• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan yang diambil dari kajian strategi kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang adalah:

1. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat

Kabupaten Sumbawa Barat ditemukan telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (disingkat TJSP) yang merupakan insiatif dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumbawa Barat. Pengembangan ekonomi lokal yang potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Sekongkang adalah sektor pertanian dan pariwisata berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011 - 2031. Pasal 32 ayat 2 menyebutkan Kecamatan Sekongkang sebagai bagian dari Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, pertambangan dan pariwisata.

Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat sedang memaksimalkan upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan manfaat dari operasi dan produksi pertambangan PT NNT, dalam mempersiapkan kemandirian masyarakat pasca tambang. Pemerintah belum memiliki dokumen khusus yang memuat kebijakan pasca tambang. Pemerintah baru akan menyusun strategi dan peta jalan (road map) yang komperhensif, aplikatif dan aspiratif tahun 2015 untuk menyongsong era pasca tambang PT NNT.

2. Kebijakan TJSP PT NNT

Kebijakan TJSP PT NNT tahun 2009 sampai 2013 berpedoman pada Renstra pengembangan masyarakat PT NNT tahun 2009 - 2013 yang memuat: (a) visi, misi, sasaran dan tujuan pengembangan masyarakat; (b) landasan pengembangan masyarakat; (c) isu strategis pengembangan masyarakat; dan (d) bidang utama pengembangan masyarakat. Visi program pengembangan masyarakat PT NNT adalah “Masyarakat yang sehat, cerdas, mandiri, sejahtera dan religius”.

Penyusunan renstra pemberdayaan masyarakat PT NNT tahun 2009 - 2013 dilakukan oleh Lembaga Transform dengan menggunakan metode

Partisipatory Rulal Appracial (PRA). Pelaksanaan TJSP PT NNT sebagai wujud kepatuhan dalam melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, serta ISO 26000 sebagai standar internasional.

PT NNT telah memikirkan skema rencana penutupan tambang yang disusun pada tahun 2011 dengan mengacu pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008, namun menempatkan aspek sosial, ekonomi dan budaya sebagai substansi yang minor, sehingga belum mampu menjadi acuan dalam pengelolaan isu sosial, ekonomi dan budaya dalam mempersiapkan kemandirian masyarakat menyongsong pasca tambang.

3. Implementasi TJSP PT NNT

Pengelolaan program TJSP PT NNT sejak tahun 2000 hingga Maret 2013 ditangani oleh Divisi Community Development di bawah Departemen Eksternal Relation. Divisi Com. Dev. dipimpin oleh seorang manager yang mengkoordinir bagian infrastructure dan capacity building. Sejak April 2013, pengelolaan program TJSP di PT NNT ditangani oleh departemen Social Responsibility and Government yang dipimpin oleh seorang general manager.

SDM pelaksana TJSP PT NNT berjumlah 137 orang, dengan komposisi: 66,42% berpengalaman kerja lebih dari 5 tahun, 65,69% berpendidikan formal Diploma/Sarjana, dan 20 orang perempuan (14,6%).

Total anggaran TJSP PT NNT tahun 2009 - 2013 mencapai Rp. 946.588.481.668. Anggaran bidang pertanian Rp. 81.364.703.787 (8,59%), dengan perincian: capacity building (pertanian, YOP dan YPESB) Rp. 54.535.914.732 (67,03%), dan infrastruktur Rp. 26.828.789.055 (32,97%). Anggaran TJSP PT NNT untuk Kecamatan Sekongkang mencapai Rp. 318.609.832.210 (33,66% dari total anggaran TJSP PT NNT), dengan perincian: capacity building (pertanian, YOP dan YPESB) Rp. 18.178.638.246 (72,31%), dan infrastruktur Rp. 6.961.988.056 (27,69%). Alokasi penganggaran TJSP dibagi dalam tiga karegori yakni: infrastruktur menyedot anggaran sebesar 60%, capacity building dan empowerment

sebesar 25%, dan charity sebesar 15%. Alokasi anggaran yang masih besar untuk pembangunan infrastruktur menggambarkan bahwa perspektif pemberdayaan masyarakat melalui TJSP PT NNT belum ideal, sebab makna pemberdayaan tidak sekedar melihat monument fisik, melainkan lebih ditekankan pada kemandirian sosial dan ekonomi.

Pelaksanaan program TJSP PT NNT mengedepankan prinsip kemitraan dengan Community Based Organization (CBO), instansi pemerintah, dan masyarakat. Program infrastruktur dilakukan dengan menggunakan sistem kontrak yang melibatkan pengusaha lokal. Sedangkan program capacity building dilakukan dengan membangun kerja sama dengan lembaga mitra, sebagai bentuk kolaborasi PT NNT dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal. PT NNT bersama stakeholders lainnya mendirikan dan menyalurkan program TJSP melalui Yayasan Olat Parigi (YOP) dan Yayasan Pengembangan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB). Jumlah dana yang dikelolah oleh YOP tahun 2009 sampai 2013 Rp. 25.922.154.625 (rata-rata Rp. 5,185 M setiap tahun), sedangkan dana yang dikelolah oleh YPESB Rp. 17.675.012.610 (rata-rata Rp. 3,535 M setiap tahun).

