• Tidak ada hasil yang ditemukan

EPISODE TERJUN KE MASYARAKAT Oleh: Rindi Antika

DESKRIPSI HASIL PELAYANAN DAN PEMBERDAYAAN A. Kerangka Pemecahan Masalah

EPISODE TERJUN KE MASYARAKAT Oleh: Rindi Antika

Ekspektasi-Realita

Saat pertama kali saya mengetahui bahwa tempat KKN kelompok saya bertempat di Bogor, jujur hati saya bergembira, karena itu tempat yang saya harapkan, hasil bertanya dan mendengar cerita dari kakak senior yang pernah KKN di sekitaran Bogor yang menggambarkan keseruan karena tempatnya yang masih kampung dan asri dan masih ada sebagian wilayah Bogor yang masih dikelilingi oleh pegunungan. Namun ada juga kehawatiran yang menyelimuti dalam hati, karena tidak semua pengalaman dari kakak senior yang menggambarkan kegembiraan, “ya, pasti ada susah dan senangnya”, dari mulai ada yang susah dapat air bersih, dari mulai keadaan kampung yang tidak semua kampung seperti apa yang kami bayangkan. Dari awal berharapnya mendapatkan kampung yang asik dari mulai fasilitas dan masyarakatnya, ya memang sebagus-bagusnya fasilitas di kampung, tidak semewah apa yang kami bayangkan, tapi minimal yang diharapkan adalah semoga tidak susah air bersih, mengingat air itu sifatnya sangat urgent.

Setelah membayangkan hal itu, alhamdulillah waktu untuk survei ke lokasi KKN pun tiba, tepatnya pada hari Kamis tanggal 5 Mei 2016, yang ternyata tidak hanya kelompok saya yang akan melakukan survei namun kelompok lain pun banyak yang survei pada tanggal tersebut. Ini terlihat di depan halte UIN Jakarta yang menjadi titik kumpul peserta KKN yang akan melakukan survei dan kalau tidak salah tanggal tersebut bertepatan pada tanggal libur di kampus karena bertepatan dengan ujian masuk UIN Jakarta untuk calon mahasiwa baru.

Sebelum pemberangkatan ke lokasi KKN, terjadi beberapa peristiwa yang tidak akan pernah saya lupa. Pertama, setelah sekian lama menunggu teman satu kelompok itu kumpul, yang awalnya saya dan teman-teman itu janjian untuk kumpul di lokasi pada jam 06.30 pagi, tapi ternyata ada juga yang telat, dan saya bersama teman-teman yang lain menunggu teman yang telat itu sampai jam 08.30 pagi. Bisa bayangkan bagaimana perasaan teman-teman yang ontime? Semuanya sudah pasang wajah cemberut, BT, asem, dan lain-lain. Selanjutnya, ketika akan berangkat ke

lokasi KKN, eh STNK motor yang saya bawa hilang, karena bukan saya yang mau pakai motor itu, tapi teman cowok yang satu kelompok dengan saya, padahal saat persiapan mau berangkat saya sudah berikan STNK motornya, dan saya sendiri melihat dia memasukkan STNK nya ke dalam dompetnya, tapi ketika ingin berangkat dicek di dompetnya tidak ada. Otomatis membuat kami semua khawatir, akhirnya saya bersama teman-teman yang lain mencari STNK tersebut di sekeliling halte dan kampus. Walhasil STNK tidak ditemukan, dan saya pun lapor ke security kampus, akhirnya kelompok saya memutuskan untuk berangkat walau tanpa STNK.

Alhamdulillah, sesampainya di lokasi KKN, kami langsung disambut

oleh Kepala Desa tempat saya KKN, tepatnya di Desa Cibodas Kec. Rumpin Bogor. Sehabis berbincang dengan Kepala Desa beserta staf-stafnya tentang keadaan Desa Cibodas, akhirnya kami diajak untuk langsung melihat ke lokasi dusun yang ada di Desa Cibodas yang tebagi menjadi 3 dusun, sebelum melihat langsung ke dusun, karena di Desa Cibodas terdapat 3 kelompok akhirnya kami membagi agar tiap kelompok menggarap satu dusun, dan kelompok saya mendapatkan bagian di Dusun Satu. Survei ke Dusun Satu pun dimulai, kelompok saya mengawalinya dengan mengunjungi para RT dan RW yang terdapat di Dusun Satu dan berbincang ringan menanyakan seputar Dusun Satu baik dari segi masyarakatnya, keadaan kampungnya, sarana prasarana dan lain sebagainya. Tepat jam 2 siang, kelompok saya mendapatkan kabar bahwa salah satu dari teman KKN saya, ayahnya meninggal. Jujur kami semua merasa panik dan sedih juga bingung harus berbuat apa, akhirnya saya bersama teman-teman yang lain memutuskan untuk mengakhiri survei pada hari itu dan kembali pulang. Ada cerita lucu ketika saya bersama teman-teman yang lain sudah sampai di Ciputat, yang memakai motor saya yang STNK nya hilang yaitu ka Irfan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis menunggu teman-teman yang lain di Student Center sambil shalat Asar di sana, dan mengabarkan di grup KKN ternyata STNK nya sudah ketemu di dompetnya. Lucu plus kesal, sesampainya di kampus saya dan teman-teman yang lain langsung membully ka Irfan, seru. Hehehe... Tapi ada yang bikin kesal karena helm saya hilang dan sampai detik ini saya

