• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Kajian Sampah 1.Kajian Sampah

2. Kajian Pengelolaan Sampah a. Teori Pengelolaan Sampah

Menurut Martopo, S dalam (Suryanti, 2009: 33) pola pengelolaan sampah adalah aktivitas pengelolaan sampah mulai dari sumber sampah sampai dengan tempat pembuangan akhir atau sampai tempat prosessing. Permasalahan sampah bukan hanya berdampak pada persoalan lingkungan, tetapi juga menimbulkan kerawanan sosial dan bencana kemanusiaan. Ada beberapa hal kreatif yang bisa dilakukan agar sampah tidak menggunung dan menyebabkan kerusakan lingkungan yaitu menerapkan prinsip 4R yaitu:

1) Reduce (mengurangi sampah); sebisa mungkin melakukan

minimalisasi barang atau material yang digunakan seperti; membawa tas belanjaan sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik pembungkus barang belanja, membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun dari pada membeli botol baru setiap kali habis, membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain-lain dalam paket yang besar daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama.

2) Reuse (memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali seperti; memanfaatkan botol-botol bekas sebagai wadah, memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja untuk pembungkus, memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan tangan, perangkat pembersih, maupun keperluan lainnya.

15

3) Recycle ( mendaur ulang); sebisa mungkin barang-barang yang sudah tidak berguna lagi di daur ulang seperti; mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar bekas untuk didaur ulang, mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk didaur ulang, menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil daur ulang.

4) Replace (mengganti); teliti dengan barang yang dipakai sehari-hari, sebisa mungkin menganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama, juga coba menggunakan barang yang ramah lingkungan, misalnya mengganti kantong plastik kresek dengan keranjang belanja dan jangan menggunakan Styrofoam karena kedua barang tersebut tidak bisa terdegradasi dalam waktu singkat.

Berdasarkan teori pengelolaan sampah diatass, maka dapat dijelaskan bahawa dalam pelaksanaan program poelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini sudah melakukan tahap recycle (mendaur ulang) yaitu dengan mengolah sampah organik dan non organik. Sampah non organik seperti sampah plastik yang sudah tidak terpakai lagi di daur ulang menjadi produk kerajinan yang mempunyai nilai ekonomis. Sedangkan untuk sampah organik seperti daun kering dan sisa sayur dapat dibuat kompos.

b. Pengelolaan Sampah

Secara umum sampah dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah organik berasal dari makhluk hidup dan dapat membusuk, seperti dedaunan, sampah dapur, dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat membusuk/hancur secara alami, seperti polastik, kaleng, botol dan lain-lain. Pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini tidak hanya memilah sampah dan dijual ke pengepul, tetapi ibu-ibu mengolah

16

sampah anorganik menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, misalnya: pembuatan kerajinan dari daur ulang dengan memanfaatkan sampah plastik dan botol bekas. Kerajinan daur ulang tersebut diambil dari sampah-sampah plastik yang tidak laku dijual oleh pengepul, biasanya para pengurus dan warga belajar mengkreasikan bahan yang berasal dari bahan plastik menjadi tas, dompet, tirai dan lain-lain. Sedangkan untuk sampah yang berasal dari botol bekas biasanya dibuat bunga, hiasan lampu, bros dan lain-lain.

c. Standarisasi Pengelolaan Sampah

Standar yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan telah diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Standarisasi Nasional (Anonim, 2003: 55) yaitu:

1) SK-SNI. S-04-1991-03, tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia, standar ini mengatur tentang jenis sumber sampah, besaran timbulan sampah berdasarkan komponen sumber sampah serta timbulan sampah bersdasarkan klasifikasi kota.

2) SNI 19-2454-1991, tentang Tata Cara Pengolahan Teknik Sampah Perkotaan.

3) SNI 03-3241-1994, tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Standar ini mengatur tentang ketentuan pemilihan lokasi TPA, kriteria pemilihan lokasi yang meliputi kriteria reional dan kriteria penyisih.

4) SNI 19-3964-1994, tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Standar ini mengatur tentang tata cara pengambilan dan contoh timbulan sampah yang meliputi lokasi, cara, pengambilan, jumlah contoh, frekuensi pengambilan, serta pengambilan dan perhitungan.

