• Tidak ada hasil yang ditemukan

Capaian Pembangunan Industri .1 Capaian Output Industri

Dalam dokumen Kementerian PPN / Bappenas (Halaman 128-132)

E VALUASI D AYA S AING I NDUSTRI *

2.2 Capaian Pembangunan Industri .1 Capaian Output Industri

Selama tahun 2010-2014 telah dilaksanakan program-program prioritas dengan capaian sebagai berikut:

(1) Revitalisasi Industri Pupuk: telah difasilitasi jaminan tambahan alokasi gas sebanyak 370 mmscfd untuk bahan baku beberapa pabrik pupuk pada jangka menengah, serta pembangunan Pabrik Pupuk Kaltim-5 dan Pusri II-B; (2) Revitalisasi Industri Gula: meningkatnya jumlah produksi gula kristal rafinasi (GKR) dari sebesar 722 ribu ton pada tahun 2005 menjadi sebesar 2,74 juta ton pada tahun 2013; serta meningkatnya efisiensi PG BUMN dari 62,73 persen pada tahun 2010 menjadi 79,66 persen pada tahun 2013; (3) Restrukturisasi Industri TPT dan Alas Kaki: pada tahun 2010-2013, nilai bantuan yang diberikan pemerintah sebesar Rp 569,05 milyar, yang diberikan kepada 609 perusahaan, sehingga menghasilkan penambahan investasi sebesar Rp 6,44 triliun, penambahan tenaga kerja sebanyak 224 ribu orang, peningkatan kapasitas produksi 17-25 persen, peningkatan produktivitas 6-10 persen, serta peningkatan efisiensi energi 5-9 persen; (4) Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit: meningkatnya utilisasi Industri Minyak Goreng/Refinery dalam negeri, dari 45 persen pada tahun 2010 menjadi 70 persen pada awal tahun 2014 dan investasi industri hilir kelapa sawit dengan nilai mencapai Rp. 20 Triliun; dan (5) Pengembangan Kawasan Industri: telah beroperasinya Kawasan Industri Palu dan Kawasan Industri Sei Mangkei, serta terbangunnya Pusat Inovasi Kelapa Sawit (PIKS) di Kawasan Industri Sei Mangkei dan Pusat Inovasi Rotan Nasional (PIRNas) di Kawasan Industri Palu.

Capain pembangunan sektor industri, bila dilihat dari nilai investasi yang ditanamkan mengalami peningkatan dari tahun 2004-2012. Investasi PMDN di sektor industri pengolahan non-migas mengalami peningkatan, dari Rp 10,52triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 49,89 triliun pada tahun 2012, atau meningkat sebesar 374,24 persen pada periode tersebut. Investasi PMA juga mengalami pertumbuhan yang meningkat. Nilai investasi PMA pada tahun 2004 sebesar US$ 2,80 milyar menjadi US$ 11,77 milyar pada tahun 2012, atau meningkat sebesar 320,36 persen.

Tabel 1

Perkembangan Realisasi Investasi Sektor Industri Tahun 2004-2012

Investasi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

PMDN (miliar Rp) 10.517,9 20.991,2 13.012,7 26.289,8 15.914,8 19.434,4 25.612,0 39.048,0 49.888,9 PMA (US$ Juta) 2.804,6 3.500,6 3.619,7 4.697,0 4.515,4 3.381,1 3.357,0 6.779,5 11.770,0 Sumber: BKPM, 2013

Indonesia mempunyai prospek pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan dan berpotensi menjadi kekuatan ekonomi baru sejajar dengan Brazil, Rusia, India, dan China. Jika dibandingkan dengan keempat negara tersebut, di bidang teknologi, Indonesia masih jauh tertinggal bila dilihat pada biaya yang dikeluarkan untuk penelitian, jumlah peneliti, paten yang diajukan, dan artikel yang diterbitkan dalam berbagai jurnal-jurnal ilmiah.

