• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI POLITIK KESEHATAN

4.2 Konsep komunikasi politik kesehatan

4.3.1 Komunikator Politik

Nimmo (1989) membagi komunikator politik ke dalam tiga kategori yaitu politisi/politikus, profesional dan aktivis. Politisi adalah orang yang memegang jabatan dalam lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Di Amerika Serikat menurut Dan Nimmo yang termasuk politisi adalah para pejabat eksekutif seperti presiden, anggota kabinet, kepala penasehat dan staf gedung putih; legislator dan pejabat yudikatif. Sedangkan yang termasuk kalangan profesional sebagai komunikator politik adalah jurnalis (reporter, koordinator berita TV, penerbit) dan promotor yaitu orang yang dibayar untuk mengajukan/mempromosikan kepentingan langganan seperti manajer kampanye, personil periklanan perusahaan. Selanjutnya yang termasuk ke dalam kelompok aktivis menurut Nimmo adalah jurubicara dan pemuka pendapat (opinion leader). Komunikator politik juga bisa seperti partai politik, media massa dan birokrasi dan aparat pemerintah.

Tentu saja karena komunikasi politik ini berkaitan dengan bidang kesehatan maka komunikator politik yang dimaksudkan adalah komunikator yang dapat membawa pesan-pesan, pengaruh, kekuasaan dan kewenangan yang berkaitan dengan kesehatan. Komunikator kesehatan tidak mesti berasal dari tenaga kesehatan seperti yang disebutkan dalam PP No. 32 tahun 1996 tetapi dapat dilakukan oleh tenaga di luar sektor kesehatan. Komunikator kesehatan bisa berasal dari seorang pejabat, bupati/walikota, gubernur, anggota dewan, partai politik, aktivis LSM dan sebagainya yang peduli, mau dan mampu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Banyak masalah kesehatan ditentukan di luar dari sektor kesehatan (S Palutturi, 2013; S Palutturi et al., 2013). Karena itu peranan kementerian dan dinas, badan-badan pemerintah, sektor swasta dan perguruan tinggi non kesehatan untuk menjadi komunikator politik bidang kesehatan adalah sangat esensial.

Jika merujuk pada unsur-unsur komunikasi politik: Organisasi politik, media dan warga negara (Gambar 4.2) (McNair, 2011), maka komunikator politik atau aktor politik adalah siapa saja yang menginspirasi melalui alat organisasi atau institusi untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Secara garis besar aktor politik sebagai komunikator politik dibagi atas empat kelompok secara garis besar, yaitu: a. Partai politik. Partai politik mempunyai kedudukan penting sebagai komunikator

politik. Partai politik dapat mempengaruhi pihak lain termasuk eksekutif (presiden) dan anggota DPR/DPRD dalam menentukan arah dan kebijakan pemerintah yang dapat diambil. Partai politik dapat mempengaruhi lembaga eksekutif mengenai alokasi anggaran kesehatan, alokasi anggaran yang dapat mensupport peningkatan derajat kesehatan yang berada di luar dari sektor kesehatan, dan perekrutan tenaga kesehatan. Di Indonesia saat ini partai yang mempunyai pengaruh dan kekuatan besar adalah misalnya PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat. Partai ini merupakan partai terbesar yang seringkali secara nasional dapat menempatkan anggotanya di DPR. Pada tingkat lokal pun juga demikian dan seringkali, partai politik dan anggota DPRD dari partai ini menjadi kelompok ”pemaksa” bagi seorang bupati/walikota jika ada program yang dipandang tidak layak dan tidak berpihak kepada

masyarakat banyak (pro rakyat). Pada daerah-daerah tertentu ada partai yang mempunyai pengaruh yang cukup besar misalnya PKB di Daerah Jawa Timur, PAN di Daerah Sulawesi Tenggara, Partai Golkar di Sulawesi Selatan dan PKS di Daerah Jawa Barat. Kesemua ini mempunyai peran besar untuk menjadi komunikator politik kesehatan yang sangat efektif. Karena itu, untuk mendorong kesehatan berada pada top isu pembangunan, para profesional dan pejuang pembangunan kesehatan harus mempunyai jaringan dan persahabatan yang baik dengan partai politik dan anggota parlemen.

