• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pt Nnt Dalam Membangun Kemandirian Ekonomi Lokal Masyarakat Sekongkang Menyongsong Pasca Tambang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pt Nnt Dalam Membangun Kemandirian Ekonomi Lokal Masyarakat Sekongkang Menyongsong Pasca Tambang."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT NNT

DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI LOKAL

MASYARAKAT SEKONGKANG MENYONGSONG

PASCA TAMBANG

ABIDIN NASAR

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT NNT dalam Membangun Kemandirian Ekonomi Lokal Masyarakat Sekongkang Menyongsong Pasca Tambang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)

ABIDIN NASAR. Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT NNT dalam

Membangun Kemandirian Ekonomi Lokal Masyarakat Sekongkang

Menyongsong Pasca Tambang. Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING dan SOFYAN SJAF.

PT Newmont Nusa Tenggara telah melakukan tanggung jawab sosial perusahaan tahun 2009 sampai 2013 mengacu pada rencana strategi pengembangan masyarakat PT NNT tahun 2009 - 2013. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, mengidentifikasi kebijakan TJSP PT NNT, menjelaskan implementasi kebijakan TJSP PT NNT dan merumuskan strategi kebijakan TJSP PT NNT. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Perancangan strategi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT (Strenghs, Weaknesses, Opportunities, dan Threats).

Hasil kajian menunjukkan bahwa TJSP PT NNT bidang pertanian pada kegiatan peningkatan kapasitas petani melalui pendampingan petani, pendampingan kelembagaan petani, pengembangan Laboratorium Lapangan Petani, serta pengembangan nursery dan prima kultur (kebun percontohan) tidak berkelanjutan. Program TJSP di bidang pariwisata belum optimal dilakukan.

Kemandirian ekonomi lokal masyarakat diukur dengan menggunakan parameter sarana prasarana, pengembangan usaha ekonomi produktif, penguatan kelembagaan, dan pengembangan pasar. Keseluruhan hasil penilaian mencapai 50,13 dengan predikat "cukup baik". Strategi kebijakan TJSP PT NNT dalam mewujudkan kemandirian ekonomi lokal masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang meliputi: kebijakan pasca tambang Pemerintah Sumbawa Barat berbasis pengembangan ekonomi lokal, kebijakan pasca tambang PT NNT yang mencakup ruang lingkup TJSP, memperkuat partisipasi para pihak, penguatan kelembagaan mitra kerja PT NNT (terutama YOP dan YPESB), dan penguatan program sustainabledevelopment.

(5)

ABIDIN NASAR. The Policy of Corporate Social Responsibility of PT NNT in Building Local Economic Development for Sekongkang District in Preparation for post-mining. Supervised by LALA M. KOLOPAKING and SOFYAN SJAF.

PT Newmont Nusa Tenggara has implemented the corporate social responsibility in 2009 through 2013 refers to community development strategic plan of PT NNT in 2009 - 2013. This study aims to analyze the Government policy of the West Sumbawa Regency, analyze the policy of CSR of PT NNT, describes the implementation of CSR of PT NNT and designing the strategy of CSR policies of PT NNT . The study used a qualitative method and for designing the strategy used a SWOT (Strenghs, Weaknesses, Opportunities, and Threats) analysis.

The findings show that PT NNT's CSR programs on agriculture capacity building through farmer assistance program, institutional assistance, and field-laboratory development activities are not sustainable. the CSR program on tourism is not optimal.

The economic independence of local society is measured by using the parameters of infrastructure, the development of productive economic activities, institutional strengthening, and market development. The overall scored reach 50.13 chategorized as " mid expectation". The strategy for PT NNT policies on CSR in achieving local economic independence (in agriculture and tourism) in preparing the community at post-mining are consisted of the local government policy on local economic development at post-mining, PT NNT policies after post-mining including CSR policies, strengthening the stakeholders participation, strengthening the foundations of YOP and YPESB, and strengthening of sustainable development program.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagaian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

KEBIJAKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT NNT

DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI LOKAL

MASYARAKAT SEKONGKANG MENYONGSONG

PASCA TAMBANG

ABIDIN NASAR

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional Pengembangan Masyarakat pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Nama : Abidin Nasar

NIM : I354120025

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS Ketua

Dr Sofyan Sjaf, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta‟ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam kajian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT NNT dalam Membangun Kemandirian Ekonomi Lokal Masyarakat Sekongkang Menyongsong Pasca Tambang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS selaku ketua komisi pembimbing, Dr Sofyan Sjaf, MSi selaku anggota komisi pembimbing dan Dr Ir Juara P. Lubis, MS selaku dosen penguji. Penghargaan penulis sampaikan pula kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, teristimewa kepada Bapak Dr KH Zulkifli Muhadli, SH MM selaku Bupati Sumbawa Barat, Dr Ir W Musyafirin MM selaku Sekretaris Daerah Sumbawa Barat dan Dr Ir Amri Rahman MS selaku Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumbawa Barat. Penghargaan yang sama disampaikan pula kepada manajemen PT Newmont Nusa Tenggara, khususnya kepada Ir H Syarifuddin Jarot selaku Manager Social Responsibility PT NNT, serta staf Program Studi Magister Pengembangan Masyarakat IPB, yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga serta rekan-rekan mahasiswa MPM IPB kelas Sumbawa Barat, atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(11)

DAFTAR TABEL xvii

DAFTAR GAMBAR xviii

DAFTAR LAMPIRAN xix

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Perumusan Masalah 4

Tujuan Kajian 5

Manfaat Kajian 5

Ruang Lingkup Kajian 6

2 PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Kerangka Pemikiran 20

3 METODE KAJIAN 23

Lokasi dan Waktu Kajian 23

Metode Kajian 23

Perancangan Strategis 26

4 PROFIL KOMUNITAS SEKONGKANG 29

Letak Geografis 29

Kependudukan 31

Struktur Sosial 32

Kelembagaan Ekonomi 35

Pola-pola Kebudayaan 38

Pola-pola Adaptasi Ekologi 39

Masalah-masalah Sosial 42

5 KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PT NNT 47

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat 47

Kebijakan TJSP PT NNT 50

6 IMPLEMENTASI TJSP PT NNT DAN KEMANDIRIAN EKONOMI

LOKAL MASYARAKAT SEKONGKANG 59

Implementasi TJSP PT NNT 59

Capaian Program TJSP PT NNT 69

Kemandirian Ekonomi Lokal Masyarakat Sekongkang 81

7 PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM 85

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal 85

Menentukan Alternatif Strategi 87

Menentukan Strategi Inti 88

Menentukan Rencana Program 90

8 SIMPULAN DAN SARAN 93

Simpulan 93

Saran 95

DAFTAR PUSTAKA 97

(12)

1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial 8 2 Fokus, kelebihan dan kelemahan PEL berdasarkan pembuat devenisi 18

3 Unsur dan jumlah informan 24

4 Jenis, teknik pengumpulan dan sumber data 25

5 Unsur dan jumlah partisipan perancangan 26

6 Matriks penyajian faktor-faktor SWOT 27

7 Matriks penyajian formulasi alternatif strategi 27

8 Matriks penyajian rencana program 28

9 Jarak desa-desa di Kecamatan Sekongkang dengan ibukota kecamatan

dan ibukota kabupaten 29

10 Luas wilayah Kecamatan Sekongkang dirinci per desa 30

11 Luas Wilayah menurut penggunaan lahan tahun 2012 di Kecamatan

Sekongkang 30

12 Penduduk Kecamatan Sekongkang berdasarkan desa dan jenis

kelamin tahun 2012 31

13 Kepadatan geografis berdasarkan desa di Kecamatan Sekongkang

tahun 2012 32

14 Daftar jenis kelompok usaha produktif berdasarkan desa di Kecamatan

Sekongkang tahun 2012 36

15 Matapencaharian utama kepala keluarga di Kecamatan Sekongkang

tahun 2012 41

16 Unsur yang terlibat dalam PRA 55

17 Komposisi SDM TJSP PT NNT menurut pengalaman kerja 62

18 Komposisi pendidikan formal SDM TJSP PT NNT 62

19 Perbandingan dana TJSP PT NNT dengan laba tahun 2009-2013 63 20 Program TJSP PT NNT bidang pertanian dan pariwisata di Kecamatan

