• Tidak ada hasil yang ditemukan

CRYPTOCOCCAL MENINGITIS

Dalam dokumen Modul Neuro Infeksi Panduan Peserta (Halaman 92-96)

Neuronal Damage

CRYPTOCOCCAL MENINGITIS

KEPUSTAKAAN

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Laporan eksekutif Menteri Kesehatan RI tentang penanggulangan HIV/AIDS pada sidang kabinet Maret 2002.

2. Menko Kesra, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS 2003 – 2007. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat 2003.

3. Djauzi S, Djoerban Z. Penatalaksanaan Infeksi HIV di Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003;3-4.

4. Maschke M, Kastrup O, Esser S, et al. Incidence and Prevalence of Neurological Disorders Associated with HIV since the Introduction of Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART). J Neurol Neurosurg Psychiatry 2000;69:376-380.

5. McArthur JC, Haughey N, Gartner S, Conant K, Pardo C, et al. Human immunodeficiency virus-associated dementia: An evolving disease. Journal of NeuroVirology 2003;9: 205-221.

6. Tiksnadi A, Imran D, Jannis J. Penelitian Kasus HIV yang Dirawat di Bangsal Neurologi. Subbagian Neuroinfeksi FKUI/RSCM 2004.

7. Imran D, Wiweka S, Sujatmiko A, Marshal, Jannis J. Kriptokokosis SSP: Serial Kasus pada Penderita HIV. Subbagian Neuroinfeksi FKUI/RSCM 2003.

8. Mancall EL, Cascino TL, Devereaux MW, et al. The Molecular Biology of HIV Dementia. In: Mancal EL, ed The Neurologic Complications of AIDS. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2000;17-29.

9. Tan SV, Guiloff RJ. Hypothesis on the pathogenesis of vacuolar myelopathy, dementia, and peripheral neuropathy in AIDS. J Neurol Neurosurg Psychiatry 1998;65:23-28.

10. Wu DT, Woodman SE, Weiss JM, McManus CM, D'Aversa TG. Mechanisms of leukocyte traficking into the CNS. Journal of NeuroVirology,2000;6:Suppl1,S82-S85.

GEJALA KLINIS TERAPI KHUSUS

 Demam, sakit kepala, mual dan muntah dan disfungsi kognitif

 LCS: kultur Cryptococcus neoformans (+) atau tes antigen cryptococcal LCS

 Kultur darah Cryptococcus seringkali (+) dan Ag Cryptococcal serum sangat sensitif

 Neuroimaging: CT atau MRI biasanya normal atau memperlihatkan abnormalitas nonspesifik

 Terapi akut:

 Amphoterisin B 0,7 mg/kgBB/hari IV dibagi 4 dosis selama 2 minggu diikuti dengan flukonazole 400 mg/hari PO sampai lengkap 10 minggu pemberian  Terapi akut sebaiknya dilanjutkan

sampai LCS steril

 Pemeliharaan jangka panjang Flukonazole 200 mg/hari PO

11. Albright AV, Soldan SS, Gonz´alez-Scarano SF. Pathogenesis of human immunodeficiency virus-induced neurological disease. Journal of NeuroVirology,2003;9: 222-227.

12. Wesselingh SL, Thompson KA. Immunopathogenesis of HIV-associated dementia. Current Opinion in Neurology 2001,14:375-379.

13. Sacktor N. The epidemiology of human immunodeciency virus associated neurological disease in the era of highly active antiretroviral therapy. J NeuroVirology 2002;8(suppl.2):115-121.

14. American Academy of Neurology AIDS Task Force. Nomenclature and research case definition for neurologic manifestations of human immunodeficiency virus-type 1 (HIV-1) infection. Neurology 1991;41:778-785.

