• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Menata Bahan-bahan dengan Alat-alat Upacara Mangupa

songon i pinggol Ni horbo anso tangi-tangi di siluluton inte d

5) Hata Mangupa Balasan Pengantin

4.7 Indeksikalitas Bahan dan Alat (media) Pangupa Adat Angkola

4.7.3 Cara Menata Bahan-bahan dengan Alat-alat Upacara Mangupa

Bahan-bahan pangupa pada upacara mangupa sangat menentukan dilakukan upacara mangupa, karena bahan pangupa sebagai syarat dilakukannya upacara mangupa. Bagi komunitas adat penyajian perangkat pangupa yang yang terlihat diletakkan di atas tampi (anduri/ niru) yang diberi alas dengan 3 helai daun pisang (bulung ujung), hanya sebagai perangkat adat, padahal untuk dapat mengetahui bahan dan cara menyusunnya diperlukan pemahaman tentang pengetahuan adat.

Suhut sihabolonan (tuan rumah) harus mempersiapkan benda-benda yang dibutuhkan pada prosesi mangupa, bahan-bahan sebagai persyaratan mangupa dinamakan

pangupa, pangupa terdiri dari berbagai makanan, makanan yang dihidangkan sesuai dengan besar kecilnya hajatan dan banyaknya tamu dan undangan. Dan, bahan-bahan sebagai pelengkap adat yang yang dibutuhkan untuk upacara mangupa, antara lain: a) Tampi, b) daun pisang, c) anak ikan jurung, d) nasi putih, e) air putih, f) telur rebus, d) garam, e) ayam panggang, f) udang, g) ikan mas, h). kepala kambing/ kerbau, sirih dan perlengkapannya (burangir), soda (kapur sirih), dan gambir). air putih, ulos, dan lainnya.

Bahan pangupa yang berasal dari hewan sebagai penentu performansi upacara

mangupa ada tiga jenis, tetapi walaupun begitu telur ayam mutlak harus tetap ada pada setiap upacara mangupa adat Angkola, karena telur ayam rebus merupakan penentu dan atau syarat utama setiap upacara adat mangupa. Bahan pangupa dengan telur ayam juga menentukan tingkatan paling kecil mangupa adat. Hewan yang digunakan sebagai hewan

pangupa ada tiga jenis seperti: ayam (manuk), kambing (hambeng), dan kerbau (horbo), Tingkatan upacara mangupa adat Angkola yang terkecil dan sebagai syarat dasar dengan menyiapkan sebutir telur ayam, tingkat kedua harus menyediakan seekor ayam, tingkatan ketiga harus menyediakan kambing, dan tingkatan tertinggi harus menyediakan kerbau. Namun begitu, setiap tingkatan dalam upacara mangupa yang lebih

tinggi harus mengandung unsur bahan dan hewan yang ada dalam tingkatan yang lebih rendah. Misalnya, untuk tingkatan mangupa tertinggi, yang menyediakan hewan seperti kerbau, suhut sihabolon juga harus menyediakan hidangan pangupa yang lain yaitu kambing, ayam, dan telur, karena bahan pangupa hewan-hewan tersebut tentu saja harus dipadukan dengan berbagai hidangan dan perangkat pangupa yang lain.

Begitu pula untuk upacara mangupa yang kedua dengan hewan pangupa berupa kambing harus disediakan hewan yang ada dalam tingkatan yang lebih rendah. Misalnya, untuk tingkatan hewan pangupa berupa kambing suhut juga menyediakan hewan

pangupa ayam, dan telur. Begitu pula untuk tingkatan upacara mangupa yang menyediakan ayam suhut sihabolon juga harus menyediakan hidangan pangupa yang lain seperti telur, karena bahan pangupa hewan-hewan tersebut tentu saja harus dipadukan dengan berbagai hidangan dan perangkat pangupa yang lain.

Setelah semua bahan pangupa disediakan suhut bolon maka semua bahan yang telah disediakan perlu ditata, agar bahan pangupa ditata agar upacara mangupa adat dapat dimulai dan dimaknai oleh raja panusunan bulung, penataan bahan pangupa diatur oleh

orang kaya sedangkan bahan pangupa dipersiapkan oleh suhut bolon. Ada perbedaan pada upacara mangupa sebagai puncak acara pada perkawinan adat Angkola dengan Tapanuli Utara atau Batak Toba yaitu pembicara pada adat Angkola tidak diwajibkan dalam mempersiapkan bahan pangupa atau memberikan sesuatu kepada suhut bolon, karena dalihan natolu dan masyarakat adat telah memberikan sumbangan pada upacara marpege-pege (memberikan bantuan kepada suhut bolon). Hal ini berbeda pada upacara adat Tapanuli Utara setiap dalihan na tolu dan masyarakat adat memiliki kewajiban membawa atau memberi sesuatu kepada suhut sihabolonan dan sebagai pertanda atau imbalannya mereka diberi juhut atau jambar mewakili posisinya pada dalihan natolu.

