• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Pentingnya Dukungan Politik dalam Implementasi Healthy Cities

THE POLITICS OF HEALTHY CITIES

7.6 Studi Kasus Pentingnya Dukungan Politik dalam Implementasi Healthy Cities

Palopo, Sulawesi Selatan, termasuk salah satu kota di Indonesia yang mempunyai sejarah panjang dalam implementasi Healthy Cities di Indonesia. Meskipun Kota Palopo pernah dijuluki sebagai salah satu kota yang berhasil mengembangkan kota sehat di Indonesia, Kota Palopo pernah mengalami kegagalan meraih penghargaan tertinggi kota sehat yaitu Swasti Shaba Wistara, dimasa transisi pemerintahan Walikota H.P.A. Tenriadjeng dengan Walikota Judas Amir. Cerita kota sehat tersebut dapat dilihat pada Kotak 7.1.

Kotak 7.1: Studi Kasus Kota Sehat Palopo

Kota Sehat Palopo, Sulawesi Selatan

Kota Palopo hampir bersamaan dengan kota lain di Sulawesi Selatan mengembangkan kota sehat misalnya Kota Makassar dan Kota Parepare. Awalnya, pada tahun 2006 Kepala Dinas Kesehatan dan Asisten 2 Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Sosial menghadiri pertemuan di Jakarta mewakili kota tersebut. Hasil pertemuan tersebut disampaikan kepada walikota Palopo dan ternyata bapak walikota merespon kegiatan tersebut. Moto Palopo dan visi kota sehat pada prinsipnya mempunyai kemiripan dimana moto Palopo adalah kota yang IDAMAN (Indah, Damai, Aman dan Nyaman) sementara visi kota sehat adalah kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat.

Menurut laporan kota sehat Palopo, pada tahun 2010-2011, Palopo mempunyai status kesehatan masyarakat terbaik diantara 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan dimana Palopo mempunyai usia harapan hidup yang tinggi (hamper sama dengan Kota Makassar = 72,3 tahun) bahkan tidak mempunyai Angka Kematian Ibu.

Pada tahun 2007 Kota Palopo ikut seleksi untuk dinilai sebagai Kota sehat dan akhirnya mendapatkan penghargaan Swasti Shaba Wiwerda. Swasti Shaba Wiwerda adalah penghargaan kota sehat tingkat kedua artinya Kota Palopo loncat tangga yang mestinya hanya Swasti Shaba Padapa saja yaitu penghargaan tingkat pertama. Palopo mengembangkan Tatanan Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Umum, Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat, Tatanan Kehidupan Masyarakat yang Sehat dan Mandiri, dan Tatanan Kehidupan Sosial yang Sehat.

Keberhasilan yang telah dicapai oleh Kota Palopo ternyata dilirik oleh beberapa kabupaten/kota di Sulawesi Selatan dengan kabupaten/kota lainnya di Indonesia misalnya Kota Parepare, Kota Makassar, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Gowa, Kabupaten Enrekang (Sulawesi Selatan), Kota Pematang Siantar, Kota Padang Panjang (Sumatera) dan beberapa daerah lainnya. Mereka datang ke Kota Palopo untuk belajar manajemen kota sehat.

Dengan banyaknya kabupaten/kota di Indonesia yang berkunjung ke Kota Palopo, maka pemerintah Kota Palopo dan Forum Kota Sehat semakin termotivasi untuk harus bekerja lebih baik. Kota Palopo tidak berhenti sampai disitu saja. Kota Palopo bersama dengan para anggota dewan (DPRD) merancang Perda Kota Sehat. Meskipun perjuangannya untuk melahirkan Perda tidak mudah pada tahun 2008 diterbitkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Kota Sehat. Perda itu juga mencatat Palopo sebagai satu-satunya kabupaten/kota di Indonesia yang mempunyai PERDA kota sehat. Dengan keberhasilan ini, maka Walikota Palopo, Drs. H.P.A. Tenriadjeng, M.Si. diundang oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri untuk membawakan materi pada Pertemuan Nasional Tahunan Kota Sehat pada tanggal 28 Agustus 2008 di Jakarta. Kota Palopo meraih penghargaan Kota Sehat tertinggi yaitu Swasti Shaba Wistara pada tahun 2009 dan 2011.

