku ini, maka penulis berharap agar buku yang berisi hasil penelitian ini berguna untuk:

1. Memberikan kontribusi informasi terhadap Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta (STAIS) di Provinsi Jambi, melalui pembuktian secara ilmiah ada atau tidak adanya pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja terhadap keinovatifan ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi. Dengan harapan, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan oleh lembaga bersangkutan maupun pemerintah dalam mengambil kebijakan di masa mendatang.

2. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terutama tentang pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja terhadap keinovatifan ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.

2. Kerangka Berpikir dan Hipotesis.

Keinovatifan ketua STAI adalah kesiapan seorang ketua STAI dalam melahirkan ide atau gagasan dan keberanian melakukan serangkaian tindakan perubahan dengan memanfaatkan keterampilan sumber daya yang ada demi mencapai kemajuan lembaga atau organisasi yang dipimpinnya.

Aspek keinovatifan dapat ditinjau dari indikator sebagai berikut: (1) Aspek ide: berpikiran membangun dan beroreintasi pada kemajuan. (2) Aspek tindakan: melakukan berbagai perubahan dan memanfaatkan

sumber daya yang ada.

Berdasarkan hal ini, ditunjang berbagai uraian mengenai variabel penelitian yang telah dijelaskan di awal, maka penulis menyusun

(44)

[44]

kerangka kerangka berpikir dan hipotesis dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan transformasional (X1) terhadap keinovatifan

ketua STAI (X4).

Kepemimpinan transformasional adalah kesanggupan seorang pemimpin dalam mengenali setiap perubahan lingkungan kemudian menggerakkan bawahan agar dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan serta pembaharuan untuk mencapai tujuan organisasi dengan indikator sebagai berikut: (1). Aspek kecakapan: mampu beradaptasi, dan memberdayakan bawahan. (2). Aspek kepribadian: menjadi tauladan serta menghargai bawahan. Berdasarkan hal ini, maka penulis menduga bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan transformasional terhadap keinovatifan ketua STAI”, dimana ide-ide baru, keteladanan, dan perlakuan pimpinan mampu menginspirasi pimpinan untuk melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga yang dipimpinnya.

2. Budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4).

Budaya organisasi merupakan suatu norma, nilai, kebiasaan, semangat dan keyakinan bersama yang dipegang pakai dan dijunjung tinggi oleh orang-orang yang hidup dalam suatu organisasi, dengan indikator: kode etik, toleransi, teliti, kerjasama, dan agresif. Penulis menduga, “terdapat pengaruh yang signifikan budaya organisasi terhadap keinovatifan pimpinan”, dimana nilai-nilai etis, toleransi, ketelitian, kerjasama, dan agresifitas mampu menginspirasi pimpinan untuk melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga yang dipimpinnya.

3. Kepemimpinan transformasional (X1) terhadap motivasi kerja

(X3).

Kepemimpinan transformasional adalah kesanggupan seorang pemimpin dalam mengenali setiap perubahan lingkungan kemudian menggerakkan bawahan agar dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan serta pembaharuan untuk mencapai tujuan organisasi. Indikatornya adalah : (1) . Aspek kecakapan: mampu beradaptasi dan

(45)

[45]

memberdayakan bawahan. (2). Aspek kepribadian: menjadi tauladan serta menghargai bawahan.

Motivasi kerja adalah suatu dorongan secara intrinsik dan ekstrinsik yang memacu seseorang untuk melakukan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkan dengan indikator sebagai berikut: (1). Secara Intrinsik: tekun bertugas, ulet dalam kesulitan. keyakinan yang tinggi, dan bosan dengan kerutinan. (1). Secara Ekstrinsik: mandiri dan mampu memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, maka ada dugaan bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja”, dimana kemampuan beradaptasi, memberdayakan bawahan, menjadi tauladan, menghargai bawahan mampu memotivasi pimpinan dalam bekerja demi kemajuan lembaga yang dipimpinnya.