Upacara mangupa nagodang dengan menggunakan hewan pangupa kerbau, dengan model penataan sebagai berikut: a) Wadah bahan-bahan pangupa adalah anduri

(tampi) sebagai alas paling bawah, b) sebagai alas pada anduri (tampi) diletakkan tiga helai bulung ujung (ujung daun pisang), c) daun pisang sebagai alas nasi putih (indahan sibonang manita atau siribu-ribu), d) di atas nasi putih diletakkan ikan kecil di kiri dan kanan (haporas dan incor) dari tujuh sungai, e) pada bagian belakang diletakkan punggung ayam (parmiakan ni manuk),

Gambar 13. Bahan-bahan pangupayang diletakkan di atas tampi „anduri‟

f) di dekat ikan diletakkan paha kerbau (kiri dan kanan), g) dekat paha kerbau diletakkan paha ayam, h) di depan paha kerbau dan paha ayam diletakkan tujuh pira manuk na dihobolan (telur ayam rebus yang dikupas), didekatnya diletakkan garam (dalam daun yang bentuk kerucut) atau dapat juga diletakkan di atas telur ayam rebus tersebut, i) kepala kerbau (kepala kerbau, mata, telinga, bibir dan dagunya) diletakkan paling depan, k) seluruh bahan pangupa ditutupi dengan sehelai daun pisang, dan terakhir l) semua bahan pangupa ditutup dengan ulos, kain adat untuk lebih jelas lihat gambar di atas.

Peserta pada upacara mangupa adat Angkola yang berada di lokasi Jalan MT. Haryono No.56 Kampung Marancar, Kota Padangsidimpuan terdapat ketiga unsur adat tersebut adalah: kahanggi, anak boru, dan mora. Di samping unsur dalihan na tolu,

ambar balok (jiran tetangga) begitu pula pada upacara mangupa adat yang dihadiri oleh unsur adat yang mencakup dalihan natolu, natobang natoras, hatobangon dohot harajaon alim ulama Pisang Rahut, hatobangon, raja pamusuk, raja tording balok, Raja Panusunan Bulung dan ulama (pemuka agama).

Ada yang unik pada upacara adat tersebut, suhut sihabolonan menghadirkan seluruh raja-raja se-Tapanuli, harajaon yang dipilih oleh 123 Harajaon yang hadir dari seluruh luhak di Tapanuli mulai dari Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Mandailing Natal, Padangsidimpuan, Sipirok, Gunung Tua, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Tapanuli Tengah, dan Medan, Jakarta, dan lain-lain. Jadi untuk menghadirkan seluruh peserta se-Tapanuli pada upacara adat bukan pekerjaan mudah, tetapi merupakan suatu hal yang besar telah dapat mengumpulkan peserta yang hadir raja-raja se-Tapanuli.

4.8 Partisipan Upacara Mangupa Adat Angkola

Peserta pada upacara mangupa adat Angkola yang berada di lokasi Jalan MT. Haryono No.56 Kampung Marancar, Kota Padangsidimpuan terdapat ketiga unsur adat tersebut adalah: kahanggi, anak boru, dan mora. Di samping unsur dalihan na tolu,

ambar balok (jiran tetangga) begitu pula pada upacara mangupa adat yang dihadiri oleh unsur adat yang mencakup dalihan natolu, natobang natoras, hatobangon dohot harajaon alim ulama Pisang Rahut, hatobangon, raja pamusuk, raja tording balok, Raja Panusunan Bulung dan ulama (pemuka agama).

Ada yang unik pada upacara adat tersebut, suhut sihabolonan menghadirkan seluruh raja-raja se-Tapanuli, harajaon yang dipilih oleh 123 Harajaon yang hadir dari seluruh luhak di Tapanuli mulai dari Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara,

Mandailing Natal, Padangsidimpuan, Sipirok, Gunung Tua, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Tapanuli Tengah, dan Medan, Jakarta, dan lain-lain. Jadi untuk menghadirkan seluruh peserta se-Tapanuli pada upacara adat bukan pekerjaan mudah, tetapi merupakan suatu hal yang besar telah dapat mengumpulkan peserta yang hadir raja-raja se-Tapanuli.

Pada upacara mangupa horja godang kehadiran tokoh-tokoh adat pada upacara

mangupa adat Angkola cukup menentukan upacara adat tersebut, karena tokoh adat yang menentukan performansi upacara adat tersebut. Semakin banyak Tokoh-tokoh adat yang hadir upacara adat mangupa itu sudah pasti semakin baik. Tokoh-tokoh adat yang hadir adalah unsur dalihan na tolu (suhut/ kahanggi, anak boru, dan mora), hatobangon, harajaon torbing balok, raja pangundian, raja panususnan bulung, alim ulama, cerdik pandai dan seluruh undangan.