17

e. Komponen Sistem Pengelolaan Sampah

Pengelolaan persampahan mempunyai lingkup kegiatan yang disebut dengan sistem, terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi membentuk kesatuan, dan mempunyai tujuan. Interaksi dalam hal ini mempunyai ketentuan, dan aturan-aturan tertentu. Sedangkan komponen (yang mempunyai bentuk) tersebut di atas disebut subsistem. Komponen yang mempunyai tujuan sama tetapi bentuk interaksi tidak mengikuti aturan yang berlaku disebut lingkungan internal, dan komponen yang tidak mempunyai tujuan yang sama, dan interaksi serta ketentuan yang berlaku disebut dengan lingkungan eksternal (DPU, 1988). Komponen sistem pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:

1) Sistem pengelolaan persampahan dapat dibagi menjadi 4 subsistem dan satu komponen subsistem yaitu: a) subsistem organisasi, dan manajemen, b) Subsistem operasional, c) subsistem pembiayaan, dan retribusi, d) subsistem pengaturan/ hukum.

2) Subsistem organisasi dan manajemen dapat dibagi menjadi 6 yaitu: a) Bentuk organisasi, b) struktur manajemen, c) Struktur organisasi, d) Personalia (kualitas dan kuantitas), e) Tata laksana kerja, f) Pendidikan dan latihan.

3) Subsistem Operasional terdiri dari 6 yaitu: a) Tingkat pelayanan, b) Daerah pelayanan, c) Sub-subsistem penampungan dan pengumpulan, d) Sub-subsistem pemindahan, e) Sub-subsistem pengangkutan, f) Sub-subsistem pembuangan akhir.

4) Subsistem pembiayaan dan retribusi terdiri dari 3 yaitu: a) Sumber pendanaan, b) Daerah layanan, c) Pola/prosedur retribusi.

5) Subsistem pengaturan/ hukum yaitu terdiri: a) Pedoman pembentukan peraturan daerah, b) Perda pembentukan organisasi, c) Perda ketertiban umum di bidang kebersihan lingkungan, d) Perda pembentukan struktur tarif.

6) Komponen peran serta masyarakat terdiri dari: a) Bentuk partisipasi masyarakat, b) Materi dan metode pembinaan masyarakat di bidang kebersihan/ penyuluhan, c) Pelaksanaan program penyuluhan, d) Evaluasi serta pemeliharaan kondisi.

18

f. Unsur-unsur Pokok dalam Pengelolaan Sampah

Menurut Sugiharto (2006: 34), beberapa unsur pokok yang perlu dilakukan dalam pengelolaan sampah antara lain:

1) Penimbulan sampah (waste generation): meliputi aktivitas-aktivitas pembuangan barang-barang lama yang tidak berguna baik yang dilempar begitu saja oleh pemiliknya maupun yang dikumpulkan lebih dahulu.

2) Penyimpanan setempat (on site storage): elemen ini sangat penting sebab melibatkan nilai-nilai keindahan, kesehatan masyarakat dan ekonomi, penyimpanan yang memenuhi syarat adalah: a) Kedap air, b) Mempunyai tutup yang sesuai dengan bagian badannya, c) Mempunyai alat pegangan jika tempat sampah itu berupa tong.

3) Pengumpulan dan Pemilahan: elemen ini menyangkut tidak hanya pengumpulan sampah (gathering) saja tetapi juga termasuk pemilahannya antara sampah organik dengan sampah anorganik. Pengumpulan sampah yang dilakukan warga belajar program pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini masih sederhana yaitu warga belajar mengumpulkan sampah dan dipilah langsung sesuai dengan jenisnya menggunakan bak sampah yang ada di masing-masing rumah warga belajar. Setelah sampah dikumpulkan kemudian untuk dibawa ke tempat pelatihan program pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini.

4) Pengangkutan: kegiatan elemen ini terdiri dari dua langkah: a) Pemindahan alat angkut yang lebih kecil ke alat angkut yang lebih besar dan b) Tahap berikutnya, biasanya pada jarak yang jauh ketempat pembuangan akhir. Pemindahan ini dilaksanakan ditempat pemindahan (transfer station).

5) Pengolahan kembali: elemen ini termasuk penggunaan semua teknik alat-alat dan fasilitas untuk mendapatkan material-material yang masih berguna, pengubahan produk atau energi yang berasal dari sampah.

