• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bulung ujung (daun pisang) pada setiap upacara adat selalu digunakan, hal itu terlihat pada pemakaian bulung ujung (daun pisang) pada pintu jalan masuk

rumah kediaman terselenggaranya upacara perkawinan adat. Begitu pula

digunakan pada atap rumah setiap pemasangan bungkulan,

20

jadi daun pisang

memiliki makna yang cukup berarti dalam adat Angkola.

Tabel 48

Bulung Ujung (daun pisang) Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari tumbuhan

1. G

Qualisign

Tanda Kebesaran beradat

Sinsign

Tanda pesta adat besar/ pesta arajaon

Legisign Tanda adat 2. O Ikon Bulung ujung Index Kebesaran Symbol Perlindungan 3. I Rheme

Tanda pesta adat harajaon

Dicent Sign

Tanda beradat

Argument

Tanda pesta adat yang besar

Bulung ujung (daun pisang) sebagai simbolik atau arbitrer karena tidak ada alasan yang berterima lagi mengapa bulung ujung (daun pisang) sebagai petanda disebut sebagai

pelindung yang mampu memberikan kesejukansebagai penanda, penggunaan kosakata atau kata dalam bahasa adat sebagai perwujudan lambang-lambang adat. Bulung ujung

(daun pisang) bermakna filosofis merupakan pelindung pada adat Angkola, karena

20

Bungkulan atau bukkulan kuda-kuda atap rumah, tradisi pemasangan kayu sebagai kuda-kuda atap rumah yang baru hal itu dipercaya agar rumah tersebut terhindar dari berbagai bencana. Pemasangan bungkulan dengan menyiapkan bahan seperti: daun pisang sitabar lengkap dengan setandan pisang dan jantungnya, pohon tebu sebatang, segandeng bibit kelapa, gulo bargot, santan pamorgo-morgoi, itak mata.

digunakan pada setiap upacara adat. Bulung ujung (daun pisang) memiliki makna sebagai tanda adat dan beradat, pada tanda legisign secara konvensional merupakan tanda adat

pelindung yang mampu memberikan kesejukan. Tetapi, pada tanda ikon dan index

tidak ada hubungan hal itu juga merupakan simboladat kebesaran dan perlindungan.

2) Indahan (nasi putih) Trikotomi

Indahan (nasi putih) dikenal dengan istilah indahan (nasi putih) sibonang manita, nada podo dipangan madung diboto daina, indahan (nasi putih) sebagai makanan pokok masyarakat Angkola, sehingga nasi putih memiliki makna yang tinggi pernyataan kasih sayang yang tinggi orang tua kepada anak dan menantu, yang artinya walaupun belum disebutkan maksud upacara mangupa sudah diketahui maksud dan tujuan Performansi upacara tersebut. Nasi yang berwarna putih melambangkan ketulusan, keikhlasan, dan kesatuan. Nasi terdiri dari banyak butir (bukan cuma satu butir) memiliki sifat mudah lengket dan dapat menyatu, sehingga bermakna kesatuan dalam keluarga besar dalihan na tolu, dengan pengertian bahwa semua anggota keluarga dapat menyatu walaupun memiliki perbedaan. Warna putih pada nasi melambangkan kesucian, kebersihan, dan kebenaran. Tujuannya agar pengantin dapat membaur dengan semua keluarga besar, memiliki sifat ikhlas (tulus), benar, dan bersih jiwanya.

Tabel 49

Indahan (nasi putih) Trikotomi

Benda mangupa yang berasal dari tumbuhan

1. G

Qualisign

Tanda Kebesaran beradat

Sinsign

Tanda pesta adat besar/ pesta arajaon

Legisign

Tanda adat

2. Ikon Index Symbol

O Indahan (nasi putih) Wangi kepada anak

3.

I

Rheme

Tanda pesta adat harajaon

Dicent Sign

Tanda beradat

Argument

Tanda pesta adat yang besar

Indahan (nasi putih) sebagai simbolik atau arbitrar karena tidak ada alasan yang

berterima lagi mengapa „Indahan (nasi putih)‟ sebagai petanda disebut sebagai lambang kasih sayang, penggunaan kosakata atau kata dalam bahasa adat sebagai perwujudan lambang-lambang adat. Indahan (nasi putih) sebagai perangkat dasar upacara mangupa

bermakna filosofis.Indahan (nasi putih) memiliki makna sebagai tanda adat dan beradat, pada tanda legisign secara konvensional merupakan tanda adat Anak Boru menandakan kasih sayang orang tua kepada anak dan menantu. Tanda ikon dan index tidak ada hubungan hal itu indahan (nasi putih) juga merupakan simbolkasihsayang orang tua.

Teori semiotika Pierce, nasi putih dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) nasi putih (Representamen), 2) makanan hidangan pangupa (Objek), 3) nasi putih (Interpretan) merupakan lambang kesucian dan kebersihan, simbol pengharapan untuk melahirkan keikhlasan. a) Gambar nasi putih (ikon), b) Wangi nasi putih (indeks), c) Makna nasi putih (simbol).

