• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kehadiran PT NNT yang mulai berproduksi pada tahun 2000 dan terbentuknya Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2004 telah mendorong percepatan pembangunan dan peningkatan ekonomi masyarakat di Kecamatan Sekongkang. Namun harus diakui bahwa, ada permasalahan sosial yang ditimbulkan yang perlu mendapat perhatian semua pihak, terutama pemerintah dan manajemen PT NNT.

Keterbatasan lapangan pekerjaan menjadi isu mendasar di Kecamatan Sekongkang. Komitmen PT NNT untuk merekrut 60% tenaga kerja lokal dinilai belum terpenuhi. Masalah sosial lain di Kecamatan Sekongkang adalah perbedaan standar hidup antara karyawan NNT dan masyarakat yang tidak bekerja di PT NNT. Selain itu angka keluarga pra sejahtera di Kecamatan Sekongkang masih tinggi, yaitu mencapai angka 328 kepala keluarga (15,43%), berada di bawah rata- rata Kabupaten Sumbawa Barat yaitu 16, menjadi ironis karena di Kecamatan Sekongkang beroperasi perusahaan multi nasional PT NNT.

Masalah sosial lain yang berkembang di lingkungan masyarakat adalah tingginya konflik internal rumah tangga (perceraian), diskriminasi etnis (pengelompokkan warga lokal dan pendatang) dan meningkatnya kriminalitas (pencurian hewan ternak).

Dampak Masalah Sosial

Keterbatasan PT NNT untuk menampung angkatan kerja yang ada di Kecamatan Sekongkang, menjadi foktor utama terjadinya aksi demonstrasi atau unjuk rasa untuk menuntut dipekerjakan menjadi karyawan PT NNT. Pencari kerja dari Kecamatan Sekongkang yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2010 sebanyak 271 jiwa atau setara dengan 10,92% dari total 2481 jiwa se Kabupaten Sumbawa Barat. Tingginya harapan masyarakat Kecamatan Sekongkang untuk bekerja sebagai karyawan PT NNT membuat permasalahan ketenagakerjaan di Kecamatan Sekongkang menjadi isu sosial yang utama.

Kesenjangan standar hidup antara karyawan NNT dan masyarakat yang tidak bekerja di PT NNT berdampak pada kecemburuan sosial yang muncul dari mereka yang tidak secara langsung memperoleh keuntungan dari pertambangan, disamping keseluruhan perbaikan standar hidup. Selain itu, angka keluarga pra sejahtera di Kecamatan Sekongkang relatif tinggi, yaitu mencapai angka 328 kepala keluarga (15,43%). Meskipun berada di bawah rata-rata Kabupaten Sumbawa Barat yaitu 16%, namun menjadi catatan kritis yang perlu mendapat perhatian, terutama oleh PT NNT. Masih tingginya jumlah keluarga pra sejahtera menjadi indikasi yang kuat adanya kesenjangan sosial antara kelompok yang mendapatkan manfaat langsung dari PT NNT dengan yang tidak, serta bisa menjadi legitimasi belum efektifnya program pengembangan masyarakat PT NNT. Bila diamati lebih mendalam, sebagian besar masyarakat pra sejahtera di Kecamatan Sekongkang berada di Desa Ai‟ Kangkung, Tatar, Talonang Baru dan UPT Tongo II SP 2 yang merupakan daerah transmigrasi. Hal ini disebabkan karena kesenjangan pembangunan yang dilakukan oleh PT NNT dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat. Akses transportasi ke desa-desa di Selatan

Kecamatan Sekongkang (wilayah transmigrasi) sangat tidak layak yang menyebabkan Desa Talonang Baru dan UPT Tongo II SP 2 masuk dalam desa tertinggal di Kabupaten Sumbawa Barat. Sarana kesehatan, pendidikan, penerangan listrik dan air bersih belum memadai. Warga Desa Ai Kangkung dan Tatar semakin iri atas kebijakan PT NNT yang hanya membangun jaringan listrik sampai ke Desa Tongo dan tidak dilanjutkan ke Desa Ai Kangkung dan Tatar yang berada dalam satu kawasan.