Sekongkang tahun 2009-2013 68

(13)

1 Makna partisipasi dalam CSR atau TJSP perusahaan 9

2 Keterkaitan integratif triple bottom line 9

3 Pergeseran paradigma pembangunan dari production center development ke people center development 10

4 Aksi pengembangan dalam CSR atau TJSP 11

5 Tujuh isu utama CSR atau TJSP dalam ISO 26000 13

6 Kerangka pemikiran kajian kebijakan tanggung jawab sosial perusahaan PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal

dan masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang 20

7 Struktur TJSP PT NNT tahun 2000 sampai Maret 2013 60

8 Struktur TJSP PT NNT sejak April 2014 sampai sekarang 61

9 Total anggaran TJSP PT NNT tahun 2009 sampai 2013 63

10 Anggaran TJSP PT NNT untuk Kecamatan Sekongkang tahun 2009

sampai 2013 64

11 Total anggaran TJSP PT NNT untuk program pengembangan masyarakat bidang pertanian, YOP dan YPESB, serta program

infrastruktur bidang pertanian tahun 2009 sampai 2013 65

12 Anggaran TJSP PT NNT khusus Kecamatan Sekongkang untuk program pengembangan masyarakat bidang pertanian, YOP dan YPESB, serta program infrastruktur bidang pertanian tahun 2009

sampai 2013 65

13 Skema kemitraan program TJSP PT NNT dengan stakeholder 67

14 Jumlah anggaran yang dikelolah YOP dan YPESB sejak tahun 2009

sampai 2013 76

15 Potensi wisata Kecamatan Sekongkang 81

16 Hubungan waktu kegiatan pertambangan dan kemandirian 82

(14)

1 Peta Kecamatan Sekongkang 99 2 Misi, sasaran dan tujuan pengembangan masyarakat PT NNT tahun

2009 sampai 2014 100

3 Misi, sasaran dan tujuan TJSP PT NNT bidang pertanian dan

pariwisata 103

4 Anggaran TJSP PT NNT tahun 2009-2013 105

5 Anggaran TJSP PT NNT di Kecamatan Sekongkang tahun 2009-2013 105 6 Hasil penilaian indikator parameter kemandirian ekonomi lokal 106 7 Matrik identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang

mempegaruhi kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal masyarakat Sekongkang menyongsong

pasca tambang 107

8 Matrik formulasi alternatif strategi kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal masyarakat Sekongkang

menyongsong pasca tambang 108

9 Matrik rancangan program dan kegiatan kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal masyarakat

(15)

1

PENDAHULUAN

Pengembangan masyarakat atau community development (disingkat CD), merupakan suatu proses swadaya masyarakat yang diintegrasikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat. Tujuan dari pengembangan masyarakat adalah meningkatkan kondisi masyarakat di bidang ekonomi, sosial, politik, kultural, serta untuk mensinergikan gerakan untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa. Sebagai suatu metode atau pendekatan, pengembangan masyarakat menekankan adanya proses pemberdayaan, partisipasi, dan peranan langsung warga komunitas dalam proses pembangunan di tingkat komunitas dan antar komunitas.

Konsep CD1 digunakan secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat, seperti: pembuat kebijakan, kalangan praktisi, pelaksana program atau proyek, perusahaan, petugas sosial, dan kelompok profesional. Dalam pelaksanaan CD, terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisispasi, produktivitas dan keberlanjutan. Kontribusi dunia usaha untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorphosis, dari aktivitas yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan (Ambadar 2008).

Secara konseptual, CD merupakan konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat "people centered, participatory, empowering and sustainable" (Tahajuddin 2009). Dengan demikian perusahaan dituntut untuk tidak hanya bertanggung jawab pada pemilik perusahaan atau pemegang saham, tetapi perusahaan memiliki kontrak sosial yang efektif dengan para pemangku kepentingan (stakeholder).

Community development merupakan bagian dari ruang lingkup corporate social responsibility (disingkat CSR)2 atau tanggung jawab sosial perusahaan (disingkat TJSP). Selain CD, ruang lingkup TJSP mencakup organisasi pemerintahan (organizational govermance), hak asasi manusia (human rights), praktek tenaga kerja (labour practices), lingkungan (the environment), praktek yang adil (fair operating practices) dan issu konsumen (consumer issues) (Ife dan Tesoriero 2008).

Tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi perhatian berbagai kalangan, seperti masyarakat, pemerintah dan perusahaan. Bagi masyarakat, TJSP merupakan hak warga sekitar perusahaan untuk memperoleh manfaat dari

1

Istilah CD dipergunakan secara resmi di Inggris pada tahun 1948 untuk mengganti istilah

mass education (pendidikan massal). Tetapi sejarah perkembangannya dimulai pada tahun 1925, ketika pemerintah Inggris mengahadapi masalah yang terkait dengan tatanan hukum mereka. Kantor Pemerintah Kolonial (The Colonial Office) mengeluarkan satu memoranda yang antara lain

bertujuan “untuk mengembangkan komunitas secara utuh (to promote the advancement of

community as a whole)”, yang pada akhirnya dikenal dengan nama community development

(Tonny, 2013).

2

(16)

kehadiran perusahaan dalam meningkatkan taraf hidupnya. Bagi pemerintah, CSR dapat dilihat sebagai bagian dari partisipasi perusahaan dalam sumber pembiayaan pembangunan daerah. Sedangkang bagi perusahaan, TJSP merupakan proses internalisasi faktor-faktor eksternal yang merujuk pada triple bottom line, yaitu

people, planet dan profit. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), tetapi memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (Nasdian 2014).

Program TJSP umumnya meliputi: pengurangan kemiskinan, pelestarian lingkungan, dan pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah bagian dari upaya pengembangan perusahaan secara berkelanjutan. Pemahaman atas TJSP atau CSR tidak hanya sebatas charity, philantropy, dan community development, tetapi merupakan suatu keputusan strategis yang melibatkan semua sumber daya perusahaan atau suatu keputusan strategis yang menyeluruh (Rachman et al.

2011). Menurut Nasdian (2014), proses pemberdayaan dalam CSR atau TJSP menggunakan pola-pola partisipasi terkini, bahwa tatakelola yang baik (good governance) dalam program pembangunan menunjukkan pergeseran tipe partisipasi dari "community participation" ke "stakeholders participation".

Latar Belakang

Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Peraturan teknisnya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Hal penting dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tersebut tercantum dalam pasal 4 ayat (2) yang menyebutkan bahwa: “Rencana kerja tahunan Perseroan memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Pasal 6 dijelaskan bahwa: “Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan Perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)”.

Kelemahan dari peraturan perundang-undangan tersebut di atas, tidak merincikan bentuk-bentuk pelanggaran dan tingkatan sanksi bagi perusahaan yang tidak melaksanakan TJSP. Selain itu, tidak secara tegas menyebutkan besaran kewajiban perusahaan menyisihkan dananya untuk kegiatan TJSP, tetapi hanya berdasarkan kepatutan dan kewajaran. Hal yang lebih mengecewakan adalah, tidak dijelaskannya peran atau partisipasi pemerintah dan masyarakat sebagai pemangku kepentingan (stakeholders).

Mewajibkan TJSP bagi perusahaan yang berbasis usaha di bidang sumber daya alam merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan dan memperluas nilai tambah pengelolaan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan TJSP oleh perusahaan yang berorientasi keuntungan

(17)

Tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh PT Newmont Nusa Tenggara (disingkat PT NNT) dilakukan dalam bentuk Program CD. PT NNT merupakan perusahaan pertambangan emas dan tembaga multi nasional yang beroperasi di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Keberadaan PT NNT yang melakukan penambangan tembaga dan emas di Kecamatan Sekongkang, dan terbentuknya Kabupaten Sumbawa Barat tanggal 20 November 2004 banyak mempengaruhi sendi kehidupan masyarakat. Pembangunan di segala bidang, terutama di bidang transportasi dan komunikasi mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya interaksi sosial masyarakat Kecamatan Sekongkang.