3) Ulos (kain adat Batak dari kapas)

Ulos (kain adat Batak dari kapas) dikenal dengan nama abit Batak, Abit Godang

atau Ulos Godang tenunan masyarakat Batak Angkola, begitu pula Tapanuli Selatan, Toba Samosir, Simalungun, Batak Karo dan lainnya disetiap tempat memiliki kain khas daerah. Begitu pula di Angkola dikenal dengan nama abit Batak, abit godang atau ulos godang tenunan masyarakat Batak Angkola. Jadi kain adat memiliki nilai yang tinggi karena dipakai setiap upacara adat. Abit Batak, Abit Godang atau Ulos Godang tenunan

masyarakat Batak Angkola memiliki corak dan warna atau gambaran yang dipakai dalam upacara adat. baik upacara adat siluluton dan siriaon.

Abit godang, yakni kain adat yang melambangkan pelindung, dengan adanya penutup kain tersebut, maka bermakna adanya perlindungan bagi jiwa yang sedang bersuka cita. Maksudnya pengantin akan merasakan jiwa yang tenang dengan adanya perlindungan apabila adat dijiwai dan dihayati.

Abit batak, abit godang atau ulos godang tenunan masyarakat Batak Angkola berfungsi untuk menghargai tamu kehormatan yang dipakai pada upacara adat seperti: a) pembungkus/ penutup luar hidangan pangupa, b) selendang manortor (sabe-sabe), c) pembungkus luar indahan tungkus paseo robu,d) selimut kayu kuda-kuda „bungkulan

kayu atap rumah, e) pemberian orang tua kepada anak (abit godang), f) alas hidangan sirih sebagai pembuka acara adat. dan beberapa simbol-simbol adat bila ulos yang diberikan orang tua kepada anak gadisnya pada upacara perkawinan21, Paropa Sadun atau Panjangki Na Togu22

Tabel 50

Ulos (kain adat Batak dari kapas) Trikotomi Benda pangupa yang berasal dari tumbuhan

1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign

Tanda adat perhargaan kepada tamu yang dihormati, harajaon,

mora, dan anak

2. O

Ikon

tidak ada hubungan

Index

tidak ada hubungan

Symbol

Persatuan dan perlindungan

21

Simbol bila ulos diberikan orang tua kepada anak gadis saat upacara perkawinan bertujuan agar keluarga pengantin laki-laki segera melakukan upacara adat.

22

Paropa Sadun atau Panjangki Na Togukain gendong anak yang baru lahir dari pihak mora

3. I Rheme Tanda beradat Dicent Sign Tanda beradat Argument Tanda adat

Ulos (kain adat Batak) sebagai simbol-simbol yang digunakan pada setiap upacara adat walaupun penggunaannya disesuaikan dengan jenis upacara adat. Ulos (kain adat Batak) memiliki bermakna filosofis pada adat Angkola, karena digunakan pada setiap upacara adat, begitu pula pada setiap pembuka upacara adat. Ulos (kain adat Batak) memiliki makna sebagai tanda adat dan beradat, pada tanda legisign secara konvensional merupakan tanda adat pemberian mora kepada anak boru. menandakan persaudaraan. Tetapi, pada tanda ikon dan index tidak ada hubungan hal itu Ulos

(kain adat Batak) juga merupakan simbolpersatuan simbol harajaon dan simora-mora.

4) Burangir (daun sirih‘Piper Betle’ Latin)

Daun sirih (burangir) sebagai makanan selingan yang merupakan perekat diantara komunitas adat di Luhak Angkola (suku-suku Batak). Sirih sebagai simbol dari dalihan na tolu, daun sirih mempunyai makna filosofis yang beragam bagi masyarakat Angkola, karena digunakan pada setiap upacara adat, begitu pula pada setiap pembuka upacara adat

Sirih yang dipakai adalah daunnya. Daun sirih ini jika dimakan akan mengeluarkan warna merah, sama seperti warna darah, diibaratkan sebagai penanda hubungan dari suhut

dan kahanggi karena yang menandakan bahwa antara suhut dan kahanggi ini adalah sedarah. Simbol sirih digunakan untuk melambangkan hubungan yang erat antara suhut

dan kahanggi serta mora dan anak boru, dengan harapan jangan terjadi perpecahan dalam

Dalam teori semiotika Pierce, sirih dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Representamen (R): sirih, 2) Objek (O): daun sirih, 3) Interpretan (I): sirih dengan sifat berwarna merah jika dimakan (dikunyah) merupakan lambang pengharapan dalam membina hubungan yang erat (kental) dalam unsur kekerabatan dalihan na tolu. 4) Gambar daun sirih: ikon, 5) Rasa sirih:indeks, 6) Makna rasa sirih: simbol.

Tabel 51

Burangir (daun sirih‘Piper Betle’ Latin)

Trikotomi Bahan pangupa yang berasal dari tumbuhan

1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign

Tanda adat Suhut dan kahanggi tanda ersaudaraan

2. O

Ikon

tidak ada hubungan

Index

tidak ada hubungan

Symbol Persatuan 3. I Rheme Tanda beradat Dicent Sign Tanda beradat Argument Tanda adat

Daun sirih memiliki makna yang beragam sebagai tanda adat dan