15. Ives DV. Cytomegalovirus disease in AIDS. AIDS,1997;11(15)1791-1797.

16. Moraes HV. Ocular manifestations of HIV/AIDS. Current Opinion in Opthalmology,2002;13(6)397-403.

17. Whitcup SM. Ocular Manifestations of AIDS. JAMA,1996;275:(2)142-144.

18. Maschke M,Kastrp O,Diener H-C. CNS Manifestations of Cytomegalovirus Infections: Diagnosis and Treatment. CNS Drug,2002;16(5):303-315.

19. Verma A. Epidemiology and clinical features of HIV-1 associated neuropathies. J Peripher Nerv Syst. 2001;6(1): 8-13.

20. Rubin DI. Owl’s eyes of CMV ventriculitis. Neurology,2000;54:2217

21. Skiest DJ. Focal Neurological Disease in Patients with Acquired Immunodeficiency Syndrome. Clinical Infectious Diseases 2002; 34:103-115. 22. Belanger F, Derouin F. Incidence and Risk Factors of Toxoplasmosis in a Cohort

of Human Immunodeficiency VirusInfected Patients : 1988-1995. Clinical Infectious Diseases 1999;575-581

23. Jannis J, Imran D. SOP Komplikasi Neurologi pada HIV. Subbagian Neuroinfeksi FKUI/RSCM 2003.

24. Duval X, Leport C. Toxoplasmosis in AIDS. Current Treatment Options in Infectious Diseases 2001;3:113-128

25. Chariyalertsak S, Sirisanthana T,1 Saengwonloey O, Nelson KE. Clinical Presentation and Risk Behaviors of Patients with Acquired Immunodeficiency Syndrome in Thailand, 1994-1998: Regional Variation and Temporal Trends. 26. Heyderman RS, Gangaidious zo IT, Hakim JG. Cryptococcal Meningitis in Human

Immunodeficiency Virus - Infected Patients in Harare, Zimbabwe. Clinical Infectious Disease. 1998; 26:284-9

27. Graybill JR, sobel J, Powderly W. Diagnosis and Management of Increased Intracranial Pressure in patients with AIDS and Cryptococcal meningitis. Clinical Infectious Disease 2000;30;47-54

28. Houff SA. Cryptococcal Meningitis. Neurobase Compact Disk Second 1998 edition. Arbor Publishing Corp.

29. Djauzi S. Mengenal Terapi Antiretroviral. Jakarta: Pokdisus AIDS FKUI-Yayasan Pelita Ilmu, 2003;7-8.

30. World Health Organisation. The Use of Antiretroviral Therapy: A Simplified Approach for Resource-Constrained Countries. Regional Office for South East Asia, New Delhi June 2004.

IV. Spondilitis

o Referensi :

 Standar kompetensi spesialis saraf 2006, KNI PERDOSSI

 Ropper A.H., Robert HB., Adams and Victor, Principles of Neurology, eight ed. Mc Graww Hill, 2005, 11-13, 541-542.

 Scheld WM et.al., Infection of the central nervous system, third ed., 2004, 10-12

 William J.W et all, Emergent and urgent Neurology, Second edition, 1999

 Wood. M, Neurological Infection, 1988

Kompetensi

• Menegakkan diagnosis dan tatalaksana spondilitis mencakup epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, dan patofisiologi, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang dan interpretasinya disertai manajemen pengobatan terpadu.

KETERAMPILAN

Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan memiliki keterampilan:

• Menguasai mekanisme terjadinya spondilitis

• Identifikasi, anamnesis dan diagnosis spondilitis

• Menguasai tatalaksana dan pengelolaan pasien dengan spondilitis

• Mengetahui efek samping obat-obatan yang digunakan pada spondilitis

• Memprediksi dan mengelola komplikasi yang terjadi pada spondilitis

Gambaran umum

Maksud pelatihan adalah untuk memberi bekal pengetahuan praktek dan manajemen spondilitis secara komprehensif melalui pendekatan berbasis kasus (case based learning). Subyek yang dipelajari secara mandiri dan aktif oleh peserta didik adalah tentang terjadinya infeksi susunan saraf pusat, diagnosis, dan evaluasi serta terapi farmakologi.

