• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Ekspor

4.1.4. Daerah Asal 1. Jakarta

Jakarta merupakan salah satu kota yang merupakan daerah asal komoditas tuna. Berdasarkan data yang dihimpun oleh kesyahbandaran perikanan TMT 1 januari 2011 sampai dengan 31 desember 2011, tercatat bahwa kapal yang memanfaatkan PPSNZ jakarta sebanyak 1309 kapal dengan frekuensi kunjungan kapal sebanyak 3890 kali, yang terdiri dari berbagai jenis kapal penangkap dan pengangkut.Frekuensi kunjungan kapal dari 1.390 unit sebanyak 3.890 kali atau rata-rata 324 kali perbulan. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 kunjungan kapal dari 1,259 sebanyak 3.478 kali atau rata-rata 289 kali perbulan, meningkat 0,038 atau 4 % dibanding tahun lalu.

Frekuensi kapal masuk pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 11,85 % dari tahun 2010 yang didominasi kapal berukuran 51-100 GT dengan persentase 30,49%. Persentase kapal yang masuk PPSNZJ tahun 2011 yang mengoperasikan pukat cincin sebesar 25,84%, rawai tuna (22,29%), bouke ami (28,59%), kapal pengangkut (14,76%), jaring insang hanyut (6,86%), pancing cumi (0,64%), lainnya (0,41%), handline (0,31%) dan bubu (0,31%). Adapun frekuensi kapal keluar pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 12,83% dari tahun 2010 didominasi kapal berukuran 51-100 GT dan 101-200 GT dengan persentase yang sama sebesar 30,13 %. Jumlah kapal yang melakukan kegiatan bongkar ikan tahun 2011 sebesar 3496 unit atau sebesar 17,18% dari tahun 2010.

Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap tuna yang digunakan oleh nelayan yang ada di Provinsi Jakarta adalah rawai tuna, pukat cincin dan handline. Alat tangkap yang paling dominan digunakan adalah rawai tuna/longline (Tabel 11)

54 Tabel 11. Jenis Alat Tangkap Tuna di PPS Nizam Zachman, Jakarta Tahun 2008-2011 (unit)

Jenis Alat Tangkap 2008 2009 2010 2011

Rawai tuna/longline 478 468 453 442

Pukat cincin/purse seine 172 194 218 265

Handline 12 11

TOTAL 650 662 683 718

Sumber : PPS Nizam Zachman, 2012

Jumlah ikan yang didaratkan melalui kapal pada tahun 2011 sebesar 107.241,76 ton dengan persentasi 26,79% dari jenis ikan cakalang dan 23,40% dari jenis ikan tuna (albakora, tuna sirip kuning, tuna sirip biru dan tuna besar). Produksi ikan dari laut pada tahun 2011 mengalami kenaikan dari tahun 2010 yaitu terbesar 15,3%. Kenaikan tersebut disebabkan pengambian data di lapangan semakin baik melalui log book penangkapan dan pengecekan data secara langsung dilapangan oleh petugas pencatat data (Tabel 12)

Tabel 12. Perkembangan Produksi Tuna di PPS Nizam Zachman Tahun 2007-2011 (Ton)

Asal Ikan 2007 2008 2009 2010 2011 Jalur Darat 77.182,3 (82,5) 67.495,2 (79,9) 89.102 (66,8) 95.804,7 (51,4) 79.615,6 (42,6) Jalur Laut 16.328,8 (17,5) 16.933,1 (20,1) 44.300,6 (33,2) 90.583,5 (48,6) 107.241,8 (57,4) Total 93.511,0 84.428,3 133.402,6 186.388,3 186.857,4

Sumber : Statistik PPS Nizam Zachman, 2012 Keterangan: angka dalam kurung adalah persentase

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sumber TTC dari jalur darat lebih banyak dibandingkan melalui armada penangkapan yang membongkar ikan di PPS Nizam Zachman. Pada tahun 2007 persentasenya mencapai 82,5% dan pada tahun 2011 mencapai 42,6%.Angka ini menunjukkan sumber tuna yang terdapat pada PPS Nizam Zachman adalah dari berbagai pelabuhan perikanan terutama PPN Pelabuhan Ratu, PPS Bungus, PPS Cilacap dan beberapa pelabuhan yang terdapat di Lampung dan Bengkulu. Perkembangan tuna yang didaratkan oleh armada penangkapan ikan pada tahun 2007 dapat dikatakan relatif kecil 17,5%, dan pada tahun 2011 telah meningkat menjadi 57%. Peningkatan ini diperkirakan karena semakin meningkatnya frekuensi bongkar ikan di PPS Nizam Zachman.