PT Newmont Nusa Tenggara telah melaksanakan TJSP melalui program CD sejak tahun 2000. Berdasarkan Dokumen Rencana Strategis Pengembangan Masyarakat di Kecamatan Maluk, Jereweh dan Sekongkang Tahun 2009 – 2013, program pengembangan masyarakat PT NNT difokuskan pada lima bidang utama: (1) pendidikan; (2) kesehatan; (3) usaha ekonomi masyarakat; (4) pertanian, kelautan dan pariwisata; dan (5) sosial budaya dan agama (Markum dan Setiawan 2009).

Mengingat pertambangan merupakan kekayaan alam yang akan habis dan tidak dapat diperbaharui, dan kesadaran yang kuat bahwa operasional PT NNT akan berakhir pada tahun 20373, serta tingginya ketergantungan Kabupaten Sumbawa Barat pada sektor pertambangan maka perlu pemikiran dan aksi sejak dini untuk menjadikan sektor pertambangan sebagai “daya ungkit” bagi pengembangan sektor ekonomi lokal dalam mendorong kemandirian dan kesejahteraan masyarakat pasca tambang.

Mengacu pada Dokumen Rencana Strategis Pengembangan Masyarakat di Kecamatan Maluk, Jereweh dan Sekongkang Tahun 2009 – 2013; Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 - 2029 yang dalam pasal 36 ayat 1 huruf g menetapkan Lingkar Tambang Batu Hijau dan Dodo Rinti sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dengan sektor unggulan pertambangan, pertanian dan pariwisata; dan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011 - 2031 yang dalam pasal 32 ayat 2 menyebutkan Kecamatan Sekongkang sebagai bagian dari Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, pertambangan dan pariwisata, maka pengembangan ekonomi lokal yang potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Sekongkang adalah sektor pertanian dan pariwisata.

Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah, adanya konflik antara komunitas lokal dengan perusahaan sebagai mana yang telah terjadi di Buyat, Sulawesi Utara (perusahaan pertambang emas PT Newmont Minahasa Raya); Abepura, Papua (perusahaan pertambang emas PT Freeport Indonesia); Lokseumawe, Aceh (perusahaan pertambangan gas oleh PT Exon Mobil); dan Porong, Siduarjo, Jawa Timur (perusahaan pertambangan gas oleh PT Lapindo Berantas Inc), menjadi pelajaran berharga dalam meminimalisir dampak negatif dari kegiatan pertambangan PT NNT di Kabupaten Sumbawa Barat. Disisi lain, data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2010

3

(18)

menunjukan bahwa, masih ada 1.030 keluarga pra sejahtera (setara dengan 21,96%) di Kecamatan Sekongkang, Maluk dan Jereweh; yang terletak di kawasan lingkar tambang PT NNT.

Oleh karena itu, menjadi perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis sejauhmana strategi kebijakan tanggung jawab sosial perusahaan PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal (sektor pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang?

Perumusan Masalah

Pemerintah merupakan salah satu stakeholder utama TJSP. Berdasarkan ISO26000, stakeholder diartikan sebagai individu atau kelompok yang memiliki kepentingan akan tindakan atau keputusan perusahaan. Rachman et al. (2011) menjelaskan bahwa, posisi pemerintah terhadap TJSP berkaitan erat dengan kedudukan pemerintah, yaitu: pertama, sebagai pemilik kewenangan mengatur (regulator). Pemerintah memiliki kewenangan mengeluarkan izin operasional dan kewenangan memonitor pelaksanaan izin tersebut, serta berwenang mengeluarkan sertifikat kelayakan atau kompetensi dan sertifikat level ketundukan (complay) pada regulasi. Kedua, sebagai penanggung jawab pembangunan, leader, inisiator atau dinamisator pembangunan. Pemerintah memiliki kapasitas untuk memobilisasi sumber daya dalam pembangunan. Oleh karena itu, posisi pemerintah menjadi sangat strategis terutama yang berhubungan dengan pengembangan kebijakan yang menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku TJSP, serta penciptaan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi. Oleh karena itu menjadi perlu untuk diketahui bagaimana strategi kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam membangun kemandirian masyarakat menyongsong pasca tambang?

Memperoleh CSR atau TJSP yang dapat memberi manfaat maksimal bagi perusahaan, pemerintah dan masyarakat, dibutuhkan kebijakan yang dijadikan sebagai kunci agar proses transformasi sosial ekonomi masyarakat terarah, realistis, sistematis, dan hasil akhirnya mengakomodir kepentingan semua pihak. Tahajuddin (2009) menjelaskan, kebijakan merupakan bagain dari pedoman dalam memberi arah pelaksanaan program. Penting harus diperhatikan dalam menetapkan kebijakan adalah mekanisme penyusunan kebijakan tersebut dan kesesuaiannya dengan aturan (regulasi) yang ada. Sehingga perlu untuk diketahui kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal (sektor pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang?

(19)

Karakteristik program TJSP dibedakan menjadi tiga: charity, yaitu program TJSP yang misinya diarahkan untuk mengatasi masalah sesaat; philantrophy,

yaitu program TJSP yang misinya mencari dan mengatasi akar masalah, dan

corporate citizenship, yang misinya memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui partisipasi semua stakeholders (Rachman et al. 2011). Dalam laporan hasil evaluasi dan perencanaan strategis kerja sama PT NNT dengan Mitra Samaya dijelaskan bahwa, pelaksanaan program pengembangan masyarakat oleh PT NNT, bukan sekedar menggugurkan kewajiban, namun menjadi kebutuhan bagi perusahaan, yang diharapkan menjadi investasi sosial jangka panjang yang berguna dalam meningkatkan citra perusahaan di mata publik dan investor, serta sebagai strategi bisnis dan pengendalian resiko sosial (sosial risk managemen)

perusahan. Hal yang lebih penting adalah terwujudnya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di sekitar perusahaan. Untuk itu, perlu diketahui sejauhmana hasil TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal (sektor pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang?

Tujuan Kajian

Tujuan umum kajian ini adalah untuk merumuskan strategi kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal (sektor pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang pada era pasca tambang. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam membangun kemandirian masyarakat menyongsong pasca tambang;

2. Mengidentifikasi kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal (sektor pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang;

3. Mengkaji implementasi kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal (sektor pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang; dan

4. Mengkaji hasil TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal (sektor pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang.

Manfaat Kajian

Hasil kajian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan sumbangsih pemikiran bagi para pihak, khususnya kepada:

1. Kalangan PT NNT. Kajian ini sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan TJSP yang berbasis pengembangan ekonomi lokal menyongsong pasca tambang.

(20)

3. Kalangan akademisi dan peneliti. Kajian ini memberikan khasanah keilmuan yang terkait dengan konsep TJSP, pemberdayaan masyarakat dan ekonomi lokal.

4. Kalangan masyarakat. Kajian ini sebagai solusi dalam mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat, sebagai hak dari program TJSP yang berbasis ekonomi lokal.

Ruang Lingkup Kajian

(21)

2 PENDEKATAN TEORITIS

Pada bab ini memuat tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. Tinjauan pustaka yang digunakan memuat telaah singkat, jelas, dan sistematis tentang TJSP atau CSR dalam bingkai pengembangan masyarakat atau CD, kebijakan TJSP atau CSR, praktek TJSP atau CSR di Indonesia, dan ekonomi lokal. Sedangkan kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan kajian dan merupakan argumentasi dalam merumuskan masalah kajian.