4. Kemandirian ekonomi lokal masyarakat Sekongkang

TJSP PT NNT di bidang pertanian bagian capacity building fokus pada kegiatan peningkatan kapasitas petani melalui program unggulan: pendampingan petani, pendampingan kelembagaan petani, pengembangan Laboratorium Lapangan Petani (LLP), serta pengembangan nursery dan prima kultur (kebun percontohan).

Pendampingan petani dilakukan melalui Program Pelatihan dan Pengembangan Pertanian Terpadu (disingkat P4T) secara signifikan mampu meningkatkan produksi padi dengan menerapkan budidaya padi SRI sebesar 22,45% per hektar, dari 4,7 ton per ha menjadi 6,76 ton per ha, sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan Rp. 2.398.193 (109,79%).

Keberhasilan program P4T yang dilakukan sejak tahun 2002 hingga 2010 tidak berlanjut. Tahun 2012 tidak ada petani (termasuk petani yang sebelumnya sebagai petani dampingan P4T) yang menerapkan budidaya sistim SRI tersebut.

Pendampingan kelembagaan petani dilakukan pada 8 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan 4 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Terdapat 5 KSM yang telah membangun kemitraan dengan Bank Rakyat Indonesia dan mendapatkan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tahun 2010. Program pendampingan KSM berakhir pada tahun 2010 dalam kondisi KSM belum mandiri, sehingga pada tahun 2014 tinggal 2 KSM yang masih berjalan dan mengakses dana KUR dari BRI. Program pendampingan P3A telah berhasil memperbaiki kelembagaan P3A, menghidupkan budaya besiru

(gotong royong) di kalangan petani, dan meminimalisir konflik pemanfaatan air di tingkat petani, serta meningkatkan produktifitas pertanian.

Program pengembangan LLPdilakukan dengan membangun 3 unit LLP untuk melakukan percobaan, tempat pertemuan, dan sebagai sumber belajar bagi petani atas inovasi baru berkaitan dengan budidaya pertanian. Program pengembangan LLP tidak berlanjut, berbagai fasilitas tidak terpelihara, bahkan ada LLP yang sudah berubah fungsi.

Pengembangan nursery dan prima kultur (kebun percontohan) di bangun di Lawar Desa Sekongkang Bawah pada lahan seluas 3 Ha yang bertujuan untuk menjadi "model" pengelolaan dan pengembangan lahan kering, sekaligus menjadi pusat belajar dan wisata. Kebun Lawar disediakan berbagai fasilitas penunjang, seperti balai pertemuan, tempat pembibitan,

green house, embung, lahan perkebunan horti, lahan hutan tanaman keras, fasilitas air bersih dan listrik, serta fasilitas pendukung rekreasi dan wisata, masih menjadi salah satu program unggulan TJSP Sekongkang.

Dampak TJSP PT NNT terhadap kemandirian masyarakat Sekongkang pasca tambang diukur dengan input (sarana prasarana dan kelembagaan) yang diberikan, proses (usaha ekonomi) yang terjadi dan output (pasar) yang dihasilkan. Parameter sarana prasarana mendapat nilai 72,19 dengan predikat "baik", pengembangan usaha ekonomi produktif mendapat nilai 55,71 dengan predikat "cukup", penguatan kelembagaan mendapat nilai 35,00 dengan predikat "kurang", dan pengembangan pasar mendapat nilai 40,00 dengan predikat "cukup". Secara keseluruhan mendapat nilai 50,13 dengan predikat "cukup". Dengan demikian, CSR PT NNT saat ini memberi dampak "cukup" dalam mewujudkan kemandirian ekonomi (di bidang pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang.

5. Perancangan strategi menghasilkan strategi inti yang meliputi: (a) kebijakan pasca tambang Pemerintah Sumbawa Barat berbasis pada pengembangan ekonomi lokal; (b) kebijakan pasca tambang PT NNT yang mencakup ruang lingkup TJSP; (c) memperkuat partisipasi para pihak; (d) penguatan kelembagaan mitra kerja PT NNT (terutama YOP dan YPESB); dan (e) penguatan sustainabledevelopment.

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang ada, maka disaran hal- hal sebagai berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat untuk menyusun kebijakan pasca tambang dengan berbasis pada pengembangan ekonomi lokal (pertanian dan pariwisata)

2. PT NNT untuk segera menyusun kebijakan pasca tambang yang mencakup ruang lingkup TJSP.

3. Mempertahankan prinsip kemitraan dengan Community Based Organization

(CBO), instansi pemerintah, dan masyarakat, dengan memfokuskan pada penguatan kelembagaan mitra PT NNT

4. Penguatan kelembagaan mitra kerja PT NNT (terutama YOP dan YPESB). 5. Mendorong program ekonomi lokal (pertanian dan pariwisata) yang