• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI HASIL PELAYANAN DAN PEMBERDAYAAN A. Kerangka Pemecahan Masalah

Azag 14: Bukan Sekedar Pengabdian

“Inspirator kehidupan boleh saja pergi dengan meninggalkan berbagai kenangan. Namun kebaikan yang telah ditinggalkan harus tetap diabadikan. Diteruskan dengan melanjutkan segala perbuatan baik yang pernah mereka lakukan”

30 hari bersemayam di Kampung Pabuaran Azag bagi saya bukan hanya melakukan pengabdian, tetapi ini mengenai persoalan mendapat dan memberi, mendapat pengalaman hidup yang luar biasa, mendapat keluarga

baru yang kepeduliannya tak terkira, serta mendapat kesempatan memberi dengan ilmu-ilmu yang kami miliki.

Kampung Pabuaran Azag 14 ini adalah satu kampung yang dalam blok nya sejak dulu hingga sekarang hanya terdiri dari 14 rumah. Kampung yang paling sepi jika dibandingkan kampung lain yang ada di Desa Cibodas ini agaknya terlalu banyak melukiskan cerita, sehingga 2500 kata tak akan cukup untuk menggambarkan bagaimana menariknya Kampung Pabuaran Azag di Desa Cibodas ini.

Dari sekian banyak cerita menarik yang ada di Kampung Pabuaran Azag 14 hanya ada beberapa hal yang akan saya tuliskan di sini. Mulai dari rasa kekeluargaan yang erat, saya menemukan keluarga baru yang benar-benar terasa kehadirannya, tidak hanya keluarga umi (pemilik rumah yang kami tempati sebagai posko) tetapi juga 13 rumah lainnya turut serta menjadi bagian dari cerita hidup yang kami dapat di KKN ini.

Hari pertama kami datang benar-benar disambut dengan keadaan yang sangat ramah dan saya akui jarang saya temui di tempat lain, di kampung yang dikenal dengan gudangnya pohon bambu ini juga banyak hal-hal baru yang kami dapatkan, seperti satu bulan benar-benar merasakan keadaan

adzan tanpa speaker karna kebetulan kampung ini menerapkan sistem aspek (anti speaker), hingga tradisi marhaba yang bagi saya terutama ini merupakan

tradisi yang menarik dalam upaya sholawat kepada Nabi, dengan nada keras, teriakan yang sekeras-kerasnya, bahkan sebagian akan mengalami batuk-batuk karena memang totalitas yang mereka berikan ketika marhaba ini, hingga tradisi tasyakuran yang satu bulan keberadaan kami di sana hampir lima kali kami merasakan ikut andil dalam tasyakuran bersama di rumah-rumah warga.

Selain tradisi keagamaan yang baru kami temui, kami pun merasakan nilai-nilai gotong royong yang sangat kental di Kampung Pabuaran Azag ini. Hal tersebut dibuktikan dengan cerita di balik kesuksesan program-program kerja kemasyarakatan kelompok KKN SUNRISE yang selalu ada

membantu. Ketika kami mengalami kesulitan atau kekurangan peralatan ketika ingin melakukan sesuatu, warga tak segan bersama-sama membantu kami begitu pun dengan kami yang selalu siap bersama-sama membantu apa yang warga butuhkan.

Saya juga masih ingat betul bagaimana ketika kami melakukan persiapan untuk memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia, mulai dari persiapan hingga hari H pelaksanaan warga benar-benar turut serta sehingga keceriaan sangat tergambar dari masyarakat Azag.

Satu hal yang tak akan saya lupakan dari banyak kenangan indah di Kampung Pabuaran Azag salah satunya adalah keikhlasan dan kesosokan seorang ayah yang saya temui di sana, Abah Hamid namanya. Sosok ayah, kakek dan terkadang menjadi kawan bagi kami para mahasiswa KKN, sebagai salah satu tokoh masyarakat di Azag, Abah Hamid memang terkenal cukup baik. Keikhlasannya benar-benar saya lihat dari keinginan beliau untuk memberikan kami ikan segar hasil tangkapan di sungai dekat rumahnya. Demi mewujudkan keinginannya tersebut beliau rela malam hari turun ke sungai untuk menangkap ikan, dengan basah kuyup dan terpancar jelas raut wajah kedinginan sosok yang biasa saya panggil Abah ini juga terlihat bahagia ketika kami menyambut kedatanggannya dengan gembira.

Tidak hanya Abah Hamid, saya juga mendapat banyak sosok-sosok inspiratif yang ceritanya lagi lagi saya katakan tak cukup jika hanya dituangkan di secarik kertas ini, seperti halnya Aa Napin, pemuda yang keinginan belajarnya sangat tinggi, Bu Rumsinah sosok ibu-ibu yang peduli dengan keadaan sekitar, sosok yang ingin ada perubahan di Azag dan banyak sosok-sosok inspiratif lainnya.