Selama periode 2007–2011, laju pertumbuhan tuna yang masuk melalui jalur darat rata-rata 9% per tahun. Dan ikan yang bersumber dari armada penangkapan ikan adalah 9,6% per tahun. Laju pertumbuhan ini menunjukkan bahwa PPS Nizam Zachman merupakan pelabuhan perikanan yang

55 sangat tergantung dari pelabuhan perikanan lain. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas pelayanan di PPS Nizam Zachman sangat diperlukan untuk menarik berbagai pihak agar mengirimkan ikan ke pelabuhan perikanan ini.

Tabel 13 menunjukkan jenis-jenis tuna yang dibongkar dan yang dikirimkan melalui jalur darat di PPS Nizam Zachman. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa ikan cakalang, tongkol, tuna mata besar dan yellow fin lebih banyak didaratkan oleh armada penangkapan ikan. Sekitar 18% tuna mata besar, 38,2% tongkol, masuk dari pelabuhan lain melalui jalur darat. Perlu dicatat di PPS Nizam Zachman 98% tuna sirip biru berasal dari pelabuhan lain yang dimasukkan melalui jalur darat. Sumber tuna sirip biru ini adalah dari PPN Pelabuhan Ratu, PPS Cilacap dan PPN Prigi.

Tabel 13. Perkembangan Produksi Tuna di PPS Nizam Zachman Tahun 2011

Jenis Ikan Armada Tangkap Jalur Darat Jumlah

Cakalang 28.719,8 65.09,7 35,229.46

Tongkol 6.740,2 4.166.2 10,906.39

Tuna Mata Besar 10.374.9 0 10,374.86

Tuna Sirip Biru 78,6 3.835.1 3,913.74

Yellow Fin 11.152,6 0 11,152.57

Total 107.241,8 79.615.6 186,857.35

Sumber : Statistik PPS Nizam Zachman, 2012 - Infrastruktur yang menunjang

Dilihat dari lokasinya, posisi PPS nizam zachman jakarta sangat strategis karena berada di ibukota negara Republik Indonesia. PPS Nizam zachman jakarta juga dekat dengan pangkalan pendaratan ikan (PPI) lainnya yang berada diwilayah dijakarta utara. Beberpa PPI tersebut adalah PPI muara angke dan PPI muara kamal disebelah barat, sementara di sebelah timur terdapat PPI kalibaru dan PPI pasar ikan dan pelabuhan tanjung priok berjarak 12 km.

Aksebilitas transportasi dari dan ke kota jakarta utara relatif baik. Moda transportasi yang ada meliputi transportasi darat (mobil), transportasi laut dan transportasi udara. Stasiun terdekat dengan kota jakarta adalah stasiun kota., sedangkan lapangan udara terdekat adalah lapangan udara soekarno-hatta (sekitar 25 km) dan halim perdana kusuma (sekitar 35 km). Fasilitas yang ada di PPN untuk menunjang kegiatan perikanan dibagi menjadi fasilitas pokok, fungsional dan penunjang. Fasilitas pokok seperti tersedianya penahan gelombang, dermaga, kolam dan alur pelabuhan. Sedangkan fasilitas fungsional seperti TPI, PPI, pabrik es.

4.1.4.2. Sukabumi

Produksi ikan yang didaratkan di Sukabumi dilakukan melalui Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pelabuhan Ratu berasal dari hasil tangkapan kapal-kapal ikan domisili (Pelabuhan Ratu) dan

56 kapal-kapal ikan pendatang yang diantaranya berasal dari Cilacap, Jakarta dan Binuangeun. Daerah penangkapan ikan bagi nelayan yang menggunaan fishing base port-nya Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Ratu antara lain perairan Telu Pelabuhan Ratu, Cisolok, Ujung Genteng, perairan sebelah selatan Pulau Jawa dan sebelah barat Pulau Sumatera.