6) Pembuangan: disposal adalah tumpukan akhir dari semua proses pengelolaan sampah, apakah sampah dari tempat-tempat pemukiman, dari tempat-tempat umum dan komersial, institusi, industri maupun sampah hasil penyapuan jalan yang dikumpulkan dan diangkut langsung ketempat Sanitary landfill.

19

Berdasarkan unsur-unsur pokok dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini yang dilakukan yaitu tahap pemilahan/pengumpulan, pengangkutan, pengolahan kembali dan pembuangan.

g. Mekanisme Pengelolaan Sampah Terpadu

Cadinali (2001: 54) berpendapat agar manajemen sampah berhasil harus ada dukungan politik yang kuat, pemberian pengertian/ pendidikan yang efektif, ada akses fasilitas dan pasar barang bekas, tersedia pusat pengumpulan bahan organik dan pengomposan, pengenalan kepada ibu rumah tangga tentang alternatif pemanfaatan kembali barang-barang, tersedia landfill dan manajemen terintegrasi penanganan sampah yang tidak dapat didaur ulang. Manajemen sampah yang baik menuntut industri harus bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan baik produk ataupun kemasannya, sedangkan badan legislatif harus tegas kepada pihak industri. Masyarakat diharapkan dapat mendukung dan berperan serta dalam manajemen sampah.

Tiwow etal (2003:97) menyatakan pengelolaan sampah perlu metode yang lebih baik dengan cara meningkatkan peran serta dari lembaga-lembaga terkait dalam menigkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkatan aspek ekonomi yang mencakup upaya peningkatan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan pemerintah serta meningkatkan aspek legal dalam pengelolaan sampah. Teknologi yang digunakan dalam pengelolaan sampah adalah teknologi tepat guna seperti pengomposan, teknologi penanganan plastik, teknologi pembuatan kertas daur ulang. Teknologi pengelolaan sampah harus merupakan teknologi yang ramah lingkungan.

20

Perencanaan strategis penanggulangan sampah dilakukan dengan konsep pembangunan berkelanjutan, berbasis pada visi politik untuk mengatur lingkungan dasar dan permasalahan pembangunan tanpa membuat kerugian bagi generasi yang akan datang. Konsep berkelanjutan meliputi aspek ekologi/ lingkungan, ekonomi dan sosial. Prioritas pembangunan berkelanjutan adalah kesejahteraan, keamanan nasional, demokrasi dan kesehatan masyarakat (Elander et al., 2006).

h. Kendala dalam Pengelolaan Sampah

Menurut Slamet, (2007: 62) kendala yang dihadapi saat ini, bahwa sampah sulit dikelola karena berbagai hal, diantaranya:

1) Meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan.

2) Meningkatnya biaya operasional, pengelolaan dan kontruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan.

3) Pembiayaan yang tidak memadai mengingat sampai saat ini kebanyakan sampah hanya dikelola oleh pemerintah.

4) Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan dan perundangan.

5) Sulitnya mencari peran serta masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan.

6) Sumber daya manusia yang masih rendah

Sebenarnya untuk memulai sadar lingkungan terutama dengan pengelolaan sampah dapat dimulai dari lingkungan terkecil yaitu lingkungan keluarga. Dengan lingkungan keluarga setidaknya sebagai orang tua bisa mengarahkan kepada anaknya untuk bisa membuang sampah di tempatnya, kemudian setelah itu bisa memberi tahu dan mencontohkan meilah sampah yang benar yaitu pemilahan antara sampah organik dan non organik. Dengan demikian nanatinya anak akan lebih

21

peduli dengan lingkungannya dan bisa memberikan pengetahuan tersebut kepada orang lain.

i. Efek Samping Sampah Terhadap Manusia dan Lingkungan 1) Dampak Terhadap Kesehatan

Lokasi dan pengolahan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai bianatang seoerti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit (Tchobanoglous dkk, 1993: 73). Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a) Penyakit jamur yang dapat menyebar(misalnya jamur kulit). b) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus

yang berasal dari sampah dengan penegelolaan tidak tepat dapat mencemari air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

c) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makannya yang berupa sisa makanan/ sampah.

d) Sampah beracun, telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

2) Dampak Terhadap Lingkungan

a) Lindi (leachate) yang termasuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberepa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.

b) Selain mencemari air permukaan, lindi juga berpotensi mencemari air dalam tanah.

