• Tidak ada hasil yang ditemukan

30 HARI MERUBAH: MEMULAI DARI HAL-HAL YANG KECIL Oleh: Bagus Muhamad Rijal

DESKRIPSI HASIL PELAYANAN DAN PEMBERDAYAAN A. Kerangka Pemecahan Masalah

30 HARI MERUBAH: MEMULAI DARI HAL-HAL YANG KECIL Oleh: Bagus Muhamad Rijal

“Perubahan pada dasarnya bukanlah menerapkan teknologi, metode, struktur, atau

manajer-manajer baru.

Perubahan pada dasarnya adalah mengubah cara manusia dalam berpikir dan berperilaku” (Rhenald Kasali)

Senada dengan yang dikatakan Rhenald Kasali, saya melihat program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di bawah kendali Pusat Pengabdian Mahasiswa ini merupakan suatu usaha yang diharapkan dapat melakukan hal tersebut, yakni mengubah pola pikir mahasiswa dan masyarakat di tempat pengabdian sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik nantinya. Bukan KKN Biasa

Mendengar kalimat Kuliah Kerja Nyata atau lebih dikenal dengan istilah KKN yang terbayang adalah tinggal di pedalaman, pengabdian, turun ke sawah, sibuk, keluarga baru dengan keadaan yang memprihatinkan dan sepertinya memang segala hal yang ada di KKN itu seperti terasa sulit dan akan cukup banyak menyita waktu.

Pada tahun ini Universitas Islam Negeri Jakarta melepas sekitar 250 kelompok KKN reguler yang tersebar di Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor dan sebagian kecil Tangerang Selatan, di samping program KKN Kebangsaan dan KKN di kampus.

Pada tahun 2016 UIN Jakarta mencoba menerapkan sistem baru pada peraturan KKN yang pada akhirnya banyak menarik perhatian mahasiswa, seperti halnya sistem pengelompokan peserta KKN, dan muncul hal baru di lingkup UIN Jakarta karena ketika sebelumnya kelompok KKN dibentuk sendiri oleh mahasiswa dan PPM cukup mengesahkan tapi pada tahun ini PPM dengan berbaik hati mengatur dan melakukan pengelompokan mahasiswa.

Setelah melakukan pendaftaran KKN tepat pada 15 April 2016, para mahasiswa yang menjadi peserta KKN berkumpul di Auditorium Harun Nasution guna diberi pembekalan perdana hingga perkenalan dengan

“teman baru” yang akan menjadi keluarga baru dalam pelaksanaan KKN nanti. Mirza, Bagus, Rudi, Ipan, Irfan, Aning, Rindi, Dewi, Ajeng, Ratu Ana, dan Meiliana menjadi nama-nama yang ditempatkan di kelompok 092 yang akan melakukan pengabdian di Desa Cibodas Kecamatan Rumpin dengan dua kelompok lainnya, yakni kelompok 093 dan 094.

Kesan Pertama Begitu Menggoda

Tepat pada 15 April 2016 Pusat Pengabdian Masyarakat (PPM) mengumumkan dan mengumpulkan mahasiswa untuk mendapat pembekalan pertama terkait KKN 2016. Pada hari itu juga menjadi awal dari pertemuan kelompok-kelompok KKN, nama saya ketika itu terdaftar di kelompok 092 bersama Mirza (FST), Rudi (FSH), Ipan (FAH), Irfan (FEB), Aning (FEB), Ratu Ana (FAH), Rindi (FUF), Dewi (FSH), Ajeng (FST), dan Meiliana (FIDKOM).

Anekdot “kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda” terasa sangat tepat digunakan untuk menggambarkan keadaan pertemuan pertama kali itu, laksana pria berwibawa dan wanita-wanita anggun satu persatu mulai memperkenalkan diri masing-masing, tak banyak bertutur kata pertemuan pertama menghasilkan grup WA untuk memudahkan perkenalan dan komunikasi antar anggota.