Secara spesifik jenis ikan yang didaratkan di PPN Pelabuhan Ratu didominasi oleh jenis ikan cakalang, tongkol, tuna, layur, peperek dan tembang. produksi ikan dominan yang didaratkan di PPN Pelabuhan Ratu tersebut sejak tahun 1993 hingga tahun 2011 selalu mengalami fluktuasi.Produksi ikan cakalang pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 147,19% hal ini tidak diikuti dengan naiknya produksi ikan cakalang, nilai produksinya turut sebesar 189,91%. Harga rata-rata ikan Cakalang selama periode tahun 2011 senilai Rp. 7.347,-/Kg. Sedangkan produksi jenis ikan Tongkol mengalami kenaikan rata-rata pertahun sebesar 168% kenaikan ini akibat aktivitas alat tangkap pancing tonda dan payang yang terus meningkat. Ikan tongkol yang tertangkap oleh alat tangkap pancing tonda dan jaring payang ini merupakan salah satu target penangkapan oleh nelayan di Pelabuhan Ratu.

Produksi jenis ikan tuna dan tembang mengalami fluktuasi. Kecenderungan produksi dan nilai produksi jenis ikan tuna mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 26,62% dibandingkan tahun 2010 demikian pula nilai produksinya mengalami penurunan sebesar 26,90%. Harga rata-rata ikan Tuna selama periode tahun 2011 senilai Rp. 26.663,-/kg.

Jenis armada penangkapan ikan yang menggunakan base fishing port-nya PPNpelabuahnratu adalah jenis kapal motor dengan ukuran kapal < 10 GT s/d > 30 GT dengan berbagai macam alat tangkap seperti gill net, payang, jaring rampus, bagan, purse seine, pancing ulur, pancing tonda, tuna longline, pancing rawai lainnya. Realisasi operasional jumlah kapal/perahu motor tempel dan kapal motor lainnya yang beroperasional disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Armada Penangkapan di PPN Pelabuhan Ratu Tahun 2009-2011 (unit)

Jenis Armada Tahun

2009 2010 2011 Motor Tempel 364 346 461 <10 GT 124 315 456 11-20 GT 5 8 3 21-30 GT 45 77 63 >30GT 115 91 88

57 Berdasarkan data yang diperoleh dari PPN Pelabuhan Ratu, untuk alat tangkap tuna yang beroperasi adalah pancing, purse seine, rawai tuna dan long line. Alat tangkap yang paling dominan adalah pancing dan long line, seperti terlihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Jumlah Alat Tangkap Tuna di PPN Pelabuhan Ratu Tahun 2009-2011 (Unit)

Jenis Alat Tangkap 2009 Tahun 2010 2011

Pancing 235 241 255

Purse Seine 8 4 5

Rawai 7 2 6

Long Line 33 47 46

Sumber : PPN Pelabuhan Ratu, 2012

- Infrastruktur yang mendukung

Fasilitas pelabuhan merupakan sarana dan prasarana yang tersedia di lokasi pelabuhan untuk mendukung kegiatan operasional pelabuhan perikanan yang seperti fasilitas pokok. Fasilitas pokok yang dimiliki oleh PPN Pelabuhanratu adalah areal daratan pelabuhan, dermaga, jetty, pemecah gelombang, kolam pelabuhan, alur pelayaran, pencegah benturan kapal, tempat tambat, jembatan dan jalan.

a. Penyaluran Logistik Kapal

Kapal perikanan yang akan melakukan kegiatan penangkapan ikan terlebih dahulu harus melengkapi kebutuhan logistiknya berupa es balok, air bersih, solar disamping kebutuhan logistik lainnya serta konsumsi.

b. Penyaluran Air Bersih

Penyaluran kebutuhan air bersih berasal dari air PDAM yang dialirkan ke kapal perikanan melalui jaringan pipa dan slang plastik dengan ukuran penjualan dalam bentuk “Blong” (drum plastik) yang berkapasitas 250 liter dan 120 liter atau dalam bentuk jerigen plastik (30 liter) untuk kapal-kapal yang ada di kolam 1 (satu). Sedangkan untuk kapal-kapal yang ada di kolam 2 (dua) pengisiannya menggunakan jaringan pipa yang langsung sampai kedalam kapal dengan ukuran penjualan dalam bentuk kubikasi.