Terkait masalah konflik internal rumah tangga, salah satu fariabel terukur yang yang bisa dijadikan rujukan adalah data BPS Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2010 yang menyebutkan angka cerai hidup di Kecamatan Sekongkang mencapai 2,79 %, yaitu menempati posisi tertinggi di Kabupaten Sumbawa Barat. Masalah sosial lainnya yang sangat terasa di Kecamatan Sekongkang adalah diskriminasi etnis dalam bentuk pembedaan antara penduduk lokal dan penduduk pendatang. Penduduk lokal yang dimaksud adalah suku Samawa yang lahir dan dibesarkan di Kecamatan Sekongkang. Masalah dikotomi antara penduduk lokal dan pendatang ini muncul sebagai tuntutan dari masyarakat lokal untuk mendapatkan perlakuan khusus PT NNT terkait rekrutmen tenaga kerja dan program pengembangan masyarakat.

Masalah sosial yang meningkat dalam lima tahun terakhir adalah tindakan kriminalitas dalam bentuk pencurian bahkan beberapa kasus sudah mengarah pada perampokan. Target pencurian utama di Kecamatan Sekongkang adalah pencurian ternak besar (kerbau, sapi dan kuda). Pelaku pencurian diduga berasal dari luar Pulau Sumbawa yang masuk melalui wilayah pesisir pantai Selatan dengan menggunakan perahu motor. Tindakan kriminal lain yang intensitasnya mengalami peningkatan adalah pergaulan bebas yang berdampak pada perkelahian antar pemuda, pesta miras, konsumsi narkoba dan seks bebas yang umumnya terjadi di café dan tempat hiburan malam di sekitar Kecamatan Sekongkang.

Faktor-faktor Penyebab

Penilaian masyarakat Kecamatan Sekongkang yang menyebutkan PT NNT tidak komitmen dalam mempekerjakan masyarakat lokal Sekongkang, disebabkan karena perbedaan presepsi antara manajemen PT NNT dengan masyarakat lokal tentang defenisi pekerja lokal. Saat ini manajemen PT NNT mengklaim telah mempekerjakan 63% penduduk lokal NTB. Masalahnya adalah defenisi “lokal” yang diharapkan oleh masyarakat di Kecamatan Sekongkang adalah mereka yang berada di wilayah terdekat lokasi PT NNT, yaitu warga Kecamatan Sekongkang yang berpotensi besar terkena dampak dan menjadi “korban” kegiatan pertambangan, bukan mereka yang berasal dari luar Kabupaten Sumbawa Barat apalagi di luar pulau Sumbawa. Kepala Desa Sekongkang Bawah, Rahmat Hidayat mengatakan:

“pengakuan manajemen PT NNT bahwa telah mempekerjakan 63% masyarakat lokal adalah tidak betul, realitasnya masih di bawah 30%. PT NNT harus mendata kembali karyawan yang benar-benar penduduk lokal lingkar tambang, terutama Kecamatan Sekongkang”.

Kesenjangan sosial yang terjadi karena perbedaan standar hidup antara karyawan NNT dan masyarakat yang tidak bekerja di PT NNT bisa disebabkan

karena program pengembangan masyarakat (community development) yang dilakukan oleh PT NNT belum secara efektif meningkatkan kesejahteraan masyarakat “lemah”.

Tingginya angka keluarga prasejahtera di Kecamatan Sekongkang, khususnya di desa-desa transmigrasi, disebabkan karena masih terbatasnya fasilitas atau sarana penunjang kegiatan perekonomian. Akses transportasi yang belum memadai, sarana penerangan (listrik) yang belum terhubung dengan jaringan PLN, sarana air bersih yang belum memadai, fasilitas kesehatan dan pendidikan masih jauh dari harapan, serta akses pemasaran hasil pertanian yang terbatas. Kondisi ini disebabkan karena kebijakan “membangun desa, menata kota” dan “pembangunan berbasis Rukun Tetangga” yang canangkan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat belum optimal. Selain itu, program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT NNT belum merata di semua desa di Kecamatan Sekongkang.