Tinjauan Pustaka

TJSP dalam Bingkai Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat (community developmen) merupakan suatu metode yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya. Secara khusus pengembangan masyarakat berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, gender, jenis kelamin, usia dan kecacatan. Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memilki kesamaan minat bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Suharto 2005). Kartasasmita (1996) mengemukakan bahwa memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan demikian memberdayakan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Keberdayaan masyarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat untuk bertahan, dan mengembangkan diri untuk mencapai kemajuan. Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dengan pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan, tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan. Konsep ini juga mencoba untuk melepaskan diri dari perangkap “zero-sum game” dan

trade-off”.

Pengembangan masyarakat menggambarkan makna yang penting dari dua konsep: community bermakna kualitas hubungan sosial dan development

bermakna perubahan ke arah kemajuan yang terencana dan bersifat gradual.

Community development digunakan sebagai cara untuk memperbaiki pelayanan dan fasilitas publik, menciptakan tanggung jawab pemerintah lokal, meningkatkan partisipasi masyarakat, memperbaiki kepemimpinan, membangun kelembagaan baru, melaksanakan pembangunan ekonomi dan fisik, serta mengembangkan perencanaan fisik dan lingkungan (Nasdian 2014).

(22)

1. Sebagai suatu “proses”, menggambarkan bahwa pengembangan masyarakat sebagai suatu proses bergerak dalam tahapan-tahapan, dari suatu kondisi atau keadaan tertentu ke tahap-tahap berikutnya, yakni mencakup kemajuan dan perubahan dalam arti kriteria terspesifikasi. 2. Sebagai suatu “metode”, menggambarkan bahwa pengembangan

masyarakat sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan dengan cara sedemikian rupa sehingga beberapa tujuan dapat dicapai.

3. Sebagai suatu “program”, menggambarkan bahwa pengembangan masyarakat dinyatakan sebagai suatu gugus prosedur dan isinya dinyatakan sebagai suatu daftar kegiatan. Sebagai suatu program, pengembangan masyarakat berhubungan dengan bidang-bidang subjek yang khas, seperti kesehatan, kesejahteraan, pertanian, industri, dan rekreasi. Dengan demikian fokusnya adalah pada kegiatan-kegiatan.

4.

Sebagai suatu “gerakan”, menggambarkan bahwa pengembangan masyarakat merupakan suatu perjuangan, sehingga ini menjadi alasan yang membuat orang-orang mengabdi.

Ife dan Tesoriero (2008) menjelaskan bahwa pengembangan masyarakat sebagai suatu perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas: (1) komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan; (2) mensinergikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait (related parties), dan partisipasi warga; (3) membuka akses warga atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga; dan (4) mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan gagasan warga komunitas.

Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial yang pernah diungkapkan oleh Zaidi (2003) seperti dikutip Nasdian (2014) tersaji dalam Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial

Paradigma Charity Philanthropy Good Corporate

Citizenship (GCC)

Motivasi Agama, tradisi dan adaptasi

Norma, etika dan hukum universal

Pencerahan diri dan reaksional dengan ketertiban sosial

Misi Mengatasi

masalah setempat

Mencari dan mengatasi akar masalah

Memberi kontribusi kepada masyarakat

Pengelolaan Jangka pendek dan mengatasi masalah sesaat Terencana, terorganisir dan terprogram Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan

Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/dana abadi/profesionalitas

Keterlibatan baik dana maupun sumber daya lain

Penerima Manfaat

Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan

Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial dan pembangunan), serta keterlibatan sosial Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama

(23)

Nasdian (2014) menjelaskan, pengembangan masyarakat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial yang diimplementasikan perusahaan dalam prespektif pemberdayaan, didesain berlandaskan pada "the empowerment is road to participation". Kebijakan ini merupakan suatu upaya pemberdayaan yang diharapkan mampu menumbuhkan dan meningkatkan tidak hanya partisipasi masyarakat (community participation), tetapi juga menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi multipihak (stakeholders participation) (Lihat Gambar 1)

Gambar 1. Makna partisipasi dalam CSR atau TJSP perusahaan

Rachman et al. (2011) menjelaskan, CSR atau TJSP sangat erat hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yang diartikan sebagai proses pembangunan (lahan kota, bisnis, masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang dengan tidak mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga kebijakan mendasar, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan yang digambarkan oleh Jhon Elkington dalam bagan triple bottom line sebagai pertemuan dari tiga pilar pembangunan, yaitu orang, planet, dan keuntungan yang merupakan tujuan pembangunan (Lihat Gambar 2).

Gambar 2. Keterkaitan integratif triple bottom line

Dalam konteks pembangunan, CSR atau TJSP tidak hanya berorientasi pada produksi, tetapi CSR atau TJSP harus berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup warga komunitas. Oleh karena itu, CSR atau TJSP perusahan perlu dikonstruksikan dalam suatu kerangka pergeseran paradigma dari

Ekonomi

Profit

Lingkungan

Planet

Sosial

People

Pengembangan berkelanjutan harus didukung oleh komitmen yang seimbang antara ekonomi, sosial, dan lingkungan

Bentuk tanggung jawab perusahaan pada pemegang saham, yaitu profit

Tanggung jawab perusahaan agar menjaga kemampuan lingkungan dalam mendukung keberlanjutan kehidupan bagi generasi berikutnya Kehadiran perusahaan harus memberikan manfaat pada stakeholder dan masyarakat secara luas

Sustainable Development

Partisipasi Partisipasi

Partisipasi

Program CSR 1 Kebijakan CSR 2

Respon Masyarakat

Swadaya Masyarakat

1

2 Masyarakat Pemerintah

(24)

"production center development" ke "people center development". Dengan demikian, aksi CSR atau TJSP yang sebelumnya dirincikan dengan implementasi prinsip-prinsip sentralisasi, mobilisasi, penaklukan, eksploitasi, hubungan fungsional, nasional, ekonomi konvensional, dan unsustainable; menjadi prinsip-prinsip desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring sosial, teritorial, ekonomi lokal, dan sustainable (Nasdian 2014) (Lihat Gambar 3).

Gambar 3. Pergeseran paradigma pembangunan dari production center development ke people center development.

Syarat utama untuk menjalankan program CSR atau TJSP sebagai bagian dari tatakelola CSR atau TJSP yang lebih baik adalah dengan menerapkan prinsip transparansi, partisipatif dan akuntabilitas. Secara garis besar, transparansi bisa didefenisikan sebagai upaya mendorong keterbukaan dalam berbagai hal melalui keterlibatan dari para pemangku kepentingan untuk merencanakan, menjalankan dan mengevaluasi suatu aktivitas atau kegiatan secara transparan. Sementara itu, partisipatif merupakan upaya untuk melibatkan masyarakat atau seluruh komponen untuk menentukan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi bersama-sama suatu program CSR atau TJSP yang akan dilaksanakan. Adapun akuntabilitas dalam konsep CSR atau TJSP merujuk pada pertanggungjawaban vertikal melalui rantai komando tertentu dan pertanggungjawaban kepada pihak eksternal seperti masyarakat, konsumen atau kelompok tertentu. Jika kondisi ini tercipta, maka kepercayaan sebagai modal sosial dapat ditumbuhkan dan akan terjalin antar dan inter para pemangku kepentingan (Ambadar 2008).

