• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI POLITIK KESEHATAN

4.4 Contoh kasus komunikasi politik

Komunikasi politik adalah upaya menyampaikan pesan, ide atau program kepada individu, kelompok atau khalayak masyarakat secara keseluruhan. Contoh yang paling menarik saat mengikuti debat Calon Presiden Republik Indonesia Periode 2014-2019 yaitu Prabowo Subianto-Hatta Radjasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Gambaran komunikasi politik dapat dipelajari dari contoh kasus yang disajikan.

Kotak 4.1: Contoh Kasus Komunikasi Politik Ala Jokowi

Debat Ekonomi: Investasi Indonesia sehat

Dalam debat calon Presiden Republik Indonesia antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo pada Minggu 15 Juni 2014. Joko Widodo memfokuskan pada membangun sistem. Salah satu komponen penting yang disampaikan oleh Joko Widodo adalah melakukan investasi di bidang kesehatan dengan Kartu Indonesia Sehat. Dalam banyak dialog baik yang dilakukan langsung oleh Joko Widodo maupun dilakukan oleh para pendukungnya memperkenalkan Kartu Indonesia Sehat yang merupakan salah satu program unggulan. Kartu Indonesia Sehat ini (mungkin) merupakan penerapan lebih jauh dari Kartu Jakarta Sehat.

Meskipun demikian, Juru Bicara Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Nurul Arifin, program seperti itu juga sudah dikeluarkan pemerintah saat ini, hanya berbeda nama, yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarajan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), bahkan dianggap tumpang tindih dengan BPJS yang sudah diterapkan sejak 1 Januari 2014, bahkan lebih jauh Jokowi dituding kubu Prabowo-Hatta telah membuat kebohongan besar dengan menawarkan program dan atau kebijakan ini. Karena itu kubu Prabowo-Hatta mempertanyakan apa sebenarnya perbedaan antara Kartu Indonesia Sehat dengan BPJS kesehatan yang saat ini sudah berjalan?

Meskipun program Kartu Indonesia Sehat banyak diragukan eksistensinya Tim Sukses Jokowi Dodo-Jusuf Kalla, Wijayanto Samirin, mengungkapkan bahwa program Kartu Indonesia Sehat merupakan penyempurnaan dari program BPJS yang sudah berjalan saat ini. Program ini dipandang akan memberikan akses kesehatan yang lebih luas kepada seluruh rakyat Indonesia. Jika pasien biasanya yang mendatangi fasilitas kesehatan misalnya Puskesmas dan Rumah Sakit, Kartu Indonesia Sehat ini akan memberikan pelayanan kesehatan dengan memaksimalkan dokter keliling. Setiap warga negara yang memiliki Kartu Indonesia Sehat akan mendapatkan pelayanan kesehatan sampai pada tingkat desa dengan memanfaatkan Posyandu. Juga akan disiapkan 55.000 rumah sehat di seluruh Indonesia. Jokowi juga berjanji akan memperbaiki status gizi 28 juta penduduk Indonesia terutama mereka yang berada pada kelompok miskin. Mereka harus diberikan gizi yang bagus melalui penyediaan susu dan suplemen dan makanan tambahan bagi ibu hamil. Keunggulan lain dari Kartu Indonesia Sehat ini adalah bahwa cakupan pelayanan kesehatan akan lebih luas, yaitu tidak hanya pada mereka yang membutuhkan dimana kartu BPJS tersebut diterbitkan. Terkait dengan pembiayaan, sudah ada perhitungan yang cermat. Pemerintah akan menanggung biaya kesehatan warga miskin, sementara yang berpenghasilan cukup akan ada mekanisme penetapan tarif. Kita lihat nanti implementasinya seperti apa!!!!!

Kotak 4.2: Contoh Kasus Posbindu PTM Perlu Dukungan

Posbindu PTM Perlu Dukungan

Integritasikan dengan Pos Kesehatan Desa

JAKARTA, KOMPAS – Pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular atau Posbindu PTM terkendala minimnya jumlah petugas kesehatan dan para kader. Untuk itu, dukungan banyak pihak diperlukan agar kegiatan itu tetap berjalan. Sebab, posbindu amat berperan dalam surveilans, penapisan, dan deteksi dini penyakit tak menular. Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi Subdirektorat Pengendalian Penyakit Kronis dan Degeneratif Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Tiffany Tiara Pakasi mengemukakan hal itu, Jumat (28/8) di Jakarta.

Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Lily Sulistyowati sebelumnya menyatakan, dari sekitar 10.000 posbindu PTM di Indonesia, sekitar 4.000 unit tidak aktif. Tiara mrngatakan, tidak aktifnya posbindu PTM itu terutama disebabkan dinamika masyarakat. Misalnya, pergantian petugas posbindu karena sudah lanjut usia, ada kesibukan lain, bosan, tak ada stimulant dari lingkungan sekitar, ataupun sekadar giat saat awal pembentukan lalu cenderung tidak aktif.