Penyebab utama konflik internal rumah tangga yang berakhir dengan perceraian di Kecamatan Sekongkang umumnya disebabkan oleh kasus nikah sirri, dan sangat sedikit yang disebabkan karena permasalahan keterbatasan ekonomi. Bila ditelusuri lebih jauh, konflik internal rumah tangga justru banyak terjadi pada rumah tangga yang mampu secara ekonomi.

Faktor penyebab munculnya permasalahan sosial yang terkait dengan diskriminasi etnis adalah kecemburuan sosial masyarakat lokal terhadap pekerja pendatang yang bekerja di PT NNT. Setiap tahun banyak putra-putri asli Sekongkang yang telah menyelesaikan pendidikan SMA dan Sarjana, berakibat pada meningkatnya jumlah angkatan kerja baru yang memiliki harapan besar untuk bekerja di PT NNT. Sementara mereka menjadi „penganggur terselubung‟, disekitar mereka ada banyak karyawan NNT yang dari luar Sekongkang (bahkan dari luar pulau Sumbawa).

Adapun penyebab meningkatnya kasusu pencurian ternak antara lain karena budaya masyarakat Sumbawa yang tidak memelihara ternaknya secara intensif. Hal ini seakan memberi kesempatan bagi para pencuri ternak untuk mewujudkan niat jahatnya. Sedangkan meningkatnya kasus kriminal dalam bentuk perkelahian antar pemuda, pesta miras, konsumsi narkoba dan seks bebas yang umumnya terjadi di café dan tempat hiburan malam disebabkan karena lemahnya peran keluarga dalam membentengi akhlak anggota keluarganya dan lemahnya peran pemerintah serta aparat hukum dalam penegakan hukum.

Solusi yang Pernah Dilakukan

Permasalahan tenaga kerja telah direspon oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat dengan menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2010 yang mengharuskan setiap perusahaan di Kabupaten Sumbawa Barat mempekerjakan minimal 50% warga lokal (Sumbawa Barat). Peraturan Bupati Nomor 9 ini justrumendapatkan kecaman para pencari kerja di Kecamatan Sekongkang saat PT NNT melakukan rekrutmen 613 orang tenaga kerja baru pada Agustus 2011 dengan melakukan aksi pemblokiran akses PT NNT selama tujuh hari. Mu‟minatun, seorang pencari kerja dari Desa Sekongkang Atas menjelaskan: “keberadaan Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2010 telah memberi peluang yang sama warga di Kabupaten Sumbawa Barat. Seharusnya, pencari kerja dari Kecamatan Sekongkang yang berada paling dekat dengan PT NNT mendapat

prioritas lebih utama dibandingkan pencari kerja lainnya”. Dari hasil negosiasi disepakati bahwa dalam melakukan rekrutmen, PT NNT memberi kuata yang lebih bagi pencari kerja dari Kecamatan Sekongkang.

Permasalahan kesenjangan sosial dan masih tingginya angka masyarakat pra sejahtera di Kecamatan Sekongkang, telah diupayakan melalui program pengembangan masyarakat, namun masih perlu diarahkan agar lebih efektif, yaitu sesuai kebutuhan masyarakat, tepat sasaran dan berkelanjutan. Adapun permasalahan semakin tingginya konflik internal rumah tangga, solusi yang telah dilakukan adalah melalui pendekatan keagamaan, dengan mengintensifkan dakwah di masjid-masjid.