Contoh kasus

Wanita usia 24 tahun, tidak bekerja , datang kerumah sakit dengan keluhan utama kedua tungkainya sejak 1 bulan terakhir. Keluhan diawali dengan riwayat nyeri seperti terikat pada bagian perut dan dada pasien, keluhan kadang disertai demam yang tidak terlalu tinggi, terutama malam hari dan disertai penurunan berat badan, kemudian keluhan dirasakan memberat hingga pasien mengeluh tungkainya berjalan terasa berat hingga 1 bulan terakhir kesulitan berjalan. Lebih kurang 6 bulan terakhir pasien menjalai terapi pengobatan TB paru, dan tidak teratur pengobatannya

Diskusi

1. Mengapa terjadi suatu kelemahan kedua tungkai pada spondilitis ?

2. Apakah terdapat spastisitas pada kedua tungkai yang mengalami kelemahn ?

3. Apakah diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis untuk

melakukan pengobatan segera?

4. Apakah punksi lumbal segera dilakukan untuk menegakkan

diagnosis?

5. Apakah pemeriksaan CT Scan/MRI vertebra dilakukan

setelah atau sebelum punksi lumbal ?

Tujuan pembelajaran

o Identifikasi kelainan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik o Mengetahui penyebab spondilitis

o Menjelaskan epidemiologi spondilitis o Mengetahui komplikasi

o Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan penunjang

o Mengetahui indikasi pemeriksaan Rontgen polos vertebral, CT Scan dan MRI torak dan lumbal

o Melakukan dan menjelaskan terapi spondilitis dan manajemen serta resistensi antibiotik

o Mempertimbangkan /menganjurkan tindakan operatif

Tujuan – 1 : Identifikasi kelainan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik

.

• Mengetahui Anamnesis dan pemeriksaan klinik

spondilitis

Tujuan- 2 : Mengetahui penyebab spondilitis

o Mengetahui penyebab spondilitis

o Mengetahui anatomi tulang dan medula spinalis

o Mengetahui jenis bakteri, penyebab dan proses

o Mengetahui farmakologi obat dan efek samping

Tujuan - 3 : Menjelaskan epidemiologi spondilitis

• Mengetahui penyebab spondilitis

• Mengetahui jenis bakteri spesifik penyebab dan proses yang terjadi

• mengetahui farmakologi OAT dan efek samping

Tujuan 4 : Mengetahui komplikasi

 Mengetahui komplikasi yang terjadi pada spondilitis

 Menjelaskan komplikasi awal, intermediate, spesifik dan longterm  Mengetahui cara mengatasi komplikasi

• Antisipasi kelainan otonom

Tujuan 5 : Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan penunjang

• Mengetahui interpretasi pemeriksaan rontgen polos vertebra

• Mengetahui kelainan khas dan interpretasi CT Scan dan MRI vertebra

Tujuan 6 : Mengetahui indikasi pemeriksaan Rontgen polos vertebral, CT Scan dan MRI vertebrae thorakal

Tujuan 7 : Melakukan dan menjelaskan terapi spondilitis dan manajemen serta resistensi antibiotik

o Mengetahui manajemen dan pengobatan spondilitis

• Mengetahui manajemen dan terapi

• melakukan tindakan emergensi

• pertimbangan terapi empirik

• mengevaluasi hasil terapi

Tujuan 8 : Mempertimbangkan /menganjurkan tindakan operatif

• Mempertimbangkan tindakan operatif pada spondilitis

Kasus untuk pembelajaran

Laki-laki usia 24 tahun, tidak bekerja , datang kerumah sakit dengan keluhan utama nyeri seperti terikat pada dada dan perutnya. Sejak 1 bulan terakhir pasien mengeluh nyeri seperti terikat pada bagian perut dan dada pasien, keluhan kadang disertai

Dalam dokumen Modul Neuro Infeksi Panduan Peserta (Halaman 92-96)