b. Organisasi publik. Organisasi publik yang dimaksudkan disini adalah para aktor non-partai misalnya para pengusaha (trade unions), kelompok pengguna (consumer groups) dan organisasi para profesional (professional organizations). Jika dilihat dari perkembangannya, kelompok pengusaha (mereka yang mempunyai dana yang cukup) dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah, pemerintah dapat berubah jalan pikirannya jika ada investor/lembaga pemberi dana yang mau menanamkan modalnya dalam suatu wilayah demikian halnya dengan kelompok-kelompok organisasi profesi misalnya IDI, PDGI, IAKMI, PERSAKMI dan sebagainya.

c. Kelompok penekan. Kelompok pressure tidak seperti partai politik yang dibentuk tetapi kelompok pressure ini dapat mendukung anggotanya atau mungkin kepentingan masyarakat yang lebih luas. Kelompok pressure disini misalnya mahasiswa, organisasi buruh, juga termasuk organisasi profesi. Demonstrasi yang dilakukan oleh para dokter misalnya yang dilakukan untuk mendukung ”dokter A” atas dugaan kasus malpraktek merupakan kelompok penekan yang cukup jitu dalam mempengaruhi kebijakan dan keputusan pemerintah. Demonstrasi mahasiswa yang dilakukan atas kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM adalah dimana mahasiswa mendudukkan dirinya sebagai kelompok pressure atas kebijakan tersebut. Organisasi buruh yang menuntut kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) telah menempatkan organisasi buruh sebagai kelompok penekan.

d. Organisasi teroris. Mungkin tidak terlalu relevan dalam subjek ini termasuk dalam bidang kesehatan, namun diakui bahwa kelompok teroris adalah kelompok yang luar biasa yang dapat mengendalikan kewenangan dan pengaruh pada bidang tertentu. Di Indonesia (dalam bidang kesehatan), secara formal, organisasi teroris tidak ada.

e. Pemerintah. Kelompok lain yang dapat menjadi aktor dalam komunikasi politik adalah pemerintah itu sendiri, mulai dari tingkat pusat, provinsi maupun pada tingkat kabupaten/kota. Ditingkat pusat kementerian kesehatan dan kementerian di luar dari sektor kesehatan harus dapat menjadi aktor yang baik dalam upaya

menciptakan dan meningkatkan derajat kesehatan yang lebih baik. Ditingkat provinsi, peranan gubernur, wakil gubernur, Bappeda, para kepala dinas dan kepala badan mempunyai kedudukan penting dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (yang bersih, aman, nyaman dan sejahtera) demikian pula ditingkat kabupaten/kota.

Gambar 4.2: Unsur komunikasi politik Sumber: Disesuaikan dari McNair (2011) 4.3.2 Pesan-pesan politik

Pesan adalah materi yang ingin disampaikan oleh komunikator politik atau pesan adalah apa yang ingin disampaikan oleh komunikator. Kekuatan pesan menentukan hasil yang ingin dicapai. Karena itu pesan yang disampaikan harus singkat, padat, jelas, aktif, spesifik dan kredibel (CPHA, 2009). Menurut Lilleker (2006) pesan harus singkat, mudah dipahami, jarang lebih dari beberapa kata yang menyampaikan informasi dari dan tentang sebuah partai, kandidat atau organisasi. Pesan dalam komunikasi politik umumnya persuasif, sehingga mencerminkan komunikasi pemasaran dan promosi yang melingkupi masyarakat modern yang konsumeris (The message is a short, easily understood piece of communication, often no more than a few words, that conveys information from and about a party, candidate or organization. Messages in a political context are largely persuasive, so mirroring the majority of the marketing and promotional communication which pervades modern consumerist society).

Dalam komunikasi politik, banyak pesan politik dalam bidang kesehatan yang sering kita jumpai misalnya pendidikan dan kesehatan gratis adalah hak setiap warga negara, hadirkan pemerintahan yang bersih dan kuat, kebersihan adalah bagian dari imam, berantas korupsi, Anak Lorongna Makassar. Ini adalah sejumlah pesan-pesan yang bermakna politik yang dapat mempengaruhi orang lain.

Media

Organisasi politik

Selanjutnya simbol-simbol kesehatan sebagai pesan komunikasi politik bisa diwujudkan dalam bentuk gambar seperti penderita Tuberculosis, HIV/AIDS, anak dengan gizi kurang. Gambar bisa pula diwujudkan seperti gambar kelayakan institusi pelayanan kesehatan seperti posyandu, dasawisma, pos kesehatan desa, puskesmas, rumah sakit serta tempat praktek pengobatan tradisional. Simbol pesan komunikasi politik juga bisa diwujudkan dalam bentuk grafik jumlah angka kematian bayi dan angka kematian ibu, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia dan seterusnya