Andai Aku Menjadi

“Definisi kesepian yang sebenarnya adalah ketika hidup tanpa tanggung jawab sosial”

(Goenawan Mahmud)

Tanggung jawab sosial yang digambarkan oleh Goenawan Mahmud tersebut setidaknya sedikit tergambarkan dengan pengabdian yang kami lakukan pada KKN kali ini, karena seperti kami ketahui kegiatan pengabdian kepada masyarakat merupakan sarana belajar dan

pemberdayaan diri mahasiswa, dan ini menjadi kesempatan untuk mengenali kenyataan di lapangan sehingga ilmu yang didapat tak lagi “kesepian” karena telah dipertemukan dengan tempatnya yakni pengabdian kepada masyarakat.

Satu bulan melakukan pengabdian di Desa Cibodas khususnya Kampung Pabuaran Azag telah banyak yang saya lakukan secara individu maupun kelompok KKN saya secara kelompok, mulai dari penyuluhan secara berkala bahaya penyalahgunaan narkoba bagi siswa SMA, SMP dan masyarakat karena Desa Cibodas ini juga termasuk desa yang rawan terhadap penyalahgunaan narkoba terlebih dengan terjadinya beberapa penangkapan bandar narkoba di dekat Desa Cibodas, hal tersebut sangat menunjukkan bahwa narkoba sangat dekat dengan mereka sehingga perlu untuk memberikan informasi lebih terkait bahayanya.

Selain itu saya juga memberikan motivasi tentang kuliah, karena ternyata mayoritas dari siswa SMA di desa tersebut memiliki motivasi besar untuk kuliah tetapi tidak tahu bagaimana caranya, harus kuliah di mana dan seperti apa, terlebih lagi ketika tidak di dukung oleh orang tua. Khusus pada izin orang tua saya memberikan tips dan trik kepada mereka dengan diselingi motivasi-motivasi luar biasa bahkan hingga mereka berderai air mata karena merasakan haru.

Selain dua hal tersebut, saya juga melakukan pengajaran di sekolah, mulai dari SD hingga SMP karena sesuai dengan yang dikatakan Anies Baswedan bahwasanya “Mendidik adalah tanggung jawab orang-orang terdidik”, sehingga melakukan pengajaran saya rasa menjadi tanggung jawab saya sebagai orang terdidik. Di samping kegiatan kemasyarakatan lain yang telah dilakukan seperti pelatihan menyablon yang sangat diminati oleh pemuda sekitar karena memang belum tersedianya usaha sablon, selain itu pelatihan kerajinan untuk ibu-ibu yang disambut sangat luar biasa, serta perenovasian

mushalla yang membuat kami cukup terharu karena memang sudah cukup

lama belum direnovasi, tetapi mahasiswa yang bukan orang asli justru memperdulikan.

yang ada di Azag belum terlalu dimaksimalkan dengan baik, sehingga jika memang bisa fokus untuk melakukan pelatihan dan pendampingan terkait pemanfaatan bambu akan menjadi satu hal yang luar biasa.

Hal yang sangat berarti dari seluruh rangkaian KKN ini adalah ketika penutupan dan kepulangan kami, tangis pun mengiringi kepulangan kami, seluruh masyarakat terutama ibu-ibu yang sepertinya tak merelakan kami untuk pulang, masih berharap kami memperpanjang kegiatan kami di sana karena satu bulan kegiatan kami di sana menurut mereka sudah banyak memberikan sesuatu bagi mereka, merubah pemikiran masyarakat menjadi lebih maju.

Terlepas dari apapun yang sudah saya lakukan maupun yang nanti ingin saya lakukan jika memang ada kesempatan sebagai upaya untuk mengabdikan diri kepada masyarakat yang dalam hal ini dikhususkan di Kampung Pabuaran Azag, Desa Cibodas. Bukan hanya yang berbentuk materiil tapi juga imateriil, karna pada dasarnya seperti apa yang dikatakan Rhenald Kasali di awal tulisan ini yang saya ambil dalam bukunya CHANGE, “Perubahan pada dasarnya bukanlah menerapkan teknologi, metode, struktur, atau

manajer-manajer baru. Perubahan pada dasarnya adalah mengubah cara manusia dalam berpikir dan berperilaku” (Rhenald Kasali)

Terima kasih Rumpin, Terima kasih Cibodas, Terimaksih Azag 14, semoga menjadi daerah yang TEGAR BERIMAN!!

Sukses selalu Anggota Kelompok KKN SUNRISE 092 Mirza, Ipan, Irfan, Rudi, Aning, Ajeng, Ana, Meli, Rindi, dan Dewi semoga terus menebar kebaikan, dan tetap menjadi orang baik yang bisa mengendalikan diri sendiri bukan menjadi orang yang ingin menguasai orang lain, Selamat Berkarya.

KKN SAYA