Kemampuan dalam mensuplai air bersih di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu masih cukup besar dengan tersedianya mobil tangki untuk mengangkut air bersih yang berkapasitas 400 M3. Disamping itu telah terpasang instalasi baru khusus untuk kegiatan masyarakat perikanan baik untuk nelayan maupun pihak investor untuk meningkatkan pelayanan kebutuhan air bersih kepada masyarakat perikanan.

58 c. Penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak)

Kebutuhan logistik BBM solar di PPN Pelabuhan Ratu menunjukan trend naik. Volume logistik BBM tertinggi terjadi pada tahun 2011 karena daerah penangkapan ikan (Fishing Ground) kapal long line (KM > 30 GT) yang semakin jauh dan perubahan mesin kapal yang digunakan oleh nelayan. Volume logistik BBM terendah terjadi pada tahun 2001 yaitu hanya sebanyak 1.045.000 liter karena aktivitas kapal masih didominasi kapal motor tempel.

Pemakaian solar kapal-kapal perikanan pada tahun 2011 sebanyak 15.792.470 liter dengan rata-rata pemakaian per bulan sebesar 1.316.039 liter dimana pemakaian solar ini banyaknya dilakukan oleh kapal-kapal diatas 10 GT yang mengisi logistik BBMnya antara lain solar di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu dan semakin jauhnya daerah penangkapan ikan (Fishing Ground). Dimana kegiatan penangkapan ikan 50-70% merupakan biaya operasional yang sebagian besar untuk keperluan pembelian BBM solar.Penyaluran BBM solar di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu disediakan oleh pihakswasta yaitu SPBB dan SPBN sedangkan SPDN dikelola oleh pihak KUD Mina.

Sementara itu, kebutuhan BBM lainnya berupa minyak tanah. Jumlah pemakaian minyak tanah di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu selalu mengalami fluktuasi seiring dengan kebijakan pemerintah yang menaikan harga minyak tanah, selain itu aktivitas penangkapan ikan yang menggunakan kapal tempel dan bagan yang sandar di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu dan musim penangkapan ikan serta jumlah kapal perikanan, kecenderungan penurunan pemakaian minyak tanah sebesar -28,83% pada tahun 2011.

d. Penyaluran Es

Kebutuhan perbekalan es balok di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu selama ini masih disuplai oleh perusahaan swasta yaitu pabrik es Sari Petejo dan pabrik es Tirta Jaya. Jumlah pemakaian es oleh kapal/perahu perikanan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu untuk operasional penangkapan ikan disajikan pada tabel 13.

Jumlah pemakaian es sampai tahun 2011 mengalami fluktuasi tergantung jauh dekatnya fishing ground, disamping itu kesadaran nelayan akan pentingnya mempertahankan mutu ikan semakin tinggi sehingga secara umum penggunaan es di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu cenderung turun sebesar -22,72%. Total penggunaan es oleh nelayan untuk operasional penangkapan ikan pada tahun 2011 adalah sebesar 8.126.350 Kg atau rata-rata per bulan sebesar 677.196 Kg.

59 4.1.4.3. Jawa Timur

Berdasarkan data statistik perikanan tangkap Provinsi Jawa Timur diketahui bahwa daerah produksi tuna terbesar adalah Kabupaten Malang melalui Sendang Biru (34%) , Kabupaten Pacitan (34%), Kabupaten Jember (21%) dan Kabupaten Tulungagung (11%). Keempat daerah tersebut merupakan daerah asal bahan baku tuna sebelum diekspor ke berbagai negara tujuan utama. Dibawah ini dijelaskan kondisi jumlah armada penangkapan ikan tuna di Jawa Timur berdasarkan jenis armadanya sperti terlihat pada Tabel 16 di bawah ini.

Tabel 16. Jumlah Armada PenangkapanTuna di Jawa Timur Tahun 2011-2012

Jenis Armada 2011 Tahun 2012

Motor Tempel 27195 28888 <10 GT 18375 15974 11-30 GT 6589 6028 31-50 GT 772 398 51-100 GT 0 0 >100 GT 0 0 Total 52931 51288

Sumber : Laporan Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, 2014

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa secara keseluruhan jumlah armada penangkapan tuna yang digunakan terbesar di Jawa Timur rata-rata sebanyak 51.000 kapal penangkap ikan tuna yang didominasi oleh armada motor tempel, armada <10 GT dan 11-30 GT. Berdasarkan alat tangkap tuna yang digunakan, terlihat bahwa di Jawa Timur jumlah alat tangkap tuna dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 17. Jenis Alat Tangkap Tuna di Jawa Timur Tahun 2011-2012 (Unit)