4. Budaya organisasi (X2) terhadap motivasi kerja (X3).

Budaya organisasi merupakan suatu norma, nilai, kebiasaan, semangat dan keyakinan bersama yang dipegang pakai dan dijunjung tinggi oleh orang-orang yang hidup dalam sebuah organisasi dengan indikator sebagai berikut: kode etik, toleransi, teliti, kerjasama dan agresif. Sedangkan motivasi kerja adalah suatu dorongan secara intrinsik dan ekstrinsik yang memacu seseorang untuk melakukan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkan dengan indikator sebagai berikut: (1). secara intrinsik: tekun bertugas, ulet dalam kesulitan, keyakinan yang tinggi, bosan dengan kerutinan, (2). secara ekstrinsik: mandiri dan mampu memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, maka diduga bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan budaya organisasi terhadap motivasi kerja”, dimana kode etik, toleransi, teliti, kerjasama,dan agresif mampu memotivasi pimpinan dalam bekerja demi kemajuan lembaga yang dipimpinnya.

5. Motivasi kerja (X3) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4).

Motivasi kerja adalah suatu dorongan secara intrinsik dan ekstrinsik yang memacu seseorang untuk melakukan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Keinovatifan ketua STAI

(46)

[46]

adalah kesiapan seorang ketua STAI dalam melahirkan ide atau gagasan dan keberanian melakukan serangkaian tindakan perubahan dengan memanfaatkan keterampilan sumber daya yang ada demi mencapai kemajuan lembaga atau organisasi yang dipimpinnya. Berdasarkan ini, maka ada dugaan bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap keinovatifan ketua STAI”, dimana faktor-faktor ketekunan dalam bertugas, ulet dalam kesulitan, keyakinan yang tinggi, bosan dengan kerutinan, mandiri, dan memecahkan masalah mampu menginspirasi pimpinan untuk melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga yang dipimpinnya.

6. Kepemimpinan transformasional (X1) dan budaya

organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4).

Kepemimpinan transformasional adalah kesanggupan seorang pemimpin dalam mengenali setiap perubahan lingkungan kemudian menggerakkan bawahan agar dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan serta pembaharuan untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan Budaya organisasi merupakan suatu norma, nilai, kebiasaan, semangat dan keyakinan bersama yang dipegang pakai dan dijunjung tinggi oleh orang-orang yang hidup dalam sebuah organisasi.

Sedangkan keinofativan ketua STAI adalah: kesiapan seorang ketua STAI dalam melahirkan ide atau gagasan dan keberanian melakukan serangkaian tindakan perubahan dengan memanfaatkan keterampilan sumber daya yang ada demi mencapai kemajuan lembaga atau organisasi yang dipimpinnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka diduga bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap keinovatifan ketua STAI”, dimana kemampuan beradaptasi, memberdayakan bawahan. menjadi tauladan, menghargai bawahan, serta kode etik, toleransi, teliti, kerjasama, dan agresifitas mampu menginspirasi pimpinan melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga yang dipimpinnya.

Gambar

Gambar 3.2. Hypothesized Model 123
Gambar 3.3. Culture creation and Maintenance 144
Tabel  4.1:  Keadaan  Mahasiswa  Sekolah  Tinggi  Agama  Islam  (STAI)
Tabel  4.2.  Keadaan  Dosen  Sekolah  Tinggi  Agama  Islam  (STAI)  An-
+7

Referensi

Dokumen terkait

"Seandainya kalian bertawakal kepada Alah dengan sebenarnya niscaya Allah akan memberi rizki kepada kalian, sebagaimana memberi rizki kepada burung,mereka pergi pagi dengan perut

mengenai Hubungan Persepsi Wanita Pasangan Usia Subur Tentang Inspeksi Visual Asam Asetat Dengan Motivasi Pemeriksaan IVA didapat hasil bahwa usia tidak bisa

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur didorong utamanya oleh komponen Konsumsi yang pada triwulan III-2008 ini mampu tumbuh lebih tinggi.. Di sisi lain,

Salah satu metode pengendalian kinerja proyek yang lebih progresif untuk digunakan adalah metode Earned Value, yang dapat memberikan informasi mengenai posisi

Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi 29 44 Semua SOP/Protokol teknis untuk pelaksanaan UTBK tetap berlaku 1 Peserta masuk ruang ujian dengan. mengikuti protocol

Berdasarkan hasil analisis OLS dan ECM serta pengujian hipotesis dalam penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam jangka panjang maupun jangka pendek

Tempat menyimpan artefak yakni Batik di kota Pekalongan yang dikenal sebagai "Kota Batik" yang bertujuan sebagai sarana pembelajaran publik , sarana rekreatif

Hipotesis pada dari penelitian ini adalah: ada pengaruh penggunaan multi isolat bakteri pelarut Fosfat dan pupuk SP 36 untuk meningkatkan produktifitas tanaman kedelai di