Tingginya angka keluarga prasejahtera di Kecamatan Sekongkang, khususnya di desa-desa transmigrasi, disebabkan karena masih terbatasnya fasilitas atau sarana penunjang kegiatan perekonomian. Akses transportasi yang belum memadai, sarana penerangan (listrik) yang belum terhubung dengan jaringan PLN, sarana air bersih yang belum memadai, fasilitas kesehatan dan pendidikan masih jauh dari harapan, serta akses pemasaran hasil pertanian yang terbatas. Kondisi ini disebabkan karena kebijakan “membangun desa, menata kota” dan “pembangunan berbasis Rukun Tetangga” yang canangkan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat belum optimal. Selain itu, program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT NNT belum merata di semua desa di Kecamatan Sekongkang.

Penyebab utama konflik internal rumah tangga yang berakhir dengan perceraian di Kecamatan Sekongkang umumnya disebabkan oleh kasus nikah sirri, dan sangat sedikit yang disebabkan karena permasalahan keterbatasan ekonomi. Bila ditelusuri lebih jauh, konflik internal rumah tangga justru banyak terjadi pada rumah tangga yang mampu secara ekonomi.

Faktor penyebab munculnya permasalahan sosial yang terkait dengan diskriminasi etnis adalah kecemburuan sosial masyarakat lokal terhadap pekerja pendatang yang bekerja di PT NNT. Setiap tahun banyak putra-putri asli Sekongkang yang telah menyelesaikan pendidikan SMA dan Sarjana, berakibat pada meningkatnya jumlah angkatan kerja baru yang memiliki harapan besar untuk bekerja di PT NNT. Sementara mereka menjadi „penganggur terselubung‟, disekitar mereka ada banyak karyawan NNT yang dari luar Sekongkang (bahkan dari luar pulau Sumbawa).

Adapun penyebab meningkatnya kasusu pencurian ternak antara lain karena budaya masyarakat Sumbawa yang tidak memelihara ternaknya secara intensif. Hal ini seakan memberi kesempatan bagi para pencuri ternak untuk mewujudkan niat jahatnya. Sedangkan meningkatnya kasus kriminal dalam bentuk perkelahian antar pemuda, pesta miras, konsumsi narkoba dan seks bebas yang umumnya terjadi di café dan tempat hiburan malam disebabkan karena lemahnya peran keluarga dalam membentengi akhlak anggota keluarganya dan lemahnya peran pemerintah serta aparat hukum dalam penegakan hukum.

Solusi yang Pernah Dilakukan

Permasalahan tenaga kerja telah direspon oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat dengan menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2010 yang mengharuskan setiap perusahaan di Kabupaten Sumbawa Barat mempekerjakan minimal 50% warga lokal (Sumbawa Barat). Peraturan Bupati

Nomor 9 ini justrumendapatkan kecaman para pencari kerja di Kecamatan Sekongkang saat PT NNT melakukan rekrutmen 613 orang tenaga kerja baru pada Agustus 2011 dengan melakukan aksi pemblokiran akses PT NNT selama tujuh hari. Mu‟minatun, seorang pencari kerja dari Desa Sekongkang Atas menjelaskan: “keberadaan Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2010 telah memberi peluang yang sama warga di Kabupaten Sumbawa Barat. Seharusnya, pencari kerja dari Kecamatan Sekongkang yang berada paling dekat dengan PT NNT mendapat prioritas lebih utama dibandingkan pencari kerja lainnya”. Dari hasil negosiasi disepakati bahwa dalam melakukan rekrutmen, PT NNT memberi kuata yang lebih bagi pencari kerja dari Kecamatan Sekongkang.

Permasalahan kesenjangan sosial dan masih tingginya angka masyarakat pra sejahtera di Kecamatan Sekongkang, telah diupayakan melalui program pengembangan masyarakat, namun masih perlu diarahkan agar lebih efektif, yaitu sesuai kebutuhan masyarakat, tepat sasaran dan berkelanjutan. Adapun permasalahan semakin tingginya konflik internal rumah tangga, solusi yang telah dilakukan adalah melalui pendekatan keagamaan, dengan mengintensifkan dakwah di masjid-masjid.