22

c) Sampah yang dibuang ke saluran drainase atau sungai akan menyumbat atau menghambat aliran air.

d) Sampah yang kering menjadi relatif mudah terbakar. Hal ini dapat menimbulkan bahaya kebakaran Damanhuri (2004: 42). 3) Dampak Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik aakan membentuk lingkungan yang kurang menyanangkan bagi masyarakat. Bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran di mana-mana.

b) Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

c) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).

d) Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase dan lain-lain.

e) Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang cenderung membuang sampah di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih serign dibersihkan dan diperbaiki (Tchobanoglous dkk, 1993)

j. Pengelolaan Sampah Padat

Yang dimaksud pengelolaan sampah ialah sampah dikerjakan sedemikian rupa hingga dimanfaatkan, atau diproses sedemikian hingga tidak membahayakan atau mengganggu lagi (Fajar Hadi, 1980: 132). Berikut ini beberapa cara dalam mengolah sampah yaitu:

1) Pakai ulang (re-use) dan daur ulang (recycling) 2) Pembuatan pupuk (composing)

Pembuatan kompos ini pada prinsipnya ialah mengolah sampah organik menjadi bahan anorganik (pupuk) baik secara anaeron maupun anaerob.

3) Pembakaran Sampah (Inceneration)

Pembakaran ini adalah suatu cara pengelolaan samapah dengan dibakar pada suatu tempat yang khusus untuk keperluan ini.

23

Umumnya incinerator dilakukan secara besar-besaran melalui fasilitas khusus yang dibangun untuk keperluan itu.

4) Mengurug Tanah

Mengurug sampah dengan tanah (Sanitary Landfill) yang juga biasa disebut pendam urug berlapis, mula-mula sampah dibuang di dalam lubang yang sengaja dibuat untuk pembuangan sampah, sampah ditutup tanah, ditimbun lagi dengan sampah diatas urugan tanah tersebut, lalu ditutup lagi dengan tanah, demikian dan seterusnya. Proses ini biasanya dilakukan di TPA. 5) Pirolisis (Pyrolysis)

Pirolisis adalah dekomposisi sampah yang modern, dilakukan dengan suhu tinggi, dan hasilnya ialah bahan-bahan yang berguna, misalnya jenis minyak tertentu, arang aktif atau gas (Ircham, 1992: 50-51).

6) Pemadatan atau Pengempaan (Blocking)

Pemadatan ini dengan cara mengecilkan volume sampah padat seperti halnya ampas tebu, kotak seng, juga mobil bekas.

k. Pelatihan Pengelolaan Sampah

Menurut Ambar Teguh dan Rosidah (2003: 175). mengartikan pelatihan sebagai “proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Para peserta pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu”.

Sedangkan pengertian pengelolaan sampah menurut UU No 18 Tahun 2008 didefinisikan bahwa pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penenganan sampah.

Berdasarakan pemaparan mengenai pengertian pelatihan dan pengelolaan sampah diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan dan pengelolaan sampah merupakan suatu proses pendidikan jangka pendek yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mengembangkan

24

keterampilan seseorang dalam hal ini seseorang dapat mengurangi dan bisa melakukan penanganan sampah secara baik.

Proses Pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini diselenggarakan setiap seminggu sekali yaitu pada hari minggu pagi. Sebelum melakukan pelatihan tutor mengharuskan kepada setiap warga belajar yang mengikuti program pengelolaan sampah anorganik untuk mengumpulkan berbagai jenis sampah anorganik yang masih layak untuk dibuat berbagai macam kerajinan dalam kurun waktu dua bulan. Tujuan dari kegiatan ini sendiri adalah agar terciptanya lingkungan yang bersih dan membentuk masyarakat menjadi lebih peduli terhadap lingkungannya. Selanjutnya, setelah sampah terkumpul warga belajar membawa sampah anorganik tersebut pada saat pelatihan. Dalam pelaksanaan pelatihan tutor memberikan materinya terkait dengan pengelolaan sampah, setelah materi selesai disampaikan warga belajar langsung mempraktekkan untuk membuat berbagai produk kerajinan dari limbah sampah.

3. Kajian Tentang Rumah Pintar