Dipertemukan dalam Pengabdian yang Berujung Persaudaraan

Bertemu pada saat pembekalan KKN oleh PPM UIN Jakarta di Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta, di awali oleh perkenalan setiap personil, selanjutnya berbincang ringan dengan sedikit candaan yang membuat keakraban di antara kami semua. Namun ada satu personil yang tidak hadir, tidak tahu alasannya, namanya Bagus Muhammad Rijal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Hubungan Internasional. Minggu selanjutnya mengadakan pertemuan seminggu sekali di tempat favorit yaitu lobby Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta. Yang bikin kesal, setiap minggu ketika kumpulan semua personil KKN 092 tidak pernah lengkap. Padahal ketika kumpulan membicarakan seputar KKN mengenai program kerja, struktur kelompok, proposal dan lain sebagainya yang saya anggap urgent.

Kalau saya prediksi di awal kelompok ini tidak bisa kompak, terbukti dari setiap kali kumpulan, atau beberapa kali melakukan survei ke lokasi, personil KKN 092 tidak pernah lengkap, hanya sekitar empat orang saja yang rajin hadir saat kumpulan dan survei. Waktu berlalu, sampai waktunya tiba Kuliah Kerja Nyata pun dimulai pada tanggal 25 Juli 2016, yang pelepasannya dipandu langsung oleh Bapak Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. Di sinilah awal melihat kekompakan kelompok KKN 092 yang kami beri nama

SUNRISE.

Setelah kelompok saya dan kelompok yang lainnya mengetahui bahwa penerimaan di Desa tempat saya KKN di mulai pada tanggal 28 Juli, maka kelompok saya memutuskan untuk berangkat ke lokasi pada tanggal 26 Juli yang bertepatan pada hari Selasa, namun barang-barang perlengkapan sudah terlebih dahulu dipindahkan setelah selesai pelepasan oleh pihak PPM UIN Jakarta. Sore harinya rekan satu kelompok saya yang bertugas mengangkut barang mengabarkan bahwa mobil yang mereka kendarai mengalami kerusakan (mogok) di sekitar daerah Pamulang. Langsung teman-teman yang lain menyusul untuk memberikan bantuan. Selanjutnya ketika pemberangkatan semua personil kelompok KKN 092 SUNRISE UIN Jakarta, saya bersama dua teman saya yang lain yaitu Rudi Hartanto dari Fakultas Syari’ah dan Hukum serta Annisa Meiliana dari Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, kami berangkat ke lokasi dengan mengendarai mobil, karena masih ada barang-barang yang belum terangkut pada hari sebelumnya, dan teman-teman yang lainnya berangkat dengan mengendari sepeda motor.

Alhamdulillah perjalanan kami Allah berikan keselamatan dan kelancaran,

namun ketika mobil yang saya kendarai bersama dua teman saya yang lain akan sampai ke lokasi tempat tinggal posko KKN 092, tepatnya di jalan yang dipenuhi oleh pohon-pohon bambu yang lebat ditambah dengan lokasi pemakaman yang berada di samping pohon-pohon bambu tersebut, ada satu hal yang tidak bisa saya lupakan, ketika itu kami bertiga berfikiran hal yang sama yaitu ingin mengambil gambar untuk pembuatan video dokumenter yang akan dibuat pada akhir masa KKN, akhirnya saya bersama teman saya turun dari mobil untuk mengambil video dokumentasi, dengan meminta teman yang menyupiri mobil untuk sedikit mundur kembali ke belakang, keasyikan kami memarkirkan mobil untuk mundur ke belakang tidak terasa ban mobil sudah terperosok ke dalam lubang. Otomatis kami pun tertawa bersama. Alhamdulillah tidak lama kemudian bala bantuanpun datang, Bapak RW 01 Desa Cibodas datang setelah memanen bambu di sekitar lokasi kejadian, dan tidak lama kemudian teman-teman yang lain pun datang untuk membantu. Kalau ingat kejadian itu, pasti senyum-senyum sendiri.