Kehadiran partisipan pada upacara mangupa horja godang dengan hadirnya tokoh adat pada upacara siriaon (suka cita) menunjukkan eksistensi suhut dalam

maradat12 cukup besar karena kehadiran tokoh-tokoh adat tersebut, karena tokoh adat dianggap begitu penting pada upacara tersebut, dengan kehadiran itu akan memberikan rasa suka cita pada suhut sihabolonan juga pada tokoh-tokoh adat untuk dapat menyampaikan hal-hal adat pada upacara mangupa tersebut yang dimulai dari tuan rumah (suhut sihabolonan). Setelah seluruh tamu dan yang diundang hadir pada upacara adat dimulai, seluruh unsur tokoh-tokoh adat menyampaikan kata-kata adat mangupa. Bila ada tokoh adat tidak diberikan kesempatan untuk berbicara (mandokkon hata/ marhata) pada upacara adat mangupa tersebut maka tokoh adat tersebut akan sangat tersinggung dan malu, karena merasa kehadirannya dianggap tidak dihargai.

12

Maradat (beradat) mengerti adat dan sopan, ada asumsi di luhak Angkola orang-orang akan berusaha melaksanakan upacara adat karena upacara adat dianggap menambah prestise di masyarakat dan berusaha melaksanakan upacara adat pada setiap kegiatan.

Pada pembukaan upacara mangupa adat Angkola ditandai dengan manyurduon burangir sampe-sampe (daun sirih) pertanda sidang adat yang dimulai setelah orang kaya bertanya kepada Raja Panusunan Bulung dengan meminta petunjuk apakah upacara adat dapat dimulai. Sidang adat dimulai setelah diatur urutan berbicara oleh orang kaya, sehingga sidang adat Angkola berjalan dengan tertib dengan menonjolkan suasana akrab dalam bertutur kata.

Ada perbedaan dalam menyampaikan kata-kata nasihat pada adat mangupa di

luhak Angkola dengan kata-kata nasihat pada adat mangupa di luhak Mandailing. Pada luhak Mandailing kata-kata nasihat hanya disampaikan oleh kaum/ barisan bapak- bapak saja, karena kaum ibu telah mewakilkannya kepada kaum bapak. Sedangkan pada adat mangupa di luhak Angkola dengan kata-kata nasihat adat mangupa kaum ibu diberikan kesempatan menyampaikan kata-kata adat mangupa boru na marbagas.

Pengaturan partisipan pada upacara mangupa horja godang dalam menyampaikan hata mangupa dan tuntunan hidup berumah tangga di mulai dari: suhut sihabolonan, kahanggi, anak boru, pisang rahut, mora, ompu ni kotuk, hatobangon, harajaon, orang kaya, raja pangundian, dan Raja Panusunan Bulung. Agar lebih jelas pengaturan pada upacara adat mangupa dalam urutan pandok hata (pembicara) mangupa

dalam upacara adat Angkola, disesuaikan dengan kedudukan adatnya pada dalihan na tolu, anatara lain: suhut (kahanggi), anak boru, pisang rahut, mora, dan mora ni mora (hula dongan).

Setelah menyuguhkan sirih selesai dilaksanakan, mulailah mengkobarkan

pangupa (atau menyampaikan kata-kata mangupa. Penyampaian kata mangupa oleh

dalihan na tolu (suhut sihabolonan) selanjutnya audien menyampaikan kata-kata

mangupa sesuai dengan urutannya yaitu: 1) anak boru membuka hata pangupa dengan kalimat yang sopan, 2) ibu pengantin laki-laki mandok hata mangupa menyampaikan isi

hatinya, sesuai dengan maksud dan tujuan dilaksanakannya upacara mangupa adat Angkola, dan 3) kahanggi hombar suhut, anak boru, pisang ruhut, mora, hatobangon- harajaon, semua kaum ibu.

Kemudian dibalas menyampaikan hata mangupa oleh: 1) hatobangon, 2) harajaon, 3) orang kaya luat, 4) orang kaya bayo-bayo, 5) raja pangundian (raja pamusuk), dan 6) raja panusunan bulung. Agar lebih jelas sidang adat akan dilihat alur berbicara pada waktu upacara mangupa adat Angkola menyampaikan kata-kata nasihat adat, untuk lebih jelas yaitu: Orang kaya,Suhut sihabolonan dimulai dari ibu mempelai laki-laki, Ayah mempelai laki-laki dan, Kahanggi, Hombar suhut, Anak boru,Mora dongan, Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk,Hatobangan, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Raja pangundian (raja pamusuk),Orang kaya luat dan Raja Panusunan Bulung.