Salah satu contoh posbindu PTM yang tidak aktif ialah posbindu PTM di Museum Tekstil, Jakarta Barat. Menurut Ketua Posbindu PTM Museum Tekstil Mery Situmeang, dalam dua bulan terakhir tidak ada lagi aktifitas di posbindu yang dipimpinnya. Alasannya, petugas posbindu memiliki kesibukan lain. Padahal, dalam sekali kegiatan 25-40 orang datang memeriksakan kesehatan mereka di Posbindu PTM Museum Tekstil. Mereka kebanyakan adalah karyawan dan pengunjung museum. “Kami belum tahu kapan akan memulai kegiatan lagi, masih menunggu informasi dari puskesmas,” kata Ketua Posbindu PTM Museum Tekstil, Rosi.

Sementara itu mulyani, kader posbindu di RW 006, Kelurahan Depok, Kota Depok, Jawa Barat, menyampaikan, antusiasme warga untuk datang ke posbindu PTM masih rendah. Dari 100orang lansia yang tercatat, hanya 20-25 orang yang memeriksakan diri. Mereka menganggap tak ada masalah kesehatan. Padahal, dengn bantuan Rp 1 juta-Rp 1,5 juta per kader per tahun, kader posbindu PTM di daerah itu rutin bertemu warga. Ada juga warga yang menganggap posbindu PTM bagi orang kurang mampu sehingga memilih memeriksakan diri ke rumah sakit jika ada masalah kesehatan.

Lanjutan...

Merujuk pada teori dan komponen dasar dari sebuah proses komunikasi politik, maka studi kasus tersebut di atas dapat dibedah lebih jauh.

Studi Kasus 4.1:

a. Komunikator politik

 Calon Presiden Republik Indonesia antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo

 Juru bicara dan para pendukung kedua calon presiden b. Pesan-pesan politik

 Joko Widodo memfokuskan pada membangun sistem membangun investasi Indonesia Sehat melalui Kartu Indonesia Sehat KIS)

 KIS dipandang akan memberikan akses kesehatan yang lebih luas kepada seluruh rakyat Indonesia.

Jangkauan lebih luas

Posbindu PTM merupakan program yang digagas kemenkes untuk mengendalikan penyakit tak menular. Konsep program itu mirip dengan pos pelayanan terpadu (posyandu), tetapi jangkauannya lebih luas, yakni warga berusia 15 tahun keatas. Selama ini, posbindu dijalankan warga yang telah dilatih sebagai kader, dibantu petugas kesehatan dari puskesmas. Beberapa kegiatan posbindu yang bias diikuti warga ialah konsultasi kebiasaan dan gaya hidup untuk mengetahui apa ada faktor risiko penyakit tidak menular.

Selain itu, warga dapat mengukur berat tubuh, tinggi badan, lingkar perut, dan tekanan darah. Masyarakat juga bisa mengikuti pemeriksaan gula darah, kolesterol, dan senam bersama. Dengan mengikuti posbindu PTM, masyarakat diharapkan terbiasa hidup sehat agar tak terkena penyakit tak menular.

Lily mengatakan, dalam berbagai pertemuan dengan jajaran pemerintah daerah, pihaknya terus mendorong agar kepala daerah mengeluarkan kebijakan pro kesehatan. Contoh kebijakan itu ialah menggalakkan posbindu PTM dan membuat kawasan tanpa rokok.

“Posbindu PTM akan diperkuat melalui integrasi kegiatan dengan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat. Salah satunya, mengintegrasikan ponbindu PTM dengan pos kesehatan desa,” ujarnya.

Tiara menambahkan, sejauh ini upaya Kemenkes ialah mengadvokasi pemimpin wilayah, institusi, komunikasi, dan kelompok masyarakat terkait pentingnya posbindu. “Posbindu berperan penting dalam mendeteksi kemungkinan penyakit tak menular,” ucapnya. (ADH/B06?B12)

 KIS akan memberikan pelayanan kesehatan dengan memaksimalkan dokter keliling. Setiap warga negara yang memiliki KIS mendapatkan pelayanan kesehatan sampai pada tingkat desa dengan memanfaatkan Posyandu.

 Juga akan disiapkan 55.000 rumah sehat di seluruh Indonesia.

 Jokowi juga berjanji akan memperbaiki status gizi 28 juta penduduk Indonesia terutama mereka yang berada pada kelompok miskin. Mereka harus diberikan gizi yang bagus melalui penyediaan susu dan suplemen dan makanan tambahan bagi ibu hamil.

 Keunggulan lain dari Kartu Indonesia Sehat ini adalah bahwa cakupan pelayanan kesehatan akan lebih luas, yaitu tidak hanya pada mereka yang membutuhkan dimana kartu BPJS tersebut diterbitkan.

 Terkait dengan pembiayaan, sudah ada perhitungan yang cermat. Pemerintah akan menanggung biaya kesehatan warga miskin, sementara yang berpenghasilan cukup akan ada mekanisme penetapan tarif.

 Kubu Prabowo-Hatta mempertanyakan perbedaan antara Kartu Indonesia Sehat dengan BPJS kesehatan yang saat ini sudah berjalan

c. Media komunikasi politik

 Media cetak KOMPAS online d. Khalayak komunikasi politik

 Masyarakat umum dan kelompok masyarakat atau organisasi tertentu misalnya BPJS, RS, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, BPS dan Puskesmas e. Akibat-akibat komunikasi politik.