Tabel 2

Matrik Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi Indonesia dibandingkan dengan Ekonomi BRIC

Indonesia Brazil Russia India China Penelitian dan pengembangan sebagai %

PDB 0,08 1,17 1,25 0,76 * 1,70

Peneliti per juta warga negara 90 668 3.091 136 * 863

Pengajuan paten 437 3.921 25.598 7.262 229.096

Artikel di jurnal ilmiah dan teknis 262 12.306 14.016 19.917 74.019 Sumber: Bank Dunia, 2012a. *Data 2007

Kebijakan paten telah mengalami perubahan sejak diberlakukannya UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.

Jumlah permohonan paten pada periode setelah UU No. 14/2001 ini diberlakukan juga mengalami peningkatan dari 391 permohonan paten (tahun 2002) hingga mencapai 662 paten (tahun 2009). Akan tetapi, jumlah pemohon paten asing masih lebih dominan jika dibandingkan dengan pemohon domestik yang mencapai 4.141 paten di tahun 2009.

Gambar 1

Jumlah Permohonan Paten di Indonesia Periode 1991–2009

Sumber: Direktorat Paten, Kementerian Hukum dan HAM, Tahun 2010

Impilkasi dari banyaknya paten dari luar negeri yang didaftarkan di Indonesia mengakibatkan biaya penggunaan kekayaan intelektual yang dibayarkan kepada pihak luar negeri dibandingkan dengan yang dibayarkan kepada pihak dalam negeri, dimana sepanjang tahun mengalami gap yang cukup besar.

Gambar 2

Biaya Penggunaan Kekayaan Intelektual

2.2.2 Capaian Outcome Pembangunan Industri

Pertumbuhan industri pengolahan non migas pada tahun 2004 tumbuh sebesar 7,51 persen. Selama 2005-2009 industri pengolahan mengalami perlambatan dengan pertumbuhan terendah pada tahun 2005-2009 sebesar 2,56 persen dan sejak 2010 kembali mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 mencapai 6,74 persen dan pada tahun 2012 mengalami perlambatan menjadi 6,40 persen.

Tabel 3

Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi 2004-2012 (tahun dasar 2000, persen)

No LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1. Pertanian, Peternakan

Kehutanan Dan Perikanan 2.82 2.72 3.36 3.47 4.83 3.96 3.01 3.37 3.97 2. Pertambangan Dan Penggalian -4.48 3.20 1.70 1.93 0.71 4.47 3.86 1.39 1.49 3. Industri Pengelolahan 6.38 4.60 4.59 4.67 3.66 2.21 4.74 6.14 5.73 a. Industri Migas -1.95 -5.67 -1.66 -0.06 -0.34 -1.53 0.56 -0.94 -2.71 b. Industri Non Migas 7.51 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.12 6.74 6.40 4. Listrik, Gas Dan Air Bersih 5.30 6.30 5.76 10.33 10.93 14.29 5.33 4.82 6.40 5. Konstruksi 7.49 7.54 8.34 8.53 7.55 7.07 6.95 6.65 7.50 6. Perdagangan, Hotel Dan

Restoran 5.70 8.30 6.42 8.93 6.87 1.28 8.69 9.17 8.11

7. Pengangkutan Dan Komunikasi 13.38 12.76 14.23 14.04 16.57 15.85 13.41 10.70 9.96 8. Keungan, Persewaan & Jasa

Persh. 7.66 6.70 5.47 7.99 8.24 5.21 5.67 6.84 7.15

9. Jasa-Jasa 5.38 5.16 6.16 6.44 6.24 6.42 6.04 6.75 5.24 PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 PRODUK DOMESTIK BRUTO

