Daun sirih ( burangir) sebagai simbolik atau arbitrar karena tidak ada alasan yang berterima lagi mengapa „ burangir ‟ sebagai petanda disebut sebaga
9) Amak Lappisan (Tikar pandan berlapis)
Pengantin sebagai raja sehari, tiga hari atau tujuh hari hal itu bergantung besar kecilnya pesta adat yang dilakukan. Oleh karena itu, penghargaan kepada raja sehari
„pengantin‟ itu ditandai dengan temmpat duduk pengantin ketika upacara mangupa yaitu didudukkan di atas amak lappisan (tikar pandan berlapis). Amak lappisan (tikar pandan berlapis) hanya tempat duduk bagi para raja-raja adat, begitu pula penghargaan pada kedua pengantin sehingga pada upacara adat mereka duduk di atas amak lappisan (tikar pandan berlapis). Pada amak lappisan (tikar pandan berlapis) ada tujuh lapis yang stiap lapisnya menggunakan warna yang berbeda, pada lapis paling bawah/ alas (pertama) berwarna merah, pada lapis yang kedua berwarna hijau, pada lapis yang ketiga berwarna orange, pada lapis yang keempat berwarna biru dongker, pada lapis yang kelima berwarna kuning, pada lapis yang keenam berwarna hijau, pada lapis yang ketujuh berwarna merah.
Pemakaian amak lappisan hanya kepada raja-raja adat dan pengantin yang di-upa- upa, sedangkan hatongan, mora, suhut, orang kaya, anak boru, cerdik pandai, tokoh adat, tamu dan undangan lainnya hanya menggunakan tikar biasa. Jadi perlakuan yang diberikan kepada pengantin duduk pada amak lappisan sebagai bentuk penghargaan kepada kedua pengantin perlakuan seperti itu agar pengantin betah dan sopan.
Tabel 57
Amak lappisan (Tikar pandan berlapis)
Trikotomi Bahan pangupa yang berasal dari Tumbuhan
1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign
Tanda adat Mora
2. O
Ikon
tidak ada hubungan
Index
tidak ada hubungan
Symbol Persatuan 3. I Rheme Tanda beradat Dicent Sign Tanda beradat Argument Tanda adat
Mora pada posisi adat dalihan natolu dilambangkan dengan kapur sirih, kapur sirih sebagai benda berwana putih, sebagai lambang mora yang arif bijaksana dan pengambil kata putus dan mora-lah yang berhak menyoda atau menutup segala yang telah disepakati,
mora pada posisi adat sebagai orang yang kedudukannya lebih tinggi sehingga mora
memberikan pasu-pasu. Jadi bila mora telah menutup maka upacara adat dianggap selesai.
10) Anduri (Tampi/ Nampan dari bambu)
Anduri (tampi/ nampan dari bambu) alat yang biasanya digunakan untuk memilih beras dengan padi, sehingga saat untuk ditanak sudah bersih dari unsur padi. Anduri
(tampi/ nampan) terbuat dari bambu yang dipilh berbentuk segi empat yang di sudut pinggirnya dianyam dengan anyaman rotan, walaupun begitu ada juga anduri (tampi/ nampan) berbentuk bulat. Pada upacara adat mangupa adat Angkola yang digunakan
Makna anduri adalah: anduri, yakni tampi segi empat yang terbuat dari bambu, pada salah satu sudutnya dua ujung batang bambu yang dibuat sedikit berlebih dari besar/ lebar tampi diikat dengan rotan. Tampi tersebut merupakan landasan yang kuat dan menjadi titik kumpul karena terbuat dari anyaman bambu. Ikatan bambu tersebut melambangkan terjalin hubungan dalam masyarakat, kebersamaan, dan kegotongroyongan (saling tolong menolong yang dilambangkan dengan anyaman). Rotan yang digunakan untuk mengikat kedua ujung batang bambu diartikan sebagai pengikat hubungan pengantin dan hubungan kekeluargaan di antara dalihan na tolu. Digunakannya anduri sebagai dasar makanan pangupa adalah mengambil makna dari cara penggunaan
anduri, yakni alat untuk menampi beras dengan cara mengipas ke atas dan ke bawah, yang melambangkan memanggil tondi (jiwa) kembali ke badan dan bertujuan agar pengantin dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Gerakan ke atas menandakan hal baik, harus diikuti. Gerakan ke bawah menandakan hal buruk, sebaiknya ditinggalkan. Masyarakat yang beradat harus dapat membedakan yang benar dan yang salah. Inilah falsafah digunakannya anduri sebagai alas (dasar) untuk hidangan pangupa.
Tabel 58 Anduri (Tampi/ Nampan)
Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari Tumbuhan
1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign
Tanda adat Mora
2. O
Ikon
tidak ada hubungan
Index
tidak ada hubungan
Symbol
Persatuan unsur dalihan na tolu dan paradaton
3. I Rheme Tanda beradat Dicent Sign Tanda beradat Argument Tanda adat
Anduri (tampi/ nampan) terbuat dari bambu berbentuk segi empat yang di sudut pinggirnya dianyam dengan anyaman rotan, rotan di setiap sisi sebagai simbol yang digunakan sebagai aturan adat sebagai pago-pago paradaton seperti: patik uhum, ugari, hapantunon. Simbol rotan pada setiap sudut pinggir anduri bermakna rotan memiliki fungsi yang banyak mampu menyimpulkan, lentur, menganyam dan fungsi lainnya. Hal itu menyiratkan lambang peraturan paradaton yang lentur dan luwes, sehingga adat istiadat dan paradaton itu cukup lentur dalam menyikapi berbagai persoalan. Sehingga untuk menyelesaikan berbagai persolan digunakan jalan mufakat dengan menggunakan tatanan adat dalihan na tolu. Jadi anduri sebagai alat yang berfungsi memisahkan beras dengan padi, hal itu melambangkan masyarakat komunitas adat Angkola harus dapat memisahkan mana yang baik dan yang buruk, mana yang benar dan salah.
Tabel 59
Benda Adat pada Upacara Mangupa Adat Angkola Berasal dari Tumbuh-tumbuhan
No. Benda Adat
dari Tumbuh- tumbuhan
Makna Legisign Qualisign/Sinsign /Dicent
SignArgument Index/ Rheme
Symbol
1. bulung ujung daun pisang Benda dasar adat Angkola
Tanda adat
kebesaran perlindungan
Jiwa dan raga bersatu padu, tegar, dan kuat
2. burangir ‟sam
pe-sampe‟
daun sirih Benda dasar adat Angkola
Pekerja keras dan menganyomi anak
3. indahan nasi putih Lambang Adat
Bahan adat
tertinggi
4. ulos ‟kain
adat‟
Kapas Benda adat
Angkola Tanda adat kebesaran hubungan kekeluargaan Penghormatan tertinggi, penghargaan kepada tamu
5. anduri tampi‟bambu‟ Benda adat Angkola
Membersihkan hati, diri
6. Sontang Gambir Benda dasar
adat Angkola
Hubungan kekeluargaan
7. imbako Tembakau Benda dasar
adat Angkola
Hubungan kekeluargaan
8. pining Pinang Hubungan
kekeluargaan
9. amak lappisan tikar pandan berlapis
Benda adat Lambang adat
tertinggi
5.2.3 Bahan Pangupa Berasal dari Alam
Kajian koteks sebagai tanda-tanda verbal pada mangupa yang dikaji adalah benda- benda pangupa yang berasal dari alam dapat dilihat dari perangkat mangupa berupa bahan-bahan makanan yang diletakkan di atas tampi (anduri). Bahan-bahan yang dipersiapkan oleh pemilik hajat mangupa (suhut sihabolonan) terdiri dari benda-benda adat yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam yang dipakai sebagai perlengkapan mangupa. Oleh karena itu, fungsi bahan-bahan yang dipilih dapat memberikan makna-makna sebagai perlambang dari bahan-bahan pangupa berasal hewan seperti: aek na lan (air bening), sira (garam), dan soda (kapur sirih), untuk lebih jelas akan dibahas satu persatu di bawah ini: