Kebijakan dan implementasi program TJSP PT NNT akan menghasilkan
program TJSP PT NNT dan dampak program dalam mewujudkan kemandirian masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang.
Capaian TJSP PT NNT dalam program pertanian dan pariwisata dapat diketahui melalui misi, sasaran dan tujuan, serta indikator pemantauan dan kegiatan pokok yang tertuang pada dokumen Renstra pengembangan masyarakat PT NNT tahun 2009 – 2013 (Lihat Lampiran 5). Program utama TJSP PT NNT di bidang pertanian dan pariwisata di Kecamatan Sekongkang tahun 2009 sampai 2013 tersaji dalam Tabel 20.
Tabel 20. Program TJSP PT NNT bidang pertanian dan pariwisata di Kecamatan Sekongkang tahun 2009 sampai 2013
PROGRAM TAHUN 2009 2010 2011 2012 2013 Capacity Building 1 Bidang Pertanian 1 Pendampingan Petani a SRI Padi b Palawija
2 Pendampingan Kelembagaan Petani a Kelompok Swadaya Masyarakat b Perhimpunan Petani Pemakai Air 3 Laboratorium Lapangan Petani (LLP) 4
Pengembangan Tanaman Keras &
Perkebunan
5 Pengembangan Peternakan 6 Pengembangan Perikanan 7
Pengembangan Nursery & Primakultur
(Kebun Percontohan)
8 Agriculture Technical Assistant
2 Bidang Pariwisata
3 YOP
1 Bantuan Modal Usaha
2 Bantuan ALSINTAN
3 Bantuan Bibit Tanaman Keras & Buah
4 Bantuan Peternakan
5 Bantuan Perikanan
4 YPESB
1 Penguatan Lembaga Desa (BUMDes) 2
Pengembangan Agro Industri Lidah
Buaya (ALOVA)
3
Pengembangan Agro Bisnis Beras
(ORIVA)
Infrastructure
1 Bidang Pertanian
1
Pembangunan dan Perbaikan Saluran
Irigasi
2
Pembangunan dan Peningkatan Jalan
Usaha Tani
2 Bidang Pariwisata
Tabel 20 menjelaskan bahwa, pada tahun 2009 sampai 2013 program pertanian dan pariwisata di Kecamatan Sekongkang dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu capacity building dan infrastruktur.
Capacity building Bidang Pertanian
Kurun waktu 2009 - 2013, TJSP PT NNT di bidang pertanian bagian
capacity building diterfokus pada kegiatan peningkatan kapasitas petani melalui program unggulan antara lain: pendampingan petani, pendampingan kelembagaan petani, pengembangan Laboratorium Lapangan Petani (LLP), serta pengembangan
nursery dan prima kultur (kebun percontohan). Pelaksanaan program tersebut dilakukan melalui kerjasama kemitraan dengan LSM lokal, yaitu Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Pertanian Sumbawa Barat (LP3SB) pada tahun 2008 - 2010 dan Yayasan Pengembangan Pertanian Terpadu (YPPT) pada tahun 2011 - 2013.
Bila dikaitkan dengan tujuan program pertanian yang tertuang dalam dokumen renstra pengembangan masyarakat PT NNT tahun 2009 – 2013, maka program pendampingan petani dan kelembagaan petani bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani serta mantapnya kelembagaan petani.
Pendampingan petani
Pendampingan petani difokuskan pada Program Pelatihan dan Pengembangan Pertanian Terpadu (disingkat P4T). Program P4T mulai dilaksanakan sejak tahun 2002 melibatkan petani di sekitar lingkar tambang meliputi 10 desa di dua kecamatan (Jereweh dan Sekongkang). Program tersebut diadopsi dari program yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian (sekarang Kementerian Pertanian) dan FAO dalam upaya meningkatkan produksi pangan khususnya tanaman padi, dengan mengintrodusir metode SRI (System of Rice Intensification). Metode SRI merupakan sistem budidaya tanaman padi dengan menerapkan prinsip biaya lebih efisien tetapi optimal dalam hasil.
P4T merupakan program yang dirancang untuk memberdayakan petani dari aspek pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk menerapkan metode dan inovasi pertanian, sehingga mampu meningkatkan produktivitas lahan, dan implikasinya meningkatkan produksi tanaman dan pendapatan rumah tangga petani. Penerapan program P4T juga dipadukan dengan program lain yang relevan, berupa dukungan sarana dan prasarana dan pemberian insentif input produksi.
Tujuan program P4T secara umum adalah mendorong pencapaian pendapatan petani sebesar US $1 per capita per hari, atau sebesar Rp 3.650.000 per capita per tahun. Penetapan $1 merupakan standar di atas garis kemiskinan menurut Bank Dunia. Sedangkan tujuan khusus adalah meningkatkan indek penanaman tanaman padi dari satu kali tanam per tahun menjadi minimal dua kali tanam per tahun; meningkatkan intensitas pemanfaatan lahan usahatani melalui teknik pertanian terpadu; dan meningkatkan pengetahuan petani agar mampu menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dari usahatani sebelumnya.
Berdasarkan data YPPT (2011), penerapan program P4T berperan secara signifikan dalam meningkatkan produksi padi dengan menerapkan budidaya sistem SRI meningkat 22,45 % per hektar, dari 4,7 ton per ha menjadi 6,76 ton per ha. Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya penerapan teknik budidaya padi
yang lebih intensif, yakni pemakaian benih unggul bermutu, pengaturan jarak tanam dan jumlah benih per lubang, serta penerapan pemupukan yang sesuai dengan rekomendasi (dosis, jenis, dan waktu). Budidaya padi dengan sistem SRI agak berbeda dengan budidaya padi dengan sistem rancah (padi sawah) maupun GORA. Kuantitas dan kualitas produksi dipengaruhi oleh tingkat intensifkasi yang diterapkan seperti pengaturan jarak tanam dan jumlah benih per lubang karena jarak tanam dan jumlah benih per lubang akan berpengaruh terhadap jumlah anakan yang akan berakibat terhadap tingkat produksi padi.
Peningkatan produksi padi berdampak pada peningkatan pendapatan sebesar Rp. 2.398.193 (109,79%). Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya penghematan (penurunan) biaya produksi sekitar Rp 529.304 per ha (9,51%) dan penghematan dalam penggunaan sarana produksi sekitar Rp 587.733 (40,35%), terutama penghematan penggunaan benih sebagai akibat dari pengaturan jarak tanam yang teratur dengan jumlah benih per lubang tanam sebanyak 2 - 3 bulir. Hal ini dapat diketahui dari perbandingan rata-rata penggunaan benih padi dengan sistem SRI pada program P4T sebesar 21,92 kg per hektar, jika dibandingkan dengan jumlah penggunaan benih padi sebelum P4T yang jauh lebih besar, yakni 208,3 kg per ha. Besarnya jumlah penggunaan benih padi sebelum program P4T karena petani menanam padi dengan cara tugal pada sistem GORA tanpa jarak tanam yang teratur dan jumlah benih per lubang yang melebihi 3 bulir per lubang (Dokumen YPPT, 2011).
Meskipun sistem SRI pada program P4T yang dilakukan sejak tahun 2002 hingga 2010 dapat meningkatkan produktifitas hasil pertanian dan pendapatan petani, namun sejak tahun 2012 tidak ada petani (termasuk petani yang sebelumnya sebagai petani dampingan P4T) yang menerapkan budidaya sistim SRI tersebut.
Pendampingan kelembagaan petani.
Pendampingan kelembagaan petani difokuskan pada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Pendampingan KSM dilakukan pada tahun 2009 - 2010 terhadap 8 unit KSM, yaitu KSM Ai Tawar di Desa Sekongkang Atas, KSM Batu Rume di Desa Sekongkang Bawah, KSM Mekar Sari di Desa Kemuning, KSM Baru Mekar di Desa Tongo, KSM Senutuk Indah di Desa Ai Kangkung, KSM Mekar Sari di Blok Bali Desa Ai Kangkung, dan KSM Sinar Pangan di Desa Tatar. Program pendampingan KSM diarahkan pada penataan administrasi dan pengembangan usaha produktif. Untuk mendukung kegiatan usaha produktif, setiap KSM mendapatkan bantuan modal usaha dari TJSP PT NNT sebesar Rp 15.000.000. Selain itu 3 KSM, yaitu KSM Ai Tawar Sekongkang Atas, KSM Baru Mekar Desa Tongo, dan KSM Mekar Sari Blok Bali Desa Ai Kangkung, mendapatkan bantuan program pendampingan kios untuk menjual kebutuhan bahan pokok dan sarana produksi pertanian bagi anggota.
Program pendampingan diarahkan pula agar KSM membangun kemitraan dengan lembaga keuangan atau perbangkan. Hal ini dilakukan agar KSM tidak tergantung dengan bantuan dana hibah dari TJSP PT NNT. Upaya ini telah berhasil menghubungkan 5 KSM yaitu, KSM Ai Tawar Desa Sekongkang Atas, KSM Batu Rume Desa Sekongkang Bawah, KSM Mekar Sari Desa Kemuning, KSM Baru Mekar di Desa Tongo, dan KSM Mekar Sari Blok Bali Desa Ai
Kangkung telah mendapatkan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia pada tahun 2010.
Program pendampingan KSM berakhir pada tahun 2010 dalam kondisi belum semua KSM mandiri, sehingga pada tahun 2014 tinggal 2 KSM yaitu KSM Batu Rume Desa Sekongkang Bawah dan KSM Mekar Sari Desa Kemuning yang masih berjalan dan mengakses dana KUR dari BRI. Ketua KSM Batu Rume Desa Sekongkang Bawah sangat berharap agar TJSP PT NNT kembali melakukan pendampingan terhadap KSM dengan mengatakan:
"Program pendampingan KSM oleh PT NNT sangat bermanfaat bagi KSM, karena bisa mendorong usaha produktif dan meningkatkan kesejahteraan anggota yang umumnya adalah wanita tani. Kami berharap PT NNT melanjutkan kembali program pendampingan sampai KSM mandiri dalam mengelolah administrasi, mengembangkan usaha produktif dan membangun jaringan."
Pendampingan penguatan kelembagaan dilakukan pula bagi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). PT NNT melakukan mendampingi 4 P3A di Kecamatan Sekongkang yaitu: P3A Bendung Plampoo Sekongkang, P3A Embung Puja Desa Tongo, P3A Senutuk Desa Ai Kangkung, P3A Tabiung Desa Tatar. Pendampingan difokuskan pada penataan administrasi, peningkatan kapasitas pengurus, pemeliharaan bendungan dan jaringan irigasi, serta pelayanan anggota.
Program pendampingan tersebut telah berhasil memperbaiki kelembagaan P3A, menghidupkan budaya besiru (gotong royong) di kalangan petani, dan meminimalisir konflik pemanfaatan air di tingkat petani, serta meningkatkan produktifitas pertanian. Seorang penyuluh pertanian Kecamatan Sekongkang yang pernah menjadi mitra PT NNT dalam pendampingan P3A mengatakan:
"Pendampingan kelembagaan P3A sangat bermanfaat dalam mendukung keberhasilan usaha tani. Pendampingan P3A sudah seharusnya menjadi perhatian semua pihak, baik pemerintah maupun swasta. Sehingga program pendampingan P3A melalui TJSP PT NNT perlu dilanjutkan, hingga P3A di Kecamatan Sekongkang memiliki kelembagaan yang tangguh dan memiliki jejaring yang luas."
Pengembangan Laboratorium Lapangan Petani (LLP)
Kecamatan Sekongkang dibangun tiga unit LLP, yaitu di Desa Sekongkang Bawah, Desa Ai Kangkung dan Desa Tatar. LLP merupakan fasilitas yang dimaksudkan untuk melakukan percobaan, tempat pertemuan, dan sebagai sumber belajar bagi petani atas inovasi baru berkaitan dengan budidaya pertanian. LLP terdiri atas sehamparan lahan dengan luas berkisar 0,6 – 1 ha yang di dalamnya dilengkapi dengan fasilitas bangunan pertemuan (30 m2), green house, bak penampungan air, lahan percobaan, mesin pompa air, dan perangkat pendukung tempat pertemuan. Sistem pengelolaan LLP dilaksanakan oleh pengurus yang dibentuk khusus dengan melibatkan kelompok tani dan masyarakat sekitar. Insentif pengelola berupa sistem bagi hasil atas lahan yang dikelola di lahan LLP tersebut.
Pengembangan LLP dimulai sejah tahun 2000 dan berakhir tahun 2010. Selama 10 tahun tersebut, berbagai kegiatan studi pengembangan pertanian
organik terpadu dilakukan, dengan harapan agar petani dapat mempraktekkan dalam kegiatan pertanian di lahannya masing-masing. LLP tersebut sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai tempat pertemuan, namun masih kurang efektif sebagai pusat belajar. Tokoh petani di Desa Ai Kangkung menjelaskan:
"Petani kesulitan untuk menerapkan apa yang dicontohkan di LLP. Hal ini disebabkan karena LLP dilengkapi dengan berbagai fasilitas, sementara petani pada umumnya memiliki keterbatasan sarana dan prasarana. Selain itu, permasalahan utama yang dihadapi petani adalah pemasaran, bukan produksi. Pada prinsipnya, penerapan inovasi baru bisa diterapkan oleh petani, selama ada jaminan pasar bagi hasil pertanian tersebut"
Penilaian berbeda diberikan oleh masyarakat penerima program, yang menganggap bahwa faktor tidak efektifnya LLP disebabkan oleh pelaksana program. Seorang petani di Desa Sekongkang Bawah mengatakan:
"Kapasitas pendamping lapangan dari LSM lokal yang menjadi mitra PT NNT tidak lebih baik dari petani; rendahnya komitmen sosial; dan proses pengelolaan program yang dinilai tidak transparan, partisipatif dan akuntabel, serta adanya kecenderungan LSM hanya memanfaatkan (mengekploitasi) keberadaan dan keberhasilan petani". LLP saat ini sudah tidak berfungsi, berbagai fasilitas tidak terpelihara bahkan LLP di Desa Ai Kangkung sudah berubah fungsi.
Pengembangan Nursery dan Prima Kultur (Kebun Percontohan)
Pengembangan nursery dan prima kultur (kebun percontohan) di bangun di Lawar Desa Sekongkang Bawah pada lahan seluas 3 Ha. Kegiatan nursery dan prima kultur bertujuan untuk menjadi "model" pengelolaan dan pengembangan lahan kering, sekaligus menjadi pusat belajar dan wisata. Di kebun percontohan tersebut dibangun berbagai fasilitas penunjang, seperti balai pertemuan, tempat pembibitan, green house, embung, lahan perkebunan horti, lahan hutan tanaman keras, fasilitas air bersih dan listrik, serta fasilitas pendukung rekreasi dan wisata.
Keberadaan kebun percontohan Lawar dinilai banyak pihak masih kurang efektif. Pemerintah Desa Sekongkang Bawah mengatakan:
"Kebun percontohan Lawar perlu dibuat grand design dan disosialisasikan ke masyarakat, sehingga tidak terkesan menghabiskan anggaran dan hanya untuk kepentingkan publikasi PT NNT ke tamu yang berkunjung. Sejauh ini, target untuk menjadikan kebun percontohan Lawar sebagai pusat belajar dan wisata masih jauh dari harapan. Hal lebih penting lainnya adalah, perlunya pelibatan pemerintah desa di dalamnya, minimal informasi terkait kegiatan apa saja yang dilakukan."
Program capacity building TJSP PT NNT di bidang pertanian banyak yang belum optimal dan tidak berlanjut. Kondisi ini menggambarkan bahwa program TJSP PT NNT tidak bersifat sustainable development. Seorang penyuluh pertanian Kecamatan Sekongkang yang pernah menjadi mitra PT NNT dalam program P4T menjelaskan:
"Program pengembangan masyarakat PT NNT di bidang pertanian banyak yang terkesan bersifat uji coba (trial and error) dan tidak fokus. Hal ini antara lain disebabkan karena kebijakan manajemen
community development yang berubah-ubah sebagai akibat dari pergantian pimpinan. Selain itu, implementasi program tidak mengacu pada renstra pengembangan masyarakat PT NNT tahun 2009 – 2013". Rachman et al. (2011) menjelaskan, pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah inti dari CSR atau TJSP yang tidak boleh dipahami secara parsial sekedar dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. CSR atau TJSP dan sustainable development pada dasarnya adalah merajut dan menggerakkan elemen people, planet, dan profit dalam satu kesatuan intervensi.
Program-program capacity building TJSP bidang pertanian yang tidak berlanjut diakui pula oleh seorang staff SR PT NNT, namun hal itu tidak dianggap sebagai sebuah kegagalan, melainkan suatu proses merubah prilaku dan kebiasaan petani.
"Tidak ada kata gagal dalam konsep pengembangan masyarakat, yang ada hanyalah proses pembelajaran untuk merubah prilaku dan kebiasaan dari pola tradisional kepada pola moderen; dari ketergantungan menjadi kemandirian. Hal ini membutuhkan waktu yang tidak singkat."
Infrastruktur Bidang Pertanian
Kurun waktu 2009 - 2013, program TJSP PT NNT di bidang pertanian bagian infrastruktur difokuskan pada pengembangan dan perbaikan saluran irigasi, serta pembangunan dan peningkatan jalan usaha tani. Sebelum tahun 2009, PT NNT telah membangun lima buah bendungan/dam/embung di Kecamatan Sekongkang, yaitu Bendungan Tabiung di Desa Tatar, Bendungan Senutuk di Desa Ai Kangkung, Bendungan Plampoo di Desa Sekongkang Atas, Embung Puja di Desa Tongo, dan Dam Tiu Sepit di Desa Tongo.
Program infrastruktur, khususnya di bidang pertanian merupakan program yang paling dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Sekongkang, sebab mayoritas masyarakat Sekongkang adalah petani dan pasca tambang PT NNT sektor pertanian akan semakin menjadi tumpuan masyarakat Sekongkang. Pembangunan bendungan/dam/embung dan irigasi bedampak langsung pada peningkatan produktifitas pertanian di Kecamatan Sekongkang. Masyarakat petani di Desa Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah, Tongo, Ai Kangkung dan Tatar tidak perlu khawatir kekurangan air pada musim tanam pertama, bahkan dibeberapa lokasi masyarakat petani bisa merasakan hasil pertanian pada musim tanam kedua dan ketiga.
Masyarakat sangat menyadari bahwa pembangunan infrastruktur pertanian tersebut akan menjadi bagian dari karya terbaik TJSP PT NNT dalam mempersiapkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Sekongkang pasca tambang. Tokoh masyarakat di Desa Sekongkang Atas menjelaskan:
”Pembangunan infrastruktur pertanian telah mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Saat ini petani sudah bisa melakukan usaha pertanian dua kali setahun, bahkan dibeberapa tempat bisa
dilakukan tiga kali. Hal yang terpenting adalah, infrastruktur pertanian tersebut menjadi bukti sejarah kepedulian PT NNT bila proses pertambangan telah berakhir. Satu saat nanti, masyarakat Sekongkang akan kembali ke lahan pertaniannya, dan mereka tidak perlu khawatir karena infrastruktur pertanian telah tersedia".
Masyarakat Sekongkang saat ini masih mengharapkan agar PT NNT membangun bendungan/dam/embung di beberapa tempat yang memiliki potensi pertanian, seperti bendungan di Desa Talonang Baru, Embung Senyur di Desa Sekongkang Bawah, dan Dam Lang Setebe di Desa Sekongkang Atas. Selain itu, masyarakatpun mengharapkan PT NNT untuk melakukan perbaikan Bendungan Plampoo dan Bendungan Tabiung, yang saat ini belum bisa secara optimal dimanfaatkan oleh masyarakat.
Program Kemitraan TJSP PT NNT dengan YOP dan YPESB
Guna mewujudkan komitmennya untuk menumbuhkan partisipasi komunitas lokal dalam upaya pengembangan masyarakat dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola sendiri sumber dayanya, maka PT NNT bersama stakeholders lainnya mendirikan Yayasan Olat Parigi (YOP) dan Yayasan Pengembangan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB). Tujuan pembentukan YOP dan YPESB adalah untuk mendukung aspirasi yang berkembang di masyarakat dan membantu mengidentifikasi serta mengelola program berbasis masyarakat.
YOP dan YPESB difasilitasi oleh PT NNT untuk mengelola sebagian dana TJSP yang harus disalurkan kepada masyarakat untuk tujuan pemberdayaan/pengembangan masyarakat di berbagai bidang, termasuk bidang pertanian dan pariwisata. Jumlah anggaran yang dikelolah YOP dan YPESB sejak tahun 2009 sampai 2013 tersaji dalam Gambar 14.
Gambar 14. Jumlah anggaran yang dikelolah YOP dan YPESB tahun 2009 sampai 2013
2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah
YOP 4,785,096,800 5,347,073,195 5,152,644,000 5,427,140,200 5,210,200,430 25,922,154,625 YPESB 1,476,974,255 2,048,633,675 2,098,906,200 5,706,699,230 6,343,799,250 17,675,012,610 TOTAL 6,262,073,064 7,395,708,880 7,251,552,211 11,133,841,442 11,554,001,693 43,597,177,290
Gambar 14 menjelaskan bahwa, dana yang dikelolah oleh YOP dan YPESB mengalami peningkatan setiap tahunnya. Total budegt YOP tahun 2009 sampai 2013 mencapai Rp. 25.922.154.625 (rata-rata Rp. 5,185 M setiap tahun), sedangkan total dana yang dikelolah oleh YPESB Rp. 17.675.012.610 (rata-rata Rp. 3,535 M setiap tahun). Untuk mengakses program dari YOP tidak sulit, karena YOP memiliki kantor perwakilan di enam kecamatan, yaitu Maluk, Taliwang, Sekongkang, Jereweh, Brang Rea dan Seteluk. Selain itu, mekanisme pengajuan program bisa dilakukan secara langsung oleh perorangan atau kelompok dengan mengajukan proposal permohonan program. Hal yang hampir sama dilakukan oleh YPESB, yang menekankan pada proses pendampingan dari hulu ke hilir.
Yayasan Olat Parigi (YOP)
YOP didirikan oleh PT NNT bersama stakeholders lainnya dalam mewujudkan komitmen PT NNT untuk menumbuhkan partisipasi komunitas lokal dalam upaya pengembangan masyarakat dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola sendiri sumber dayanya. Tujuan pembentukan YOP adalah untuk mendukung aspirasi yang berkembang di masyarakat dan membantu mengidentifikasi serta mengelola program berbasis masyarakat. Program YOP meliputi bantuan modal usaha, bantuan alat dan mesin pertanian (ALSINTAN), bantuan bibit tanaman keras dan buah, bantuan peternakan, serta bantuan perikanan.