Hari Kamis tanggal 28 Juli pun tiba, penerimaan oleh Kepala Desa Cibodas dilakukan di kantor Desa Cibodas. Hari selanjutnya program kerja demi program kerja pun terealisasi. Dari mulai mengajar, menggelar workshop

nyablon baju, memberdayakan ibu-ibu dan remaja perempuan untuk

membuat kerajinan tangan dari kain flanel, membuat Komunitas Cinta Al-Qur’an, penyuluhan anti narkoba, penyuluhan masyarakat sadar teknologi, demo masak, perayaan HUT RI, penyuluhan teknik pemasaran melalui media sosial, membuka bimbel bagi mereka yang ingin belajar komputer, nonton bareng bersama warga sekitar, merenovasi mushalla, pengadaan peralatan masjid seperti mushaf al-Qur’an, membuat plang-plang jalan dan plang untuk sebuah madrasah. Ada satu program yang dilaksanakan oleh tiga kelompok KKN yang berada di Desa Cibodas, yakni membuat kompetisi perlombaan tingkat desa dengan mengundang seluruh sekolah dan

lebih selama satu bulan di Desa Cibodas, dari sinilah saya mulai mengenal karakter teman-teman yang lain dalam menjalankan amanah, susah senang saya dan teman-teman yang lain mengalaminya. Banyak sekali hal yang saya dapatkan, pengalaman, pelajaran, ilmu, dan juga keluarga baru yang semoga

silaturrahim dan ukhuwah ini selalu terjaga, Amin.

Selama masa KKN, yang saya rasakan memang nano-nano, banyak hal yang berkesan, secara keseluruhan, ruh kebersamaan itu sudah mulai terasa di awal-awal masa KKN dimulai. Namun, bukan berarti tidak ada konflik atau masalah yang terjadi, banyak sekali konflik dan masalah yang saya alami, salah satunya masalah interaksi laki-laki dan perempuan, yang sebenarnya kelompok KKN saya sudah membuat tata tertib KKN termasuk masalah interaksi antara laki-laki dan perempuan, bahwa telah tercantum dalam tata tertib interaksi laki-laki itu diperbolehkan selama ada kepentingan yang menyangkut persoalan KKN, dan tidak ada interaksi (yang berlebihan) selama tidak ada kepentingan dalam persoalan KKN, saya termasuk orang yang paling cerewet dalam hal ini, karena jujur saya merasakan risih ketika melihat laki-laki dan perempuan berinteraksi tanpa ada batasnya, seperti bercanda yang berlebihan, sampai tertawa yang (maaf) satu kampung mendengarnya. Bukan ingin membuka aib, namun dari hal ini yang merasa kecewa dengan teman-teman KKN saya. Tidak hanya itu, masalah menutup aurat para teman-teman wanita ketika sedang ada kumpulan dengan teman laki-laki dan ketika berinteraksi dengan masyarakat, padahal sebelumnya telah disepakati dalam tata tertib, bahwa teman-teman wanita tidak boleh membuka kerudungnya, namun realita di lapangan membuat saya kecewa terhadap sikap para teman-teman wanita yang bersikap demikian, namun karena kekecewaan ini timbul dari rasa cinta terhadap sesama muslimah, saya tidak pernah henti untuk mencoba mengingatkan mereka untuk terus menjaga aurat nya. Alhamdulillah dalam rapat evaluasi malam terakhir saya sampaikan ini kepada mereka bahwa saya sayang kepada mereka yang tidak hanya sebagai teman namun sudah saya anggap seperti saudara saya sendiri. Karena memang tidak bisa dipungkiri, walau mereka lalai dalam hal yang saya sebutkan tadi, tetapi dalam kedekatan emosional saya dengan teman-teman perempuan yang lain sudah sangat intim dan mesra, alhamdulillah.

