• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Wawancara dengan Pengelola Rumah Pintar Nur Aini)

Hari/ Tanggal : Sabtu, 22 Oktober 2016 Tempat : Rumah Pintar Nur Aini

1. Bagaimana sejarah berdirinya Rumah Pintar Nur Aini?

AD : “Sejarah berdirinya Rumah Pintar Nur Aini ditinjau dari segi sosiologis yang letaknya dekat dengan masjid An-Nur yang diharapkan dengan nama tersebut bisa membuka mata hati masyarakat disekitar Rumah Pintar untuk bahu membahu membangun lembaga yang tujuannya dapat memberikan dampak yang positif diantaranya dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Selain itu, dari segi historis nama rumah pintar Nur Aini diambil dari nama putri saya yang kedua yang bernama Nur Aini mas”.

2. Apakah tujuan berdirinya Rumah Pintar Nur Aini?

AD : “Meningkatkan akses layanan pendidikan nonformal di daerah perbatasan, daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah yang termarjinalkan serta masyarakat yang belum terlayani/ terbatas pelayanan pendidikannya. Selain itu, memperkuat eksistensi dan akuntabilitas komunitas belajar masyarakat sebagai satuan PNF sejenis”.

3. Apakah visi dan misi dari Rumah Pintar Nur Aini?

AD : “Visi Rumah Pintar Nur Aini adalah mewujudkan rumah pintar sebagai tempat untuk membangun dan mengembangkan masyarakat pembelajar (learning society) yang sehat, sejahtera dan

134

cerdas. Misi Rumah Pintar Nur Aini adalah menyediakan layanan informasi murah, mudah dan bermutu, menyediakan tempat yang memingkinkan terjadinya komunikasi, interaksi dan proses belajar bagi anggota masyarakat, serta menyediakan diri sebagai lembaga yang siap bekerjasama dengan perorangan, lembaga dan instansi yang peduli dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan peningkatan kualitas hidup melalui pelatihan dan penelitian”.

4. Apa yang menjadi latar belakang pelaksanaan program pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini?

AD : “Latar belakang diadakannya program pengelolaan sampah di Rumah Pintar yaitu banyak sampah yang dihasilkan oleh masing-masing Rumah Tangga. Mereka hanya langsung membuang sampah secara campur baik sampah organik maupun sampah anorganik. Selain itu, kebanyakan warga masih melakukan cara yang salah yaitu membakar sampah menjadi satu. Sehingga asap yang diakibatkan dari pembakaran sampah tersebut mengganggu aktivitas yang dilakukan oleh warga sekitar. Berdasarkan masalah tersebut, maka saya mempunyai ide, gagasan untuk melakukan kegiatan yang positif untuk menaggulangi masalah sampah yaitu dengan melakukan pengelolaan sampah dengan baik. Caranya dengan melaksanakan program pengelolaan sampah dengan baik. Memisahkan antara sampah organik dengan yang anorganik. Selain itu, membuat kompos dari sampah organik dan membuat kerajinan sampah dari sampah nonorganik yang masih layak digunakan”. 5. Siapakah yang menjadi sasaran kegiatan pelaksanaan program pengelolaan

sampah di Rumah Pintar Nur Aini?

AD : “Sasaran dari program pengelolaan sampah yaitu kaum perempuan yang berjumlah 20 –30 orang”.

6. Berapa jumlah tutor dari pelaksanaan program pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini?

135 AD : “Satu tutor”

7. Bagaimana cara rekrutmen tutor dilakukan?

AD : “Punya keahlian dalam hal mengelola sampah dan mempunyai kemauan yang tinggi dalam memberikan pelatihan”.

8. Kapan pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah dilakukan? Dan berapa lama durasi waktu dalam pelaksanaan setiap kali pertemuan?

AD : “Pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah dilakukan hari Minggu pagi mas. Untuk durasi waktu mulai jam 09.00-11.00 WIB, atau waktu mulainya bisa fleksibel dengan keadaan warga belajarnya mas. Biasanya kan tiap Minggu pagi diadakan senam dulu, kemudian setelah senam baru dilanjutkan program pelatihan pengelolaan sampah”

9. Apakah dalam penyampain materi program pelatihan pengelolaan sampah menggunakan kurikulum dan berpedoman dengan RPP?

AD : “Program pelatihan pengelolaan sampah sebenarnya itu adalah program yang berasal dari inisiatif dari pengurus dan pengelola Rumah Pintar saja bukan program yang berasal dari pemerintah. Maka dari itu tidak ber JPL dan tidak menggunakan kurikulum seperti program yang dari pemerintah. Kemudian untuk materi yang kami sampaikan hanya melihat dari beberapa sumber informasi saja seperti dari media sosial internet dan tidak menggunakan RPP sebagai acuan penyampaian materi”

10. Apakah pelaksanaan daur ulang atau pengelolaan sampah dilakukan di Rumah Pintar Nur Aini?

AD : “Ya, di Rumah Pintar Nur Aini dilakukan kegiatan daur ulang sampah”

11. Dimana menjual hasil produk kerajinan daur ulang limbah sampah tersebut? AD : “Biasanya produk hasil kerjinan daur ulang sampah dipasarkan di

pameran-pameran yang biasa diikuti seperti pameran hari Keaksaraan Nasional yang diselenggarakan di Jakarta”.

