Staratifikasi sosial (social stratifications) sebagai penggolongan orang- orang yang termasuk dalam sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarki menurut dimensi kekuasaan dan prestise. Berdasarkan proses terjadinya, stratifikasi sosial secara umum dikelompokkan menjadi dua; pertama, terjadi dengan sendirinya; yaitu oleh faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir, misalnya usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat. Kedua, terjadi dengan sengaja; yaitu sengaja untuk tujuan bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata (Sutoro 2004). Selain itu, stratifikasi sosial dalam masyarakat dapat pula terjadi berdasarkan kriteria ekonomi, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan (Sinoel 2005).
Faktor dominan yang mempengaruhi stratifikasi sosial masyarakat di Kecamatan Sekongkang adalah aspek ekonomi, kekuasaan, kehormatan, pendidikan dan keturunan. Aspek ekonomi; yaitu stratifikasi sosial didasarkan pada jenis pekerjaan dan ukuran kekayaan untuk kemudian mengelompokkan masyarakat dalam kelompok ekonomi kuat, ekonomi menengah dan ekonomi lemah. Karyawan perusahaan PT NNT dan pengusaha dikelompokkan dalam masyarakat ekonomi kuat, sedangkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan karyawan yang bekerja di perusahaan mitra (sub kontraktor) PT NNT dikelompokkan dalam
masyarakat ekonomi menengah; termasuk di dalamnya adalah petani yang menguasai lahan sawah lebih dari tiga hektar. Adapun petani pada umumnya dan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap, dikelompokan dalam kelas ekonomi lemah. Jenis pekerjaan, sangat menentukan besarnya penghasilan dan ukuran kekayaan, yang kemudian dapat berpengaruh pada bentuk tempat tinggal, kepemilikan benda-benda tersier, kebiasaan berbelanja dan kemampuan dalam berbagi kepada sesama.
Aspek kekuasaan; yaitu stratifikasi sosial yang terjadi sebagai hasil dari pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam sistem pemerintahan, dan organisasi. Pejabat pemerintahan di tingkat kecamatan dan desa, kepala sekolah serta imam masjid memiliki tugas khusus dan tanggung jawab yang besar. Mereka bukan hanya melaksanakan tugas dan fungsi pokoknya masing-masing, namun harus menjadi tauladan dan rela menyediakan waktu, pikiran dan tenaga yang lebih untuk ikut serta dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat, sehingga dengan sendirinya menempatkan mereka dalam lapisan sosial teratas dalam masyarakat.
Aspek pendidikan; yaitu stratifikasi sosial yang didasarkan pada pendidikan formal dan pengetahuan spesifik yang dimiliki. Semakin tinggi jenjang pendidikan formal seseorang dalam masyarakat, maka semakin tinggi harapan masyarakat atas kerja dan pengabdiannya. Dari aspek profesi spesifik; seperti guru sekolah formal, guru mengaji dan para pendakwah (ustadz) medapatkan penghargaan atas peran sosial yang dilakukan.
Dari Aspek kehormatan; yaitu stratifikasi sosial yang diberikan kepada seseorang dan berkaitan erat dengan ukuran ekonomi, kekuasaan dan pendidikan. Warga yang mampu secara ekonomi, memiliki kekuasaan, dan berpendidikan tinggi, kemudian mempergunakan kekuatan ekonomi, kekuasaan dan pengetahuannya untuk melayani masyarakat, akan mendapatkan kehormatan dan menempati kelas sosial tertinggi di masyarakat. Pada komunitas masyarakat Sasak, gelar kehormatan “Tuan Guru” diberikan kepada seseorang yang dihormati karena memiliki pengetahuan agama dan peran sosial yang sangat besar dalam masyarakat.
Aspek keturunan; yaitu stratifikasi sosial yang terjadi karena perbedaan kelas antara keturunan bangsawan dan rakyat biasa. Pada Suku Samawa, pembagian kelas atas keturunan secara umum sudah tidak digunakan, namun secara personal masih ada yang menyebut dirinya sebagai „keturunan dea‟ (bangsawan) dan menganggap orang lain sebagai „tau ende‟ (rakyat pesuruh). Berbeda halnya dengan Suku Sasak, yang dalam kesehariannya masih menampakkan perbedaan kelas berdasarkan keturunan. Hal ini terlihat dari nama dan panggilan yang diberikan. Masyarakat bangsawan di beri nama depan “Lalu”
untuk laki-laki dan “Baiq” untuk perempuan. Seorang ayah dari keluarga
bangsawan dipanggil “Mamiq”, sedangkan ayah dari keluarga biasa dipanggil
“Amaq”. Demikian halnya dengan suku Bali yang masih kental dengan system kasta.
Aspek asal; yaitu stratifikasi sosial yang membedakan masyarakat berdasarkan daerah asalnya, umumnya antara masyarakat lokal dan masyarakat pendatang. Stratifikasi sosial ini muncul sebagai wujud kecemburuan sosial dan tuntutan masyarakat lokal agar mendapatkan perlakuan khusus oleh PT NNT, terutama dalam program CSR dan rekrutmen tenaga kerja.
Kelembagaan Sosial
Kelembagaan sosial adalah sekumpulan norma yang tersusun secara sistematis dan terbentuk dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kelembagaan sosial lahir sebagai jawaban dari posisi manusia sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Sutoro 2004). Kelembagaan sosial yang ada di Kecamatan Sekongkang dibedakan menjadi dua, yaitu kelembagaan sosial tradisional dan kelembagaan sosial moderen
Pertama: kelembagaan sosial yang masih bersifat tradisional; yaitu masyarakat yang terikat di dalamnya berdasarkan ikatan komunal dengan orientasi prilaku sosial ke dalam yang sangat kuat, hubungan yang bersifat personal atau pribadi, dan didasari oleh loyalitas yang tinggi. Kedua: kelembagaan sosial yang sudah bersifat modern, yaitu berbentuk organisasi sosial yang anggotanya terlibat bersama mencapai tujuan bersama dengan menggunakan mekanisme organisasi, dan umumnya terdapat rumusan yang jelas tentang cara pencapaian tujuan, perencanaan, dan pelaksanaan program.