Jenis Alat Tangkap Tahun

2011 2012

Rawai Tuna/Longline 1828,445 137,173

Handline 1212,086 12167,52

pole and line 695,775 0

Pukat Cincin/Purse Seine 24806,02 13887,37

pancing tonda 11134,48 7267,401

Total 39676,81 33459,47

Sumber : Laporan Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, 2014

Pada lokasi Jawa Timur jumlah alat tangkap yang digunakan sebanyak 39.676 unit pada tahun 2011 menjadi 33.459 unit pada tahun 2012 dengan alat tangkap terbanyak yang digunakan adalah pukat cincin/purse seine, pancing tonda, hand line dan rawai tuna.

60 4.1.4.4. Bitung

Lokasi penelitian Bitung, Provinsi Sulawesi Utara dipilih karena komoditas tuna sebagai komoditas utama ekspor banyak diproduksi di lokasi ini. Wilayah Pengelolaan Perikanan untuk Bitung berada pada WPP 715 dan WPP 716. Jika dibandingkan prakiraan potensi perikanan laut Sulawesi Utara baik di perairan 12 mil maupun ZEEI sebesar 322.800 ton/tahun dengan rata-rata produksi perikanan Bitung tahun 2007 hingga 2010 sebesar ± 140.5000 ton/tahun, maka tingkat pemanfaatan potensi tersebut untuk Bitung sebesar 43,53 %. PDRB Perikanan Kota Bitung pada Tahun 2009 mencapai 581.629 dengan nilai ekspor perikanan yang terus meningkat setiap tahunya.

Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bitung menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa nilai ekspor perikanan Kota Bitung memiliki kenaikan rata-rata sebesar 34,3% dari tahun 2007 hingga 2012. Penurunan nilai ekspor perikanan hanya terjadi pada tahun 2010 dimana pada tahun tersebut memang terjadi fenomena alam dengan cuaca ekstrim yang menyebabkan turunya hasil tangkapan ikan bernilai ekonomis tinggi. Selebihnya nilai ekspor terus mengalami peningkatan seperti digambarkan sebagai berikut

Gambar 28. Nilai Ekspor Perikanan Bitung

Gambar 29. Volume Produksi dan Ekspor Perikanan Bitung -50,000,000.00 100,000,000.00 150,000,000.00 200,000,000.00 250,000,000.00 2007 2008 2009 2010 2011 2012 U S$ -20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000 2009 2010 2011 2012 To n produksi ekspor

61 Berdasarkan Gambar 28 dan 29 diketahui bahwa dilihat dari nilai ekspor perikanan kota Bitung memang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, kemudian dari sisi volume produksi perikanan Kota Bitung juga memiliki korelasi yang positif dengan volume ekspor yang dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis data produksi dan ekspor pada tahun 2009-2012 dapat diketahui nilai Rsquare sebesar 0,73 artinya sebesar 73% volume produksi perikanan berpengaruh kuat dengan volume ekspor yang dihasilkan oleh Kota Bitung.

Komoditas tuna di Kota Bitung menduduki peringkat pertama dari sisi nilai ekspor perikanan Kota Bitung. Komoditas tuna utama yang diekspor berupa fresh, frozen dan canned. Berdasarkan data dari Direktorat Pemasaran Luar Negeri maka dapat diketahui nilai ekspor tuna dari Pelabuhan Bitung selama tiga tahun terakhir berdasarkan jenis komoditasnya adalah sebagai berikut:

Tabel 18. Nilai Komoditas Ekspor Tuna Berdasarkan Jenis Komoditas Tahun 2010-2012.