136

12. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya program pengelolaaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini?

AD : “Respon dari masyarakat cukup positif dan masyarakat sekitar Rumah Pintar Nur Aini aktif mengikuti program pengelolaan sampah. Mereka juga menjadi lebih tahu bahwa sampah tidak harus selalu dibuang melainkan sampah yang masih layak dapat dibuat berbagai macam kerajinan yang dapat mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sehingga dapat memberikan penghasilan tambahan dan bisa mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat”.

13. Bagaimana tahapan-tahapan pelaksanaan program pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini?

AD :

a. “Pertama kita melihat keadaan kesibukan sehari-hari kaum perempuan yang ada di sekitar sini. Setelah tau, kita melakukan identifikasi masalah yang timbul di sekitar Rumah Pintar. Ternyata setelah diidentifikasi yang menjadi permasalahan yaitu mengenai sampah. Banyak warga yang kurang peduli pada sampah, masih sering membakar sampah sehingga timbul asap yang mengganggu pernapasan. Selain itu, sampah yang dibuang dalam satu tempat masih tercampur. Oleh sebab itu, kami berinisiatif untuk menyadarkan warga dengan melakukan sosialisasi yang diadakan tiap pertemuan ibu-ibu mengenai pengelolaan sampah yang benar. Setelah itu, terbentuk suatu kesepakatan bersama antar pengurus pengelola dengan ibu-ibu untuk membentuk wadah kegiatan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini”

137

b. “Pengembangan desain program. Desain program yang kita buat masih sederhana yang terpenting dari kami mengetahui program yang akan dilaksanakan, menyiapkan narasumber, waktu pelaksanaan program, sasaran warga belajar, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan bahan yang digunakan dalam pelatihan. Jadi untuk penyusunan secara bakunya atau standarnya kita belum”

c. “Penyempurnaan program. Melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada warga belajar dan masyarakat terkait program yang akan dilaksanakan, karena jika tidak sosialisasi warga tidak mengetahui program yang ada dan dilaksanakan di Rumah Pintar, kemudian melakukan kesepakatan jadwal pelaksanaan program agar program dapat berjalan secara kontinyu. Selanjutnya membentuk kepengurusan dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah supaya program dapat terkoordinir dan berjalan dengan baik”

d. “Penyiapan perangkat. Semua penyiapan perangkat dari sarana prasarana, media, narasumber, pembiayaan disediakan dan ditanggung oleh Rumah Pintar Nur Aini. Seperti sarana gunting kita bisa meminjam gunting yang disediakan dari program TPA yang ada di Rumah Pintar, untuk sampah plastik warga belajar sudah menyediakan dan mengumpulkan dari rumah masing-masing. Untuk narasumber kita kerja sama dengan Dinas

138

Lingkungan Hidup dan dari UGM. Biasanya narasumber sifatnya sukarela saja. Selanjutnya untuk media seperti screen, laptop juga sudah ada dari Rumah Pintar Nur Aini”

e. “Pelaksanaan kegiatan. Secara umum pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah belum bisa sesuai dengan tujuan dan perencanaan yang ditetapkan. Masih terdapat kendala program yang menghambat seperti kesibukan warga belajar yang membuat program diundur-undur, pengumpulan sampah yang lama”

f. Penilaian

Penilaian yang dilakukan dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah masih sebatas penilaian yang melihat dari kualitas hasil produk yang telah dibuat”

g. Umpan balik

“Umpan balik yang dilakukan dalam program yaitu dengan melakukan pertanyaan kepada warga belajar terkait materi yang telah disampaikan dan memberikan kepada warga belajar untuk tanya”

h. Evaluasi program

“Evaluasi yang kami lakukan dengan melihat apa saja yang masih menjadi kendala dalam pelaksanaan program. Biasanya kami membuat catatan-catatan ke dalam buku terkait hal-hal

139

yang harus diperbaiki. Sehingga kedepannya program dapat berjalan lebih baik”

i. Tindak lanjut

“Setelah program pelatihan pengelolaan sampah berjalan beberapa kali dan saat ini masih belum mulai kembali. Ada rencana untuk melanjutkan program mas tetapi untuk saat ini masih banyak warga belajar yang masih sibuk mas terutama pada musim penghujan saat ini banyak yang sibuk mengurus pertanian di sawahnya. Sebetulnya masih banyak produk kerajinan kriya dari limbah sampah nonorganik yang belum dibuat mas”

14. Bagaimana keadaan lingkungan sebelum dan setelah adanya kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Pintar Nur Aini?