Seminggu berjalan dengan komunikasi yang cukup intens, kelompok 092 ini pun mencari nama kelompok untuk persyaratan yang diminta oleh PPM, dengan berbagai masukan dan saran dari segenap anggota kelompok, muncul tiga nama yakni SUNRISE (Satu Untuk Negeri-Bersinar), Semua Bahagia di Sampin (Sembilan Dua Membangun Perubahan Bagi Masyarakat Rumpin), dan Archipelago (Nusantara / Berdiri Di Atas Semua Golongan).

Dengan pertimbangan yang cukup sulit karena semua masukan sangat mencerminkan perubahan untuk masyarakat, akhirnya dengan musyawarah tercapai kesepakatan nama SUNRISE yang di gunakan sebagai nama kelompok KKN 092 ini, sesuai namanya Satu Untuk Negeri-Bangkit

terwujud satu harapan untuk Negeri dan dimulai dari Desa Cibodas kecamatan Rumpin.

Setelah memiliki struktur kepengurusan dan nama kelompok tak ayal

SUNRISE mulai menunjukan sinar terangnya dalam melakukan persiapan

KKN 2016 ini. Pada pertengahan bulan Mei kami pun melakukan survei perdana di Desa Cibodas, dengan kesan terbuka dan ramah aparat desa setempat menyambut kedatangan kami.

Setelah survei pertama, seminggu kemudian kami mendapat kepastian perihal dosen yang menjadi dosen pembimbing lapangan untuk kelompok

SUNRISE ini. Ibu Haniah Hanafie sosok yang bukan hanya menjadi dosen

pembimbing, tetapi juga menjadi sosok perempuan dengan sifat keibuan yang sangat tinggi, tingkat kecerdasan yang luar biasa, arahan yang sangat bermanfaat untuk program kerja kelompok KKN ini, sehingga benar-benar terasa lebih jelas dan terarah. Seperti halnya ibu sendiri Bu Haniah telah memberikan perhatian yang luar biasa. Terima kasih Bu Haniah.

Dengan sosok dosen pembimbing yang demikian, ditambah dengan anggota kelompok KKN yang sangat luar biasa, luar biasa dalam mempersiapkan segalanya, dalam rekonsiliasi konflik, luar biasa dalam berbagi keceriaan, kegilaan dan kesenangan yang luar biasa, hingga akhirnya tak ada lagi jarak antara sesama anggota.

Satu hal yang saya ingat betul adalah ketika salah satu dari kami berbuat satu hal yang sangat amat “lucu” yaitu dengan merobohkan tembok kamar mandi posko tempat kami tinggal, walaupun sebenarnya cukup menggugah emosi para anggota tapi karena kami selalu ceria hal tersebut tak kami jadikan masalah di KKN ini justru menjadi bahan kami untuk bercanda menambah keceriaan di kala sunyi.

Tak hanya itu, saya juga mendapat pelajaran tentang kekompakan, bagaimana saling memahami, serta belajar menyelesaikan masalah dalam kemasyarakatan. Seperti halnya ketika kelompok kami mendapat teguran dari salah satu orang tua yang anaknya menjadi peserta latihan tari di program kerja kami, kala itu ketika waktu mulai menunjukan petang anaknya yang izin untuk latihan tari bersama kami tak kunjung pulang ke rumah, sehingga dengan nada tinggi orang tua tersebut menuntut untuk

kami para mahasiswa mencari anaknya, karena emosi dengan nada tinggi orang tua tersebut dan sedikit tidak sopan sehingga masyarakat Kampung Azag membela kami dan membantu untuk mencari. Tapi ternyata tak lama mencari sang putri sudah ada di rumah dan dia pulang telat bukanlah karena kesalahan latihan tari, tetapi karena setelah latihan tari ia tak langsung pulang ke rumah.