TANPA MIGAS 5.97 6.57 6.11 6.95 6.47 5.00 6.60 6.96 6.81

Dilihat dari sisi ekspor sektor industri non-migas selama tahun 2004-2012 mengalami kenaikan, dari US$48,66 milyar pada tahun 2004 menjadi US$116,15 milyar pada tahun 2012, atau meningkat sebesar 138,70 persen, terutama pada ekspor Industri Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit, Industri Besi Baja, Mesin dan Otomotif, Industri Tekstil, Industri Pengolahan Karet, dan Industri Elektronika. Dari sisi impor, sektor industri non-migas pada tahun 2004-2012 juga mengalami kenaikan, dari US$31,55 milyar pada tahun 2004 menjadi US$139,71 milyar pada tahun 2012, atau meningkat sebesar 468,34 persen. Sektor-sektor industri dengan nilai impor besar umumnya adalah untuk kebutuhan barang modal dan bahan baku, antara lain: Industri Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif, Industri Elektronika, Industri Kimia Dasar, Industri Tekstil, dan Industri Makanan dan Minuman. Perkembangan neraca perdagangan menunjukkan adanya penurunan pada tahun 2013 neraca perdagangan non migas mencapai 2.437,2 juta US $ sedangkan neraca perdagangan secara keseluruhan mengalami minus 3.341,9 juta US$.

Gambar 3

Perkembangan Ekspor, Impor dan Naraca Perdagangan Indonesia Tahun 2004 – 2013

Sumber: BPS

Tenaga kerja sektor industri selama tahun 2009-2014 mengalami kenaikan 19,9 persen, dari 12,84 juta menjadi 15,39 juta. Jumlah tenaga kerja ini termasuk yang bekerja di industri besar dan sedang, mikro dan kecil, baik formal maupun informal.

Tabel 4

Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Tahun 2009-2014 (Juta Orang)

Lapangan Kerja Utama Tahun

2009

Agustus 2010

Agustus 2011

Agustus 2012

Agustus 2013

Agustus 2014 Februari

Sektor Industri 12.84 13.82 14.54 15.62 14.96 15.39

Seluruh Sektor 104.87 108.21 108.17 113.01 112.76 118.17

2.2.3 Capaian Impact Pembangunan Industri

Dampak positif pembangunan industri merupakan kondisi perubahan dalam masyarakat akibat adanya pembangunan industri yang memberikan keuntungan meningkat baik langsung maupun tidak langsung dari kondisi sebelumnya. Meningkatnya jumlah industri secara pesat, baik skala usaha besar maupun sedang/menengah, mengakibatkan terjadinya perubahan mata pencaharian penduduk. Berkembangnya industri peluang untuk memperoleh pekerjaan lebih tersedia baik pekerjaan pada bidang industri maupun usaha berdagang atau jasa. Dengan dibangun dan berkembangnya industri masyarakat mempunyai peluang usaha yang lebih luas. Hal tersebut terlihat dengan semakin meningkatnya tenaga kerja formal selama 2004-2013 dan semakin semakin menurunnya pekerja disektor pertanian. Dampak tifak langsung dari pembangunan industri berakibat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dapat dilihat dari upah yang diterima.

Gambar 4

Struktur Pekerja Formal dan Informal Gambar 5

Struktur Pekerja menurut Sektor

Gambar 6

Upah Buruh di 4 Sektor Pembangunan

Perubahan sarana dan prasarana berkembang industri terlihat dengan bertambahnya fasilitas seperti jalan, angkutan umum, sekolah, dan lain-lain. Sarana dan prasarana tersebut merupakan fasilitas umum yang dapat dirasakan oleh semua penduduk desa. Sebelum industri berkembang, sarana dan prasarana belum banyak tersedia salah satunya adalah sarana transportasi, penduduk yang melakukan aktivitas di luar desa jadi terhambat, setelah industri berkembang sarana dan prasarana seperti transportasi lebih memadai. Bertambahnya jumlah sarana dan prasarana setelah berkembangnya industri telah memberikan kemudahan-kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Dalam dokumen Kementerian PPN / Bappenas (Halaman 128-132)