Menurut Lubis (2012) seperti dikutip dalam Nasdian (2014) menjelaskan bahwa proses-proses pemberdayaan dalam CSR atau TJSP diimplementasikan dalam lima komponen aksi sebagai berikut (Lihat Gambar 4): (1) advokasi (advocacy), yaitu upaya mengubah atau mempengaruhi prilaku penentu kebijaksanaan agar berpihak pada kepentingan publik melalui penyampaian pesan-pesan yang didasarkan pada argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, legal, dan moral; (2) pengorganisasian komunitas (community organizing), agar masyarakat mempunyai arena untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan atas masalah di sekitarnya, sehingga masyarakat mampu menemukan sumberdaya yang dapat mereka manfaatkan; (3) pengembangan jaringan (networking atau alliance building), artinya menjalin kerjasama dengan pihak lain (individu, kelompok, dan atau organisasi) agar bersama-sama saling

Production Center

People Center Development

 Desentralisasi

 Partisipasi

 Pemberdayaan

 Pelestarian

 Jejaring Sosial

 Teritorial

 Keswadayaan Lokal

Sustainable

 Sentralisasi

 Mobilisasi

 Penaklukan

 Eksploitasi

 Hubungan Fungsional

 Nasional

 Ekonomi Konvensional

(25)

mendukung untuk mencapai tujuan; (4) pengembangan kapasitas (capacity building), yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat di segala bidang; dan (5) komunikasi, informasi dan edukasi, menyangkut proses pengelolaan informasi, pendidikan masyarakat, dan penyebaran informasi untuk mendukung komponen lainnya.

Gambar 4. Aksi pengembangan dalam CSR atau TJSP

Rachman et al. (2011) menjelaskan ada empat motif perusahaan melakukan CSR atau TJSP: (1) kewajiban moral, artinya meraih keberhasilan komersial dengan tetap menghormati nilai-nilai etika; (2) keberlanjutan, artinya memenuhi kebutuhan saat ini dengan tidak mengabaikan kebutuhan masa datang; (3) izin operasi, artinya membangun "citra" untuk menjamin persetujuan pemerintah dan pemangku kepentingan; dan (4) reputasi, artinya agenda CSR atau TJSP didasarkan pada motif menaikan brand dan reputasi kepada konsumen, investor dan karyawan. Berdasarkan motif CSR atau TJSP tersebut, maka perilaku pelaksanaan CSR atau TJSP memiliki empat corak, yaitu: (1) tidak fokus, (2) reaktif, (3) berorientasi pada pemeringkatan (rangking oriented), dan (4) meningkatkan citra untuk kehumasan.

Kebijakan TJSP

Dasar hukum pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan bagi perusahaan diatur dalam Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. Pada Bab V yang memuat tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dalam Pasal 74 menyebutkan bahwa: (1) perseroan terbatas yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan; (2) tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai mana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran; (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai peraturan perundang-undangan; dan (4) ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan

Advokasi

Pengorganisasian Komunitas

Pengembangan Jaringan Pengembangan

(26)

pemerintah. Dalam penjelasan pasal 74 ayat (1) tersebut ditegaskan bahwa kewajiban TJSP ini bertujuan untuk menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Kewajiban TJSP bagi perusahaan diatur pula dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang disahkan pada tanggal 26 April 207. Pada pasal 15 disebutkan bahwa, “setiap penanam modal berkewajiban: (a) menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; (b) melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan; (c) membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikan kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; dan (d) mematuhi semua peraturan perundang-undangan. Dalam Penjelasan pasal 15 huruf (b) menegaskan bahwa, “yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkung, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat”. Sedangkan pasal 34 menjelaskan tentang sanksi bagi perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana disebutkan dalam pasal 15. Sanksi tersebut berupa: (a) peringatan tertulis; (b) pembatasan kegiatan usaha; (c) pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau (d) pencabutan kegiatan usaha dan atau fasilitas penanaman modal.

Peraturan teknis yang diamanahkan oleh pasal 74 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, telah pula ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 4 April 2012 dalam bentuk Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Hal penting yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tersebut tercantum dalam pasal 4 ayat (2) yang menyebutkan bahwa: “Rencana kerja tahunan Perseroan memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Sedangkan dalam pasal 6 dijeaskan bahwa: “Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan Perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)”.

Rachman et al. (2011) menjelaskan bahwa, CSR atau TJSP saat ini ditandai dengan adanya inisiatif standar secara internasional dalam benuk ISO, yaitu ISO 26000; yang menyatakan bahwa CSR atau TJSP adalah bentuk kepedulian sosial perusahaan yang menjadi aspek penting dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan disamping isu kualitas (ISO 9000) dan lingkungan (ISO 14000). Isu-isu utama dalam ISO 26000 dalam merencanakan CSR atau TJSP adalah (Lihat Gambar 5):

1. Tata kelola organisasi, meliputi kepatuhan pada hukum, akuntabilitas, transparansi, kode etik, pengenalan profil, dan minat stakeholder.

2. Hak asasi manusia, meliputi hak sipil dan politik, hak sosial, ekonomi, budaya, dan kelompok rentan, serta hak dasar dalam bekerja.

3. Aktivitas tenaga kerja, meliputi pekerja dan hubungan antar-pekerja, kondisi kerja dan perlindungan sosial, dialog sosial, kesehatan dan keamanan kerja, serta sumber daya manusia.

(27)

5. Aktifitas operasi yang fair, meliputi anti korupsi dan anti suap, pelibatan tanggung jawab politik, kompetisi yang fair, dan promosi tanggung jawab sosial melalui rantai pasok.

6. Isu konsumen, meliputi marketing yang fair, praktik perjanjian, perlindungan keamanan dan kesehatan konsumen, privasi dan pengembangan produk dan jasa yang memberi manfaat sosial dan lingkungan, layanan konsumen, penyelesaian perselisihan, privasi dan perlindungan data konsumen, akses pada produk dan servis utama, konsumsi berkelanjutan, serta pendidikan dan kepedulian.

7. Kontribusi pada komunitas dan masyarakat, meliputi melibatkan komunitas, kontribusi pada pengembangan ekonomi, dan kontribusi pada pengembangan sosial.

Gambar 5. Tujuh isu utama CSR atau TJSP dalam ISO 26000

ISO 26000 adalah standar internasional untuk tanggung jawab sosial dan bersifat guideline (pedoman), sehingga perusahaan harus mengembangkan strategi dan program CSR atau TJSP berdasarkan kondisi obyektif internal dan eksternal perusahaan. Tanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari keputusan dan aktifitasnya pada masyarakat dan lingkungan melalui perilaku etis dan transparan dalam berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, seperti kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan ekspektasi pemangku kepentingan, mentaati peraturan dan perundangan yang berlaku serta konsisten dengan norma perilaku internasional, dan terintegrasi dalam organisasi dan diimplementasikan pada seluruh aktifitas organisasi (Rachman et al. 2011)

Praktek CSR di Indonesia

Sebagai bahan rujikan untuk mengetahui praktek CSR atau TJSP di Indonesia, berikut diuraikan praktek CSR atau TJSP di PT Indo Tambangraya Megah (PT ITM), PT Holcim Indonesia Tbk (PT HIL) Pabrik Narogong, PT Aneka Tambang (PT ANTAM) dan PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT).

ITM: Masyarakat sebagai Mitra Perusahaan

PT Indo Tambangraya Megah (ITM) menyadari bahwa operasional perusahaan tidak bisa lepas dari peran masyarakat yang diyakini akan

CSR

Tata Kelola Organisasi

Hak Asasi Manusia

Aktifitas Tenaga Kerja

Lingkungan Operasional

yang Fair Isu Konsumen

(28)

meningkatkan performa dan daya saing perusahaan. Pada awalnya, ITM melibatkan masyarakat dalam program pengembangan masyarakat. Program yang dalam core subject ISO 26000: guidance on social responsibility, dinamakan dengan core community involvement and development (CID), yaitu upaya ITM untuk menjadikan masyarakat sebagai mitra perusahaan. Program CID dirancang agar masyarakat dapat terlibat dalam menyampaikan gagasan mengenai pengembangan daerahnya yang tertuang dalam community action plan (CAP). Perpaduan antara suara masyarakat, pemerintah dan visi perusahaan terjadi dalam Forum Konsultasi Masyarakat (FKM) (Rachman et al. 2011).

Lebih lanjut Rachman et al. (2011) menjelaskan, aksi CID ITM da FKM diwujudkan dalam program-program yang dikelompokkan menjadi tiga kategori.