Selain itu dalam masalah transportasi, dalam kelompok saya, mungkin saya yang paling berbeda karena saya satu-satunya wanita yang tidak mau di bonceng motor oleh laki-laki, namun demikian alhamdulillah saya sendiri bisa mengendarai motor. Nah, pernah ada konflik dalam hal ini. Suatu hari, saya ditugaskan untuk membeli hadiah dalam acara perlombaan tingkat desa yang merupakan inisiasi program dengan kelompok lain di Desa Cibodas. Di sinilah saya berniat untuk membelinya di Ciputat, sekalian pada hari yang sama saya ada kajian keislaman yang saya harus hadiri di Ciputat. Dari malam saya sudah minta ijin kepada teman-teman yang lain untuk berangkat ke Ciputat, karena tidak sampai bermalam, tapi akan kembali lagi ke posko pada waktu sorenya, tapi pagi hari itu ketika saya ingin berangkat, tidak ada satu temanpun yang memberikan saya pinjaman motor, sampai saya akhirnya berinisiatif untuk meminjam motor ke kelompok lain. Walhasil, ada yang ingin meminjamkan namun dengan kondisi motor yang tidak dapat saya kendarai, karena motor laki-laki (kopling) bukan matic atau motor gigi. Akhirnya saya pun memutuskan untuk mencari wanita di kampung yang dapat mengendarai motor agar dapar membawa saya ke pasar yang terdapat angkot untuk akses ke Cipuat. Alhamdulillah ada, dan akhirnya saya mengendarai jasa ojek wanita dan angkot untuk bisa sampai ke Ciputat. Tidak berhenti di situ. Saya masih membayangkan amanah yang harus saya selesaikan, di Ciputat saya harus membeli piala, mencetak banner, membeli hadiah, mencetak sertifikat serta figuranya, dan segala pernak-pernik yang harus saya persiapkan. Wallahi saya harus membawanya sendiri dengan posisi berjalan kaki. Sedih, kecewa, rempong, tapi saya masih bisa senyum-senyum sendiri, dalam angkot perjalanan pulang ke posko, memikirkan Allah masih beri saya kekuatan, Ma Sya Allah Allahu Akbar.

Dalam perjalanan pulang saya sedikit terhibur dengan dipertemukannya saya dengan dua mahasiwi dari Universitas Muhammadiyah Jakarta yang sedang KKN di sekitaran Parung. Kami di pertemukan dalam satu angkot yang sama. Di dalam angkot kami pun berbincang dan bertukar cerita seputar pengalaman KKN. Alhamdulillah tidak terasa akhirnya saya sudah sampai di sebuah pom bensin tempat saya

yang saya bawa, teman-teman yang lain malah memandang saya sinis dan menghakimi saya dengan menanyakan “kenapa ga minta jemput sama teman yang

lain aja, kenapa harus nyuruh orang lain untuk jemput”. Sontak pada saat itu

sebenarnya saya sedih sekali, hampir akan meneteskan air mata, tapi Allah masih memberikan saya kekuatan untuk menahan air mata saya untuk tidak menetes. Yang saya pikirkan adalah, dari awal mereka sudah mengetahui dan saya sudah sampaikan bahwa saya tidak akan mau dibonceng motor dengan teman laki-laki, dan kalau saya meminta teman wanita pun untuk menjemput saya saya yakin, bahkan 100% saya yakin mereka tidak akan berani, apalagi keadaaan malam hari dengan kondisi perjalanan kampung yang harus melewati pepohonan bambu yang lebat, tanpa adanya alat atau lampu penerangan jalan, dan harus melewati sebuah pemakaman umum yang ada di kampung tersebut. Dalam benak saya kalau memang mereka peduli, sebenarnya mereka tahu akan ada jasa ojek wanita yang akan menjemput saya, karena saya yang meminta teman wanita saya untuk menghubungi (sebut saja namanya teh Iis) yang tidak lain merupakan adik dari teh Lusi yang rumahnya menjadi posko KKN kami. Tapi ya sudahlah itu sudah terjadi, dan selepas kejadian itu saya pun sudah melupakannya dan kembali bersinergi dengan teman-teman yang lain dalam mensukseskan KKN kami ini.

Rasanya tidak akan cukup ketika saya harus menuliskan semua suka, duka, cita, canda, tawa, dan perasan yang lainnya hanya dalam 2500 kata singkat ini. Mungkin yang sudah saya tulis di atas mewakili beberapa pengalaman yang saya alami selama KKN yang bisa saya kenang. Tapi masih banyak cerita lain yang seru seperti, ketika masak, nyuci, makan, berinteraksi dengan warga sekitar dan lain sebagainya yang menjadikan kami satu team yang solid dan kompak juga saling mendukung satu sama lain. Inilah masa-masa yang saya akan kenang dan rindukan sampai saat saya menulis tulisan ini, semua itu masih terbayang dalam benak saya. Saya ingin mengatakan I

Miss You All. Aku sayang kalian semua karena Allah.