Tahun Jenis Komoditas (US $)

Fresh Frozen Canned

2010 2,077,083 9,127,173 72,912,535

2011 1,893,846 13,577,188 57,989,610

2012 2,303,599 17,445,428 23,888,947

Sumber: Direktorat Pemasaran Luar Negeri, P2HP, KKP (2013)

Pendaratan ikan di PPS Bitung berasal dari tangkapan kapal-kapal nelayan lokal dan nelayan kapal purse seine, hand line, long line, serta kapal penggumpul dan pengangkut. Dari hasil ikan yang di daratkan di PPS Bitung di pasarkan ke wilayah Bitung dan sekitarnya, SurabayaJakarta (pasar domestik) dan jumlah ikan yang di Ekspor ke luar negeri harus memiliki sertifikat mutu yang didapat melalui Balai Pengujian dan Sertifikasi Hasil Perikanan (BPSHP) Propinsi Sulawesi Utara, ikan yang di Ekspor ke Negara-negara yaitu: Jepang, Taiwan, Amerika, China, Philipina, Vietnam, Austria, Inggris, Italia, Kairo, Jerman, Belanda, Denmark, Irlandia, Korea, Yaman, Afrika Selatan. Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bitung tentang produksi perikanan tangkap di Kota Bitung dijelaskan dalam gambar berikut:

62 Gambar 30. Data Produksi Perikanan Kota Bitung Tahun 2006-2010

Sumber: DKP Kota Bitung (2010)

Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bitung menunjukkan bahwa volume produksi perikanan di Kota Bitung pada tahun 2010 sebesar 99.494 ton yang didominasi oleh ikan bernilai ekonomis tinggi. Sedangkan data dari PPS Bitung menyebutkan bahwa volume ikan yang didaratkan didermaga PPS Bitung priode Januari s/d Desember 2011 sebanyak 15.932,95 ton dengan nilai sebesar Rp 219.921.052.727,- Produksi tersebut didominasi oleh ikan cakalang, layang biru, tuna, tongkol dan ikan selar. Ikan-ikan tersebut merupakan ikan bernilai ekonomis cukup tinggi yang menjadi indikator bahwa wilayah perairan Bitung memiliki kekayaan sumberdaya perikanan.

Gambar 31. Produksi Perikanan Bitung Berdasar Jenis Ikan Tahun 2011

Sumber: DKP Kota Bitung (2010)

80000 85000 90000 95000 100000 105000 2006 2007 2008 2009 2010 91058.5 93863.7 97810 104951.2 99494 0.00 10,000.00 20,000.00 30,000.00 40,000.00 50,000.00

63 4.1.4.5. Maluku

. Provinsi Maluku yang dikenal sebagai provinsi kepulauan memiliki luas 712.479,69 km yang terdiri dari luas laut 658.294,69 km (92,4%) dan luas daratan 54.`85 km (7,6%). Hasil Kajian BRKP dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceonologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2001 menunjukkan provinsi Maluku mempunyai potensi sumberdaya perikanan sebesar 1.640.160 ton/tahun yang terdiri dari ikan pelagis, demersal dan biota laut lainya. Rumah tangga perikanan (RTP) pada tahun 2012 tercatat sebanyak 69.900 buah atau meningkat sebesar 1% dari tahun sebelumnya.

Jumlah armada penangkapan ikan di Maluku pada tahun 2012 adalah sebesar 55.795 buah yang dikategorikan berdasarkan besar usaha menjadi jenis perahu tanpa motor, motor tempel dan perahu dengan kisaran tonage 5 hingga 1000 GT. Berdasarkan klasifikasi tersebut jumlah armada penangkapan ikan di Provinsi Maluku terbagi sebagai berikut:

Tabel 19. Jenis Armada Penangkapan Ikan pada Pada Provinsi Maluku Tahun 2012

No Kabupaten/Kota Perahu Tanpa Motor

Motor

Tempel ≤10 GT 11-30 GT 31-100 GT ≥100 GT

1. Ambon 1524 530 0 38

2. Maluku Tengah 10466 3726 380 151

3. Seram Bagian Barat 2237 933 92 9

4. Seram Bagian Timur 5764 341 81

5. Buru 2711 381 33 5

6. Maluku Tenggara 4114 908 126

7. Maluku Tenggara Barat 9290 184 160

8. Kepulauan Aru 770 2344 2981 787

9. Buru Selatan 686 124 10

10. Tual 1779 419 52 9

11. Maluku Barat Daya 1286 162

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku (2012 )

Sejalan dengan meningkatnya armada penangkapan ikan berpengaruh pada alat penangkapan ikan yang mengalami peningkatan. Jenis alat penangkapan yang paling dominan digunakan pada provinsi Maluku adalah pancing tonda sebanyal 