Program unggulan YOP adalah pemberian bantuan modal usaha (microfinance) dengan sistem dana bergulir (refolving fund) bagi masyarakat dalam mengembangkan usaha produktif di berbagai bidang, seperti pertanian, pertenakan, perikanan, perkebunan, perbengkelan, pertukangan, home industry, dan lain-lain. Adanya bantuan modal usaha tersebut, masyarakat dengan mudah memperoleh bantuan modal dalam mengembangkan usahanya. Selain itu YOP menyalurkan pula bantuan ternak (kambing, sapi, dan kerbau); bantuan alat dan mesin pertanian (ALSINTAN) berupa hand tractor, mesin air, hand sprayer, dan mesin perontok padi; bantuan benih padi dan palawija; bantuan bibit tanaman hortikultura berupa mangga dan jeruk; serta bantuan bibit tanaman perkebunan berupa jati dan mahoni. Ada pula unit usaha yang menjadi unggulan YOP saat ini adalah produksi air mineral "pola mata".
Besarnya dana TJSP PT NNT yang dikelolah oleh YOP (pada tahun 2009 - 2013 rata-rata Rp. 5,185 M setiap tahunnya), sudah seharusnya mampu mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat Kecamatan Sekongkang yang merupakan target utama program TJSP PT NNT. Program YOP yang saat ini masih berjalan dan langsung ke masyarakat hanya program microfinance dengan jumlah transaksi/realisasi di Sekongkang tahun 2011 - 2013 sebanyak 377 kali dengan nilai Rp. 1.654.500.000.
Program yang bisa menjadi harapan masa depan masyarakat adalah program penanaman jati yang digulirkan pada tahun 2002 - 2012 dan air mineral "Pola Mata". Data dari Kantor Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Sekongkang menyebutkan, ada sekitar 70 ha lahan yang ditanami jati dan tersebar pada tujuh desa di Kecamatan Sekongkang. Sayangnya, unit usaha air mineral "Pola Mata" yang dibiayai dari dana TJSP tersebut, kini menjadi usaha milik pendiri YOP melalui perusahaan CV Pola Mata.
Program bantuan ternak, ALSINTAN, sarana produksi/usaha, dan modal usaha banyak yang gagal karena tidak tepat sasaran. Hal ini disebabkan karena lemahnya manajemen pengelolaan program dan terbangunnya presepsi masyarakat bahwa program YOP hanyalah sebagai alat untuk meredam gejolak sosial dimasyarakat atau “pemadam kebakaran”. Tokoh masyarakat Desa Kemuning mengatakan:
"YOP harus dievaluasi dan diaudit oleh lembaga yang independen, karena perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program tidak dilakukan secara partisipatif dan transparan. Jangankan masyarakat, pemerintah desa saja tidak mengetahui program YOP. Dikhawatirkan terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam pengelolaan dana dan program YOP. Yang harus diingat bahwa YOP didirikan dan diperuntukkan dari, oleh, dan untuk masyarakat".
Yayasan Pengembangan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB)
YPESB didirikan oleh PT NNT bersama stakeholders lainnya dalam mewujudkan komitmen PT NNT untuk menumbuhkan partisipasi komunitas lokal dalam upaya pengembangan masyarakat dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola sendiri sumber dayanya. Tujuan pembentukan YPESB adalah untuk mendukung aspirasi yang berkembang di masyarakat dan membantu mengidentifikasi serta mengelola program berbasis masyarakat.
Program unggulan YPESB adalah program agrobisnis dan agroindustri yang terintegrasi dari "hulu ke hilir". Program yang fokus dikembangkan YPESB sejak tahun 2011 adalah agrobisnis beras dan agroindustri lidah buaya. Pengembangan sektor pertanian didasarkan pada pertimbangan bahwa pertanian merupakan sumber penghidupan yang berkelanjutan dan merupakan mata perncaharian sebagian besar warga Kecamatan Sekongkang. Adapun program-program yang dilakukan adalah: penerapan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan; menyediakan sarana produksi (SAPRODI) kebutuhan petani; memastikan pembelian hasil panen sesuai harga pemerintah; pengelolaan pasca panen; serta menciptakan tatakelolah usaha yang efektif dan efisien.
Permasalahan mendasar yang umumnya dihadapi oleh petani adalah kurangnya akses pada sumber permodalan, pasar dan teknologi; serta kurangnya pengetahuan tentang budidaya pertanian yang baik, menyebabkan produktifitas