Dibalik kesuksesan Kota Palopo, diakhir periode walikota saat itu, beliau terjerat kasus korupsi. Saat itu, kota sehat Palopo sudah tidak mulai ditangani dengan baik dan juga diperparah dengan kerusuhan yang terjadi di Palopo. Konflik horizontal terjadi sebagai dampak dari pemilihan walikota. Pembakaran, kerusuhan dan perkelahian antar pendukung

7.7 Diskusi dan penugasan

Setelah membaca bab ini, peserta diharapkan mampu: a. Menjelaskan pengertian urban governance! b. Mengkaji Healthy Cities dari aspek politik

c. Dalam konteks Indonesia, terangkan hubungan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam Impelemntasi Healthy Cities

d. Berikan contoh kasus lain di Indonesia yang berkaitan dengan dimensi politik implementasi Healthy Cities!

e. Anda adalah calon pemimpin masa depan kesehatan masyarakat Indonesia. Rumuskan kebijakan dan strategi apa yang Anda dapat rekomendasikan kepada pemerintah daerah untuk penyelenggaraan kota sehat yang lebih efektif.

7.8 Penutup

Sejarah masa lalu menunjukkan bahwa perencanaan kota dan perencanaan kesehatan seringkali berjalan bersamaan tetapi rel yang berbeda. Mereka jalan pada porosnya masing-masing dan saling mengabaikan, tidak saling menyapa untuk membuat perencanaan dan penganggaran bersama. Pembangunan fisik menjulang tinggi terus digenjok dimana-mana, pembangunan hotel, mall, dan apartemen. Pemerintah cenderung mengabaikan bahwa kelompok masyarakat yang dapat menikmati dengan adanya pembangunan model ini adalah hanya kelompok masyarakat yang berduit. Pemerintah lupa bahwa diantara pembangunan gedung bertingkat itu, terdapat banyak masyarakat yang tinggal di rumah-rumah kumuh, di kolong-kolong jembatan. Kesenjangan dengan pola pembangunan seperti ini membawa berbagai permasalahan sosial dan lingkungan di perkotaan.

Aktor politik Healthy Cities cukup kompleks dan dinamis. Kota sehat hanya dapat diwujudkan jika setiap aktor dapat mewujudkan sebuah pemerintahan kota yang baik (good urban governance) yaitu pemerintahan yang dapat menghadirkan keterlibatan pemerintah, sektor swasta dan masyarakat secara simultan.. Dukungan politik pemerintah adalah mutlak termasuk di dalamnya adalah anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Tim Pembina dan Forum Kota Sehat dapat belajar dari cerita-cerita sukses atau pasang surut penyelenggaraan kabupaten/kota di Indonesia. Kota Palopo mungkin salah satunya.

References:

Abbott, J. (1996). Sharing the City Community Participation in Urban Management London: Earthscan.

Abednego, M. P., & Ogunlana, S. O. (2006). Good project governance for profer risk allocation in public-private partnerships in Indonesia. International Journal of Project Management, 24(7), 622-634.

Acheson, D. (1998). Independent inquiry into inequalities in health. London: The Stationary Office.

Albaek, E. (2003). Political Ethics and Public Policy: Homosexuals between Moral Dilemmas and Political Considerations in Danish Parliamentary Debates Scandinavian Political Studies, 26(3).

Bambra, C., Fox, D., & Scott-Samuel, A. (2003). Towards a New Politics of health. Politics of Health Group Discussion Paper No. 1.

Bambra, C., Fox, D., & Scott-Samuel, A. (2005). Towards a politics of health. Health Promotion International, 20(2), 187-193.

Bambra, C., Smith, K., & Kennedy, L. (2008). Politics and Health. In N. J & W. J (Eds.), Health Studies 2nd edition (pp. 257-287). London: Palgrave Macmillan.

Bappenas. (2015). Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah di 33 Provinsi Tahun 2014. Jakarta: Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Bappenas. Corburn, J. (2009). Toward the Healthy City: People, Places and the Politics of

Urban Planning. The MIT Press: Cambridge, Massachusetts, London, England.

De Leeuw, E. (1999). Healthy Cities: Urban social enterpreneurship. Health Promotion International, 14(3), 262-269.

Heywood, A. (2000). Key concepts in politics. London: Macmillan.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Dalam Negeri dan Kesehatan RI. (2005). Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri (PERBERMENDAGRI) dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005 dan Nomor 1138/MENKES/PB/VIII/2005. Jakarta: Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Progres Kabupaten/Kota Sehat di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Naerssen, T. v., & Barten, F. (2002). Healthy Cities as a Political Process Germany. Palutturi, S. (2010). Kesehatan itu Politik. Semarang: e-Media Solusindo.

Palutturi, S. (2013). Public Health Leadership. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Palutturi, S., Rutherford, S., Davey, P., & Chu, C. (2013). Healthy Cities Implementation in Indonesia: Challenges and determinants of successful partnership development at local government level. Griffith University, Brisbane, Australia.

Scott-Samuel, A. (1979). The politics of health. Community Medicine, 1, 123-126. Whitehead, M., Diderichsen, F., & Burstrom, B. (2000). Researching the impact of

public policy on inequalities in health. In H. Graham (Ed.), Understanding health inequalities. Buckingham: Open University Press.

BAB VIII