Pertama adalah program pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan bisnis lokal, pendirian lembaga keuangan mikro, pelatihan kewirausahaan, dan perbaikan infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi. Kedua adalah aktifitas pembangunan sosial yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pengadaan fasilitas kesehatan dan pendidikan maupun program-program pelestarian buadaya dan kesenian lokal. Ketiga adalah pelestarian lingkungan, terutama dukungan pada Taman Nasional Kutai, pendidikan lingkungan untuk anak-anak, program kesadaran lingkungan dan program penghijauan.

Hasil kerja keras dan pelibatan masyarakat, pada tahun 2010 ITM menerima penghargaan Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM) dari Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Corporate Forum for Community Development (CFCD).

HIL: Komitmen sebagai mitra stakeholders

PT Holcim Indonesia Tbk (HIL) Pabrik Narogong, menjadikan CSR atau TJSP sebagai komitmen HIL untuk bekerja sebagai mitra bagi para pemangku kepentingan dan memelihara hubungan yang dilandasi saling menghargai dan saling percaya. Hal ini dituangkan dalam slogan HIL yaitu “membangun bersama”. Sebagai mitra masyarakat desa, CSR atau TJSP HIL ingin berperan sebagai motivator yang menumbuhkan inisiatif, partisipasi dan keswadayaan dari masyarakat dan stakeholders lainnya agar berlangsung pembangunan yang berkelanjutan. Dalam kebijakannya HIL memiliki struktur tatakelola yang memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan, mengelola resiko bisnis, menjaga nama baik dan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat termasuk kesejahteraan warga sekitar dan lingkungan.

PT HIL telah melaksanakan CSR atau TJSP dengan berpedoman kepada visi dan misi perusahaan serta “Enam Pilar CSR” yang meliputi: (1) business conduct; (2) employment practice; (3) occupational health and safety; (4)

(29)

Program CSR atau TJSP HIL dalam Periode 2006-2010 meliputi: (1) infrastruktur, yang meliputi pembuatan jalan, drainase, pembangunan kantor desa, gedung sekolah, fasilitas olahraga dan tempat ibadah; (2) pemberdayaan ekonomi, yakni dana bergulir (revolving fund) untuk peternakan (ayam, kambing), pertanian, persewaan traktor, paving block, usaha, jasa, warung, perdagangan, bengkel motor, dan lain-lain; (3) pendidikan, berupa beasiswa yang diberikan kepada anak-anak yang tergolong kurang mampu dari tingkat SD, SMP dan SMA. Program EVE yang bekerjasama dengan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ); dan (4) aspek sosial, yang terdiri dari posyandu, penyuluhan kesehatan, penyuluhan hukum, khitanan masal, pelatihan las, pemberian paket lebaran, dana santunan untuk anak yatim piatu, hewan kurban, dan pembinaan pemuda.

Pola pelaksanaan CSR atau TJSP yang dilakukan HIL diawali dengan pelaksanaan Forum Komunikasi Masyarakat (FKM) baik di aras desa dan aras kecamatan setiap tahunnya. Tujuan pelaksanaan Forum Komunikasi Masyarakat (FKM) ini yaitu untuk berdialog secara langsung dengan aparat dan perwakilan warga desa seperti kepala desa, kepala dusun, ketua RW/RT, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda dan masyarakat umum mengenai program kemitraan HIL. Kegiatan yang dilakukan selama FKM ini diantaranya pemaparan semua program kemitraan HIL yang telah dan sedang dilakukan pada tahun tersebut di seluruh desa mitra. Selain itu dilakukan juga diskusi kendala yang dihadapi selama implementasi program kemitraan pada tahun tersebut berikut rencana program kemitraan di tahun selanjutnya.

ANTAM: Meningkatkan Daya Saing Melalui CSR atau TJSP

PT Aneka Tambang (ANTAM) menyadari penuh bahwa CSR atau TJSP memiliki dimensi luas dan penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Karenanya, core subject ISO 26000 menjadi hal penting sebagai tanggungjawab sosial perusahaan yang harus dijalankan dengan baik yang tertuang dalam dokumen komitmen dan pelaksanaan sebagai berikut (Rachman et al. 2011):

1. Hak Asasi Manusia (human rights). ANTAM menempatkan HAM sebagai nilai universal yang sepatutnya dihormati, diakui dan ditegakkan oleh segenap pemangku kepentingan.

2. Ketenagakerjaan (labour practices). Pembentukan sumber daya manusia (SDM) ditujukan pada pembentukan insan ANTAM yang memiliki komitmen, kompetensi dan unjuk kerja terbaik guna mendukung pencapaian visi perusahaan dengan menetapkan sasaran strategis Human Capital (HC) Excellence sebagai dasar pengelolaan SDM dengan atribut BEST yang meliputi Beyond expectations, Environment awarenes, dan Syinergized parTnership, yang dibangun dari nilai-nilai yang dianut Insan ANTAM yang tercakup dalam PIONER (professionalisme, Integrity, glObal mentality, harmoNy, ExcEllence, Reputation), dan atribut kepemimpinan Insan ANTAM yang tertuang dalam SENSE (Speed, Energize, reSpect, courangE).

(30)

Associaton (LBMA), yaitu kellayakan produk untuk dijual pada tingkat nasional dan internasional. Untuk menjaga kualitas dan mengukur kepuasan konsumen, setiap tahun ANTAM mengadakan penilaian kepuasan pelanggan melalui Coustomer Satisfaction Index (CSI).

4. Tanggung jawab lingkungan. Komitmen pengelolaan lingkungan yang baik telah mengantarkan ANTAM berhasil memperoleh penghargaan Peringkat PROPER Hijau untuk unit bisnis pertambangan emas di Pongkor, Jawa Barat, dan Peringkat PROPER Biru untuk unit bisnis pertambangan nikel di Sulawesi Tenggara, pertambangan nikel Maluku Utara, serta pengolahan dan pemurnian logam mulia. PROPER Hijau menggambarkan bahwa ANTAM berhasil menerapkan pengelolaan lingkungan melebihi persyaratan peraturan yang telah ditetapkan, melakukan konservasi dan pemberdayaan sumber daya melalui prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle dan Recovery), serta mengimplementasikan program CSR atau TJSP dengan baik. PROPER Biru berarti ANTAM telah mentaati semua kententuan dan kriteria peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Masyarakat (community). ANTAM secara aktif melakukan program pemberdayaan masyarakat yang telah direncanakan secara terperinci dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di setiap awal tahun, yang difokuskan pada memandirikan masyarakat dalam jangka panjang melalui pengembangan ekonomi lokal, program kesehatan dan pendidikan.

NNT: Mewujudkan Masyarakat Sehat, Cerdas, Mandiri, Sejahtera dan Religius PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) merupakan perusahan yang bergerak dibidang penambangan emas dan tembaga yang beroperasi di wilayah Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat. PT NNT mengawali aktifitas eksplorasi di Kecamatan Sekongkang pada tahun 1986 yang kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan Kontrak Karya Generasi Keempat antara PT NNT dengan Pemerintah Republik Indonesia tanggal 2 Desember 1986. Bertepatan dengan tanggal 1 Maret 2000 PT NNT muali melakukan aktifitas produksi perdananya.

(31)

masyarakat di sekitar lokasi pariwisata melalui beberapa program antara lain: bantuan peralatan dan sarana produksi pertanian dan nelayan, peningkatan nilai tambah produk, optimalisasi pengelolaan pariwisata dan promosi pasar; dan (5) sosial budaya dan agama, bertujuan untuk mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai, seni dan budaya yang ada di masyarakat sebagai upaya mewujudkan harmonisasi kehidupan bermasyarakat.

Proses perencanaan program pengembangan masyarakat PT NNT sebagai masukan (input) program mengacu pada hasil-hasil kajian partisipatif yang dilakukan dalam bentuk:

1. Pelaksanaan PRA (Participatory Rural Appraisal) pada lima desa (Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah, Tongo, Ai Kangkung dan Tatar) di Kecamatan Sekongkang pada tahun 2001 dan 2002;

2. Pelaksanaan PWR (Participatory Wealth Ranking) di tiga kecamatan lingkar tambang (Sekongkang, Maluk dan Jereweh) pada tahun 2003;

3. Pelaksanaan ZOPP dan Future Search Dialog (menggagas masa depan) Pendidikan di tiga kecamatan lingkar tambang (Sekongkang, Maluk dan Jereweh) pada tahun 2008.