AD : “Sebelum adanya program pengelolaan sampah warga masih membuang sampah dengan cara yang salah yaitu dengan membakar sampah menjadi satu antara sampah organik dan sampah nonorganik. Sehingga udara menjadi kotor dan mengganggu kegiatan warga masyarakat sekitar. Tetapi setelah adanya program pengelolaan sampah yang dilakukan di Rumah Pintar Nur Aini warga masyarakat menjadi lebih tahu dan paham bahwa sampah tidak harus selalu dibuang. Melainkan sampah nonorganik yang masih dapat dimanfaatkan untuk dibuat berbagai macam kerajian yang mempunyai nilai ekonomi. Kemudian untuk sampah organik seperti daun-daun yang sudah kering dapat dijadikan kompos yang berguna untuk menyuburkan tanaman. Dengan kegiatan yang dilakukan untuk menangani masalah

140

sampah tersebut maka lingkungan sekitar menjadi lebih bersih dan asri.

15. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini?

AD : Faktor penghambat pelaksanaan program pengelolaan sampah: a. Program pengelolaan sampah belum bisa berjalan secara rutin.

Hal tersebut dikarenakan banyak dari warga belajar yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.

b. Hasil penjualan produk kerajinan program pengelolaan sampah belum bisa memberikan masukan kas yang lebih. Hal tersebut dikarenakan warga belajar hanya diajarkan oleh tutor untuk membuat produk kerajinan limbah plastik bekas masih skala kecil belum skala yang lebih besar.

AD : Faktor pendukung pelaksanaan program pengelolaan sampah: a. Semangat warga belajar yang tinggi untuk mengikuti program

pengelolaan sampah.

b. Sarana dan prasarana yang memadai.

16. Apakah masyarakat sudah memiliki kemampuan memilah dan mendaur ulang sampah sebelum adanya program pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini?

AD : Masyarakat belum bisa memilah dan mendaur ulang sampah dengan benar.

17. Bagaimana masyarakat mengelola sampahnya sebelum adanya program pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini?

AD : “Sebagian masyarakat masih membuang sampah campur satu jenis baik sampah organik maupun sampah anorganik. Selain itu, masyarakat sekitar Rumah Pintar masih melakukan pembakaran sampah. Sehingga asap yang ditimbulkan dari pembakaran sampah tersebut mengganggu aktivitas warga masyarakat”.

18. Siapa yang memberi sosialisasi tentang pemilahan sampah kepada masyarakat?

141

AD : “Sosialisasi tentang pemilahan sampah yang memberikan saya ”. 19. Apakah pernah diselenggarakan pelatihan daur ulang sampah disini?

AD : “Pernah”

20. Siapa yang memberi pelatihan? AD : “Dinas Kapedal”

21. Bagaimana hasil dari pelaksanaan daur ulang sampah disini ?

AD : “Hasil pelaksanaan daur ulang sampah disini cukup baik mas. Warga belajar cukup antusias dalam pelaksanaan program. Ketika warga belajar tidak bisa datang dalam pertemuan mereka menanyakan mengenai materi yang diberikan kemarin. Selain itu, warga belajar juga memparktekkan langsung di rumah masing-masing materi yang sudah diajarkan oleh tutor. Misalnya : untuk sampah organik, warga belajar mempraktekkan cara membuat kompos yang berasal dari sampah organik seperti daun kering, sisa buah-buahan, sayur-sayuran, dll. Ketika tidak berhasil, mereka menanyakan kembali kepada tutor sampai berhasil. Kemudian untuk sampah anorganik mereka sudah bisa membuat berbagai macam kerajinan yang berasal dari sampah plastik yang masih layak digunakan seperti tas, dompet, tikar dari bekas kemasan minyak goreng, taplak meja dari bekas kemasan sunlight, keranjang buah dari tutup minuman gelas, dll.

22. Tentunya tidak semua sampah dapat dibuat kerajinan yang disebut residu (nasi basi, pampers, pembalut, dll). Bagaimana cara masyarakat mengelola residu sampah mereka.

AD : Masyarakat belum bisa mengatasi sampah yang tidak bisa dibuat kerajinan atau sampah residu. Sampah rumah tersebut di kumpulkan di depan rumah mereka kemudian setelah terkumpul biasanya nanti diangkut truk dari dinas kebersihan setempat.

142