 Masyarakat mendapatkan gambaran informasi dari masing-masing calon presiden

 Muncul keyakinan dari masyarakat atas kemampuan dan kapasitas yang dimiliki oleh calon presiden

 Pemilik suara memberikan suaranya pada mereka yang dianggap layak dan pantas menjadi presiden

.

Studi Kasus 4.2:

a. Komunikator politik

 Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi Subdirektorat Pengendalian Penyakit Kronis dan Degeneratif

 Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes  Ketua Posbindu PTM

 Petugas kesehatan tingkat Puskesmas  Kader Posbindu

 Mengintegrasikan Pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM) dengan Pos Kesehatan Desa

 Posbindu berperan dalam surveilans, penapisan, dan deteksi dini penyakit tak menular

 Posbindu terkendala minimnya jumlah petugas kesehatan dan para kader.  Dari sekitar 10.000 Posbindu PTM di Indonesia terdapat sekitar 4.000 unit

tidak aktif

 Penyebab ketidakaktifan Posbindu adalah pergantian petugas posbindu karena sudah lanjut usia, ada kesibukan lain, bosan, tak ada stimulan dari lingkungan sekitar, ataupun sekadar giat saat awal pembentukan lalu cenderung tidak aktif.

c. Media komunikasi politik  Media cetak KOMPAS d. Khalayak komunikasi politik

 Jangkauannya lebih luas dari konsep pos pelayanan terpadu (posyandu), yakni warga berusia 15 tahun ke atas.

 Sektor kesehatan terus mendorong agar kepala daerah mengeluarkan kebijakan pro kesehatan misalnya kebijakan untuk menggalakkan Posbindu PTM dan membuat kawasan tanpa rokok

 Mengadvokasi pemimpin wilayah, institusi, komunikasi, dan kelompok masyarakat terkait pentingnya posbindu

e. Akibat-akibat komunikasi politik

 Mengendalikan penyakit tidak menular. Kegiatan meliputi konsultasi kebiasaan dan gaya hidup untuk mengetahui apa ada faktor risiko penyakit tidak menular.

 Warga mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar perut, dan tekanan darah.  Masyarakat mengikuti pemeriksaan gula darah, kolesterol, dan senam bersama  Dengan mengikuti posbindu PTM, masyarakat terbiasa hidup sehat agar tak

terkena penyakit tak menular. 4.5 Diskusi dan penugasan

Setelah membaca materi ini, peserta diharapkan mampu:

a. Menjelaskan konsep komunikasi politik dalam bidang kesehatan kesehatan b. Menjelaskan ruang lingkup komunikasi politik

c. Menjelaskan unsur-unsur komunikasi politik

d. Lakukan bedah program kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses komunikasi politik

e. Bagaimana pentingnya aktor kesehatan mempengaruhi aktor non-kesehatan dalam meningkatkan status kesehatan sebuah wilayah?

f. Komunikasi politik seperti apa yang dipandang efektif dalam mendorong dan mempengaruhi para pengambil kebijakan kesehatan?

4.6 Penutup

Bab ini telah membahas konsep komunikasi politik kesehatan. Komunikator politik, media politik, pesan-pesan politik, sasaran atau khalayak komunikasi politik, dan akibat-akibat yang dapat ditimbulkan dari komunikasi politik menjadi bagian yang penting dalam memahami ruang lingkup komunikasi politik. Makalah ini menjadi lebih mudah dipahami karena disajikan studi kasus yang berkaitan dengan komunikasi politik kesehatan.

References:

Changara, H. (2009). Komunikasi Politik: Konsep, teori dan strategi. Jakarta: Rajawali Pers.

Christen, C. T., & Gunther, A. C. (2003). The influence of mass media and other culprits on the projection of personal opinion. Communication Research, 30, 414-431.

CPHA. (2009). Leadership in public health: A guide to advocacy for public health associations. Ottawa: Canadian Public Health Associations.

Denton, R. E., & Woodward, G. C. (1990). Political communication in America. New York: Praeger.

Doris, A. G., & James, M. S. (2005). Political Communication Faces the 21th Century. Journal of Communication, 479-507.

Hahn, D. F. (2003). Political communication: Rethoric, government, and citizens. State College, PA: Strata Publishing.

Harian Nasional. (2014). Kampanye efektif penentu kemenangan, Harian Nasional. Lilleker, D. G. (2006). Key concepts in political communication. London: SAGE

Publications.

McNair, B. (2011). An introduction to political communication. London and New York: Routledge.

Palutturi, S. (2013). Public Health Leadership. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Palutturi, S., Rutherford, S., Davey, P., & Chu, C. (2013). Healthy Cities Implementation in Indonesia: Challenges and determinants of successful partnership development at local government level. Griffith University, Brisbane, Australia.

Riswandi. (2009). Komunikasi Politik. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Romarheim, A. G. (2005). Definitions of strategic political communication. Norwegia: Norwegian Institute of International Affairs.

BAB V