Pembangunan dan Kemandirian Ekonomi Lokal

Menurut World Bank, ekonomi lokal sebagai proses yang dilakukan secara bersama oleh pemerintah, usahawan, dan organisasi non pemerintah untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di tingkat lokal. Blakely and Bradshaw mendefenisikan ekonomi lokal sebagai proses dimana pemerintah lokal dan organsisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan

(32)
[image:32.595.102.490.101.801.2]

Tabel 2. Fokus, kelebihan dan kelemahan PEL berdasarkan pembuat devenisi No Pembuat

Devenisi

Fokus Kelebihan Kelemahan

1. The World Bank  Meningkatkan daya saing  Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan  Meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi

 Berorientasi pada pemerataan

 Berorientasi bukan hanya pada tujuan yaitu pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, tetapi juga pada proses.

Tidak dijelaskan:

 Aspek kelokalannya

 Kelayakan lapangan kerja

 Bagaimana proses pelibatan stakeholder

tersebut, apakah harus partisipatif atau tidak

 Aspek lokasi dimana PEL tersebut dilaksanakan 2. Blakely and

Bradshaw

 Menciptakan lapangan pekerjaan

 Berorientasi bukan hanya pada tujuan, tetapi juga pada proses.

Tidak dijelaskan:

 Kelayakan lapangan kerja

 Keberlanjutan dari penciptaan lapangan pekerjaan tersebut

 Pemerataan aspek kelokalannya

 Bagaimana proses pelibatan stakeholder

tersebut, apakah harus partisipatif atau tidak

 Tidak menjelaskan aspek lokasi 3. ILO  Proses harus

partisipatif

 Lokasi PEL pada wilayah tertentu  Menciptakan lapangan pekerjaan yang layak  Merangsang kegiatan ekonomi

 Berorientasi pada

output dan proses

 Pelibatan

stakeholder harus partisipatif

 Sifat kelokalan ditunjukan dari penggunaan sumber daya

 Aspek lokasi ditunjukkan bahwa PEL dilakukan pada wilayah tertentu Tidak menjelaskan:  Keberlanjutan pembangunan

 Aspek pemerataan

 Aspek lokasi dimana PEL tersebut dilaksanakan atau terjadi

4. A. H. J. Helming

 Kemitraan antar

stakeholder

 Kontrol lokal

 Merangsang pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan

 Berorientasi pada

output dan proses

 Sifat kelokalan ditunjukan dari penggunaan sumber daya

 Aspek lokasi ditunjukkan bahwa PEL dilakukan pada wilayah tertentu Tidak menjelaskan:  Keberlanjutan pembangunan

 Aspek pemerataan

 Bagaimana proses pelibatan stakeholder

tersebut, apakah harus partisipatif atau tidak

 Kelyakan lapangan kerja tersebut

(33)

Berdasarkan analisis terhadap kelebihan dan kelemahan dari beberapa definisi tentang ekonomi lokal, dan penyesuaian terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, maka ekonomi lokal dapat didefinisikan sebagai usaha mengoptimalkan sumber daya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha (swasta), masyarakat lokal dan kelembagaan masyarakat untuk mengembangkan ekonomi pada suatu wilayah.

Kemandirian ekonomi berhubungan erat dengan pembangunan ekonomi lokal yang merupakan ujung tombak pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Noorsy (2007) menyatakan bahwa lawan dari kemandirian ekonomi adalah ekonomi terjajah yang diukur melalui lima indikator, yaitu: (1) kepemilikan sumberdaya, produksi dan distribusi; (2) bagaimana suatu bangsa atau wilayah memenuhi kebutuhan sektor pangan, energi, keuangan, dan infrastruktur; (3) pasar domestik untuk kebutuhan primer dan sekunder dipasok siapa dan siapa yang mendominasi; (4) apakah suatu pemerintahan mempunyai kemerdekaan dan kebebasan mengambil kebijakan ekonomi dan terlepas dari pengaruh penguasa ekonomi luar; dan (5) bagaimana sumber-sumber pendanaan memberikan hak-hak ekonomi sosial budaya.

Kemandirian lokal adalah suatu upaya warga komunitas dan lokalitas mencari atau berusaha menggunakan sumberdaya dan kapital sendiri apabila memungkinkan daripada menyandarkan diri pada bantuan luar. Hal ini ditujukan pada berbagai bentuk sumberdaya dan kapital, baik berupa human capital, physical-natural capital, cultural capital, dan social capital. Kemandirian merupakan prinsip kunci dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan sumberdaya dan kapital tersebut untuk menciptakan proses pembangunan yang berkelanjutan dengan berusaha menggunakan potensi lokal. Dalam kerangka otonomi daerah, penyelenggaraan pembangunan daerah tidak semata-mata menjadi tanggung-jawab Pemerintah Daerah, tetapi juga berada di pundak masyarakat secara keseluruhan termasuk perusahaan sebagai salah satu stakeholder (Basri 2006).

Kemandirian ekonomi dapat dimulai dari pembangunan ekonomi lokal atau

Local Economic Development (disingkat LED). Khomsiyah (2012) menjelaskan LED sangat terkait dengan sikap dan langkah pemerintah lokal dalam merancang dan melaksanakan reorientasi pembangunan yang meliputi: pertama,

pembangunan diprioritaskan ke pedesaan, mengingat populasi terbesar masyarakat Indonesia berada di pedesaan. Pembangunan perkotaan lebih diarahkan untuk mendukung perekonomian perdesaan; kedua, pengembangan kapasitas SDM pedesaan secara intens dan peningkatan produktivitas masyarakat melaluiteknologi madya dan pemerataan penguasaan alat produksi; ketiga,

pengembangan industrialisasi perdesaan yang berorientasi pemenuhan kebutuhan pasar domestik ataupun pasar luar; dan keempat, penataan kembali usaha budidaya pertanian agar bisa memenuhi skala yang ekonomis.

(34)

pemerintah daerah, pengusaha lokal dan lainnya. Masalahnya adalah bagaimana memobilisasi potensi-potensi kelembagaan tersebut dan menjadikannya sebagai faktor pendorong pengembangan wilayah.

Sedangkan Ma'rif dan Samsul (2002) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi lokal, berarti bekerja secara langsung membangun kekuatan ekonomi lokal suatu wilayah untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan kualitas hidup masyarakat dimasa depan. Kesuksesan dari komunitas tersebut hari ini, tergantung pada seberapa besar mereka bisa mengadaptasi perubahan cepat dari lingkungan pasar nasional maupun internasional.

Kerangka Pemikiran

[image:34.595.89.502.293.818.2]

Kajian kebijakan tanggung jawab sosial perusahaan PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal (dibidang pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang, menjadi kebutuhan dalam mendorong optimalisasi dan efektifitas tanggung jawab sosial perusahaan. Keberhasilan TJSP PT NNT dalam mendorong kemandirian ekonomi lokal dan masyarakat Sekongkang pada era pasca tambang sangat ditentukan oleh kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan kebijakan TJSP PT NNT.

Gambar 6. Kerangka pemikiran kajian kebijakan tanggung jawab sosial perusahaan PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang

Kebijakan TJSP PT NNT

 Pedoman TJSP PT NNT

 Mekanisme Penyusunan

 Kesesuanan dengan Regulasi

Kebijakan TJSP

Implementasi

 Kelembagaan TJSP

 Sumber Daya Manusia

 Anggaran

 Mekanisme Pelaksanaan

Hasil

 Capaian Program

 Kemandirian Masyarakat

Startegi Kebijakan

Ekonomi Lokal

Pertanian

Pariwisata

Kebijakan PEMDA KSB

 Ketersediaan Regulasi

(35)

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat difokuskan untuk mengetahui ketersediaan regulasi dan fokus program ekonomi lokal yang akan dikembangkan dalam membangun kemandirian ekonomi lokal masyarakat di Kecamatan Sekongkang menyongsong era pasca tambang. Sedangkan kebijakan TJSP PT NNT difokuskan untuk mengetahui pedoman TJSP PT NNT, mekanisme penyusunan kebijakan TJSP PT NNT dan kesesuaian TJSP PT NNT dengan regulasi atau hukum positif yang ada.