Potensi yang Tersembunyi

Di sebuah desa yang tidak jauh dari perkotaan yaitu Desa Cibodas Kec. Rumpin Bogor tepatnya di Dusun Satu Kampung Pabuaran Rw 02 Rt 01, saya bersama teman-teman KKN 092 SUNRISE ditempatkan di desa tersebut

oleh PPM UIN Jakarta. Awal kedatangan saya ke desa tersebut belum banyak potensi yang saya lihat dari desa tersebut, mengingat kampung yang akan saya tinggali kurang lebih selama satu bulan tersebut sangat terpencil dan penduduknya hanya sedikit, bayangkan hanya terdapat kurang lebih 14 kepala keluarga dalam satu kampung tersebut. Rumahnya pun tak kurang dari 14 rumah. Namun, setelah kurang lebih satu bulan saya bersama teman-teman KKN menjalankan program kerja yang sudah kami rancang bersama, ternyata masyarakat yang khususnya tinggal di Dusun Satu RT 01-04 RW 02 memiliki potensi yang besar, karena semangat para warganya yang mengalahkan rimbunnya pepohonan bambu yang menyekat mereka dengan gemerlapnya hiruk-pikuk globalisasi di abad ini. Kebersamaan dan kekompakan serta kerja keras yang dibangun untuk kelancaran dan kesuksesan KKN 092, warga sangat banyak membantu dalam merealisasikan program kelompok KKN kami. Ini dibuktikan dengan permintaan para warga masyarakat yang meminta untuk melaksanakan

workshop menyablon baju untuk yang ketiga kalinya, karena warga ingin

mempunyai keahlian dalam bidang tersebut. Alhamdulillah kelompok KKN 092 SUNRISE memfasilitasi dalam segala kebutuhan termasuk tutor dalam

workshop tersebut merupakan personil dari kelompok KKN SUNRISE 092

yang bernama kang Ipan Maspupan, mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam. Luar biasa kang Ipan itu banyak banget skill-nya, keren kang.

Secara keseluruhan masyarakat sekitar Desa Cibodas khususnya yang berada di Kampung Pabuaran, Azag, Leuwigoong, merupakan masyarakat yang harmonis dan kekeluargaan, tidak dapat dipungkiri, kekerabatan dan kekompakan di kampung tersebut sangatlah erat, karena setiap program kerja kelompok KKN saya yang melibatkan masyarakat sekitar, selalu mendapat respon yang baik dan hampir seluruh warga ikut berpartisipasi dalam mensukseskan program kerja yang telah dirancang oleh saya dan teman-teman yang lain. Dari mulai workshop menyablon, demo masak, peringatan 17 Agustusan, renovasi mushalla, pembuatan plang-plang jalan, dan lain sebagainya. Tentang permasalahan yang terjadi selama masa KKN,

Pengabdian Oleh Jiwa

Setiap manusia memiliki hati yang pasti memiliki kecenderungan pada kebaikan. Hal tersebut telah dikabarkan oleh teladan kami (Rasulullah

Shallallah ‘Alayhi wa Sallam) bahwa orang yang baik adalah orang yang

bermanfaat bagi orang lain. Sebagai seorang muslim yang selalu ingin menjadi baik dan selalu ingin melakukan kebaikan dan perbaikan, ketika saya berada dalam pengabdian selama kurang lebih satu bulan, yang saya rasakan adalah saya ingin sekali dapat bermanfaat bagi masyarakat yang ada di sekitar desa yang menjadi tempat saya mengabdikan diri. Mengamalkan ilmu yang saya miliki, untuk memajukan desa tersebut, baik dalam aspek spiritual, emosional, dan intelektual masyrakat yang notabene taraf berfikir masyarakat di sana merupakan masyarakat yang awam dan tingkat berfikir yang rendah. Dalam aspek ekonomi, sudah menjadi mafhum bahwa tidak dapat dipungkiri tingkat ekonomi masyarakat di kampung merupakan tingkat ekonomi menengah ke bawah, inilah yang menjadi PR besar ketika ingin memajukan sebuah masyarakat perkampungan dengan segala keterbelakangan dan potensi yang dimiliki. Namun yang namanya pengabdian pasti ingin melakukan perubahan yang baik bagi masyarakat, khususnya di sekitarnya dan umumnya bagi seluruh masyarakat di negeri ini yang masih dalam kondisi yang terbelakang. Dari hati yang terdalam, saya ingin menjadi pribadi yang berpengaruh dan dapat melakukan perubahan di tengah-tengah masyarakat, agar masyarakat memiliki pemikiran yang maju dalam memandang sebuah kehidupan, baik yang sedang berlangsung (di dunia) dan yang akan datang (di akhirat), yang mana ini semua akan berakhir dengan sebuah pertanggungjawaban di hadapan sang pencipta. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan. Amin Yaa

CERITAKU DI DESA CIBODAS