Kelembagaan sosial tradisional yang ada pada masyarakat asli Sekongkang (Suku Samawa) adalah budaya besiru (gotong royong). Seiring dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat, budaya besiru yang „dulu‟ mengisi seluruh lini kehidupan bermasyarakat, kini telah terkikis dan telah tergantikan dengan uang.
Siru di bidang pertanian dalam kegiatan menanam (nalat), membersihkan gulma
(merebbu), dan panen (begabah), kini tergantikan dengan sistem sewa dengan biaya lima puluh ribu rupiah per orang per hari mengikuti standar bekerja bagi karyawan yang bekerja di sub kontraktor (perusahaan mitra) PT NNT. Bahkan gotong royong untuk pembersihan saluran air, perbaikan pagar areal persawahan dan siskamling atau ronda malam sudah menggunakan sistem sewa dengan membayar orang lain sebagai pengganti.
Semangat kebersamaan dan tolong menolong dalam “gawe mate telas”, yaitu kegiatan membantu mengurus peristiwa kematian dan mensukseskan hajatan warga masih terpelihara. Bentuk kebersamaan dan tolong menolong tersebut antara lain tercermin dalam kegiatan “arisan” yang dihajatkan untuk membantu
kebutuhan warga yang akan melaksanakan acara pernikahan, khitanan, aqiqah dan lain-lain. Arisan digagas oleh H. Ahmad Nyompa pada tahun 1990 untuk membantu keluarga warga yang kurang mampu mensukseskan acara pernikahan anaknya.
Pada komunitas masyarakat Sasak ada pula budaya “saling balas” (sejenis
besiru) yang hingga kini masih terpelihara. Budaya saling balas dan besiru, menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan interaksi sosial, sebab bagi warga yang tidak melibatkan diri dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, akan mendapatkan hukuman sosial dalam bentuk tidak dibantu bila ia melakukan kegiatan sosial.
Kelembagaan sosial modern dalam bentuk organisasi sosial yang aktif di Kecamatan Sekongkang antara lain adalah Yayasan Al Furqon Tongo yang mengelolah kegiatan pendidikan mulai dari tingkat TK sampai Madrasah Aliyah (MA) di bawah Pondok Pesantren Al Furqon Tongo; Yayasan Mamba‟ul Ulum di Desa Tongo yang mengelolah pendidikan TK dan SD; Yayasan Pondok Pesantren Al Kautsar Tarbiyah Islamiyah di Desa Talonang Baru yang mengelolah kegiatan pendidikan Madtasah Tsanawiyah (MTs); Yayasan Mutmainnah di Desa
Sekongkang Atas yang mengelolah kegiatan pendidikan PAUD dan TK Al Fajra; dan Yayasan Pengembangan Pertanian Terpadu (YPPT) yang bergerak dalam program pertanian.
Ada pula kelembagaan sosial modern yang bersifat struktural, yaitu unit atau cabang atau bagian dari organisasi pada level komunitas kabupaten; seperti Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Nahdatul Wathan (NW), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Lembaga Adat Samawa (LATS) Ano Rawi, Ikatan Keluarga Lombok (IKL), dan lain-lain. Ada pula kelembagaan sosial yang sudah lazim di dalam masyarakat dan ditemukan di setiap desa di Kecamatan Sekongkang; yaitu karang taruna, remaja masjid, majelis ta‟lim atau kelompok pengajian, klub olahraga, kelompok atau klub kesenian, kelompok arisan, dan lain-lain.
Jejaring Sosial
Manusia adalah makhluk sosial, yang selalu berinteraksi dengan sesamanya dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu bekerja sama dengan orang lain dalam komunitasnya sehingga tercipta kehidupan yang damai dan harmonis. Interaksi manusia sebagai makhluk sosial tersebut tidak terlepas dari lingkungan yang menjadi komunitasnya (Saefuddin et al. 2003).
Lebih lanjut Saefuddin et al. (2003) mengatakan, interaksi sosial menjadi perhatian utama dan menjadi inti dasar proses sosial yang merupakan aspek dinamis dari sistem sosial. Interaksi dalam sistem sosial merupakan aspek fungsional manusia menempati posisi-posisi dan menjalankan perannya. Implikasi dari proses tersebut adalah terwujudnya unsur-unsur sosial dalam sebuah jejaring yang dikonsepkan sebagai struktur sosial.
Migrasi permanen yang dihasilkan oleh program transmigrasi, serta migrasi risen para pekerja dan pencari kerja di PT NNT berdampak langsung pada meningkatnya interaksi sosial dalam masyarakat. Pembangunan akses transportasi dan komunikasi membuat setiap individu dan lembaga dengan mudah dan bebas untuk berhubungan dengan berbagai pihak. Jejaring sosial yang terbentuk dalam masyarakat di Kecamatan Sekongkang merupakan hasil dari interaksi sosial individu melalui proses pertemanan dan kekerabatan hingga membentuk masyarakat Sekongkang yang heterogen. Selain itu, jejaring sosial terbentuk sebagai hasil dari interaksi kelembagaan atau organisasi sosial sebagai pola hubungan struktural dan hubungan kemitraan.