(36)
(37)

3 METODE KAJIAN

Pada bab ini memuat tentang lokasi dan waktu kajian, metode kajian dan perancangan kebijakan.

Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal masyarakat Sekongkang pasca tambang dilakukan di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat. Kajian ini dilakukan pada Juli 2013 sampai Desember 2014.

Penentuan lokasi kajian dilakukan secara sengaja (purposive). Pengambilan Sekongkang sebagai lokasi kajian karena PT NNT berada di Kecamatan Sekongkang, dan program TJSP PT NNT difokuskan pada area lingkar tambang (Kecamatan Sekongkang, Kecamatan Maluk dan Kecamatan Jereweh).

Metode Kajian

Metode kajian yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu metode penelitian untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti merupakan instrumen kunci. Selain itu, kajian ini diperkuat pula dengan analisis data kuantitatif. Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa, hal penting dalam metode penelitian kualitatif adalah bagaimana peneliti menentukan teknik mendapatkan data, menentukan sumber data (informan), unit analisis penelitian, dan keabsahan data. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat mengeksplorasi informasi atau data yang diperlukan.

Metode kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Hal yang menjadi fokus dalam pendekatan kualitatif ini adalah pemilihan informan, pengumpulan data, serta pengolahan dan analisis data (Bungin 2008).

Pengukuran kemandirian masyarakat Sekongkang, dilakukan dengan menguraikan parameter yang menjabarkan perbandingan antara target yang akan dicapai pada akhir masa tambang dengan hasil yang dicapai saat ini. Parameter pengukuran meliputi input yang diberikan (sarana prasarana dan kelembagaan); proses yang terjadi (usaha ekonomi); dan output yang dihasilkan (pasar). Penjabaran setiap unsur parameter dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD) dengan memberi penilaian terhadap setiap indikator sebagai berikut:

80 - 100 Sangat Baik 60 - 79 Baik

(38)

Pemilihan Informan

Informan merupakan orang yang memiliki informasi tentang subyek yang ingin diketahui dalam kajian (Sitorus 1998). Pemilihan informan menggunakan teknik purposive, yaitu mereka yang terpilih sebagai informan memiliki kompetensi dan memahami maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Unsur dan informan dalam kajian ini tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3. Unsur dan jumlah informan

No Unsur Jumlah

orang %

1. Manajemen PT NNT 5 20

2. Pemerintahan Daerah KSB 5 20

3. Pemerintahan Desa 5 20

4. Penerima Program 10 40

Manajemen PT NNT yang menjadi informan adalah Senior Manager Eksternal, Manager Eksternal, dan Staff SRG Kecamatan Sekongkang. Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat yang menjadi informan adalah Bupati Sumbawa Barat, Anggota DPRD Sumbawa Barat, Sekretaris Daerah Sumbawa Barat, Kepala BAPPEDA Sumbawa Barat dan Camat Sekongkang. Unsur Pemerintahan Desa adalah pemerintah desa dan BPD. Informan dari penerima program yaitu kelompok tani, P3A, KSM, dan lembaga mitra.

Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam kajian ini dilakukan sesuai dengan klasifikasi jenis dan sumber data yang dibutuhkan, yaitu:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

a. Metode wawancara mendalam (indepth interview), yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada informan.

b. Focus Group Discussion (FGD), yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan diskusi pada kelompok tertentu.

c. Metode observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang ditemukan di lapangan yang berkaitan dengan fokus penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Studi dokumen atau pustaka, yaitu pengumpulan dokumen atau data dan informasi melalui literatur yang relevan dengan judul kajian.

(39)
[image:39.595.125.512.104.598.2]

Tabel 4. Jenis, teknik pengumpulan dan sumber data

Tujuan Data Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Sekunder Primer

Mengkaji mekanisme penyusunan kebijakan TJSP PT NNT

Dokumen TJSP PT NNT

Studi dokumen

PT NNT

Laporan Pelaksanaan & MONEV

Studi dokumen

PT NNT

Hasil kajian Studi dokumen PT NNT Mekanisme penyusunan kebijakan Studi dokumen Indepth interview

PT NNT, PEMDA KSB, Penerima Prog.

Mengkaji kebijakan

pasca tambang

PEMDA KSB

Dokumen kebijakan pasca tambang PEMDA KSB

Studi dokumen

PEMDA KSB

Regulasi terkait (Cth:

PERDA RTRW,

RPJMD, APBD, dll)

Studi dokumen

PEMDA KSB

Hasil kajian Studi dokumen

PEMDA KSB

Kebijakan pasca tambang PEMDA KSB

Studi dokumen

Indepth interview

PT NNT, PEMDA KSB, Penerima Prog.

Mengetahui

implementasi kebijakan TJSP PT NNT

Struktur pengelola TJSP

Studi dokumen

Indepth interview & FGD

PT NNT, PEMDA KSB, Penerima Prog.

SDM pengelola TJSP Studi dokumen

Indepth interview, FGD & Observasi

PT NNT, PEMDA KSB, Penerima Prog.

Anggaran TJSP Studi dokumen

Indepth interview & FGD

PT NNT, PEMDA KSB, Penerima Prog. Mekanisme pengelolaan TJSP Studi dokumen Indepth interview, FGD & Observasi

PT NNT, PEMDA KSB, Penerima Prog.

Harapan Indepth

interview & FGD

PT NNT, PEMDA KSB, Penerima Prog.

Mengetahui Hasil TJSP PT NNT

Capaian TJSP Studi dokumen

Indepth interview & FGD

PT NNT, PEMDA KSB, Penerima Prog.

Kepuasan Studi

dokumen

Indepth interview & FGD

PT NNT, PEMDA KSB, Penerima Prog.

Harapan Indepth

interview & FGD

PT NNT, PEMDA KSB, Penerima Prog.

Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Sugiyono (2013) analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain secara sistematis sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Dalam kajian ini digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data

Gambar

Tabel 1. Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial
Gambar 1. Makna partisipasi dalam CSR atau TJSP perusahaan
Gambar 3. Pergeseran paradigma pembangunan dari production center
Gambar 4. Aksi pengembangan dalam CSR atau TJSP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Jenis tumbuhan Arecaceae (Palem-paleman) apa saja yang dimanfaatkan oleh masyarakat Pantura Kabupaten Gresik dan

7 a) Dalam menghitung diskonto arus kas dalam metode EVE, margin komersial dan spread components lainnya telah diperhitungkan dalam arus kas hingga jatuh.. b) NMD

berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban ; (2) Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan pendapatan, belanja dan pengelolaan keuangan desa ; (3)

Hasil tersebut menyatakan bahwa hipotesis adanya hubungan negatif antara harga diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada mahasiswi Universitas Diponegoro

Pasta gigi yang diletakkan pada bulu sikat hanya seukuran kacang, karena pasta gigi sebanyak itu dapat membuat penggosokan gigi lebih efektif dengan membersihkan

Menurut Zamroni dan Umiarso kepemimpinan yang efektif dalam mengatur proses kepemimpinan pendidikan yang efektif dalam harus mampu memproduk peserta didik dengan

Semua informasi yang diperoleh dari kuesioner ini hanya akan saya gunakan untuk keperluan penelitian saya dan saya akan menjaga kerahasiaannya sesuai dengan etika penelitiana.

Dalam metode ini, jenis metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif yaitu berupa uraian dengan menggunakan data-data, literatur-literatur maupun