Kejadian yang sempat membuat ramai ini justru menjadikan kami para mahasiswa KKN lebih dekat dengan masyarakat Kampung Azag, dan memberikan pengajaran bahwa segala sesuatu jika kami lakukan bersama dan on the track semuanya pasti akan berjalan lancar, terlebih lagi jika dalam menyelesaikan masalah langsung diselesaikan akan permasalahannya bukan menyalahkan akar permasalahannya. Yang lebih luar biasa kelompok ini sangat kompak, tidak hanya dalam kesusahan tetapi juga dalam bersenang-senang, terbukti dengan satu hari yang kami sempatkan untuk membantu mempromosikan pariwisata yang ada di Kabupaten Bogor.

Cibodas – Rumpin

Berbicara Kecamatan Rumpin adalah berbicara mengenai salah satu Kecamatan di Kabupaten Bogor yang terkenal dengan keindahan pemandangan di Situs Gunung Munara hingga jalan yang dikenal sedemikian rupa keadaannya, ditambah dengan hilir mudiknya aroma kendaraan truk-truk besar. Salah satu kecamatan terluas di Kabupaten Bogor ini memiliki 14 desa/kelurahan yakni Cibodas, Cidokom, Cipinang, Gobang, Kampung Sawah, Kertajaya, Leuwibatu, Mekar Jaya, Mekar Sari, Rabak, Rumpin, Sukamulya, Sukasari, dan Taman Sari dengan masing-masing menyimpan potensi yang luar biasa.

Mendengar nama Rumpin sebenarnya bukan merupakan hal yang baru bagi saya, namun lain halnya dengan nama Desa Cibodas, Desa yang terdengar sangat asing ketika saya tahu akan melaksanakan pengabdian di Desa Cibodas ini. Membayangkan dan melihat Rumpin saja sudah tak bisa dibayangkan, apalagi harus membayangkan Desa Cibodas yang sepertinya

Bak dayung bersambut, benar saja, walaupun akses jalan di Desa Cibodas lebih bagus di banding beberapa kelurahan yang ada tetapi letak geografisnya tak menguntungkan bagi kami. Masih asri adalah kata yang pas menurut saya dalam menggambarkan Desa Cibodas. Desa yang di kelilingi oleh ribuan hektar pohon karet dan pohon bambu ini juga terbagi menjadi beberapa dusun dalam hal budaya dan adat tradisionalnya, seperti halnya masalah penggunaan speaker yakni golongan Aspek (Anti Speaker) dan Dospek

(Doyan Speaker), tapi walaupun begitu persatuan dan kesatuan tetap terjaga

di Desa Cibodas. Desa yang saat ini dipimpin oleh seorang kepala desa bernama Maryadinata ini juga dikenal dengan pabrik sapi dan dikenal dengan satu-satunya desa yang memiliki markas Bela Negara (Kemenhan).

Setelah kurang lebih empat kali survei ke Desa Cibodas akhirnya dengan kesepakatan aparatur desa dan antar kelompok KKN itu sendiri, kami menyepakati bahwasanya karena letak Desa Cibodas yang cukup luas dirasa perlu untuk membagi menjadi tiga bagian, dan singkat cerita kelompok SUNRISE 092 ini mendapat tempat untuk membina dusun 1 yang meliputi RW 01 hingga RW 02. Setelah sepakat untuk dibagi, tanpa pikir panjang kami mulai mencari tempat untuk kami jadikan posko kami di wilayah ini.

Akhirnya setelah sempat kebingungan karena belum mendapat tempat yang kami rasa cocok, di hari-hari akhir persiapan kami dipertemukan dengan salah satu kampung yang ada di Desa Cibodas, yakni Kampung Pabuaran Azag 14. Di sini kami direkomendasikan tinggal di salah satu rumah tokoh di kampung tersebut yang ternyata sesuai dengan sasaran dan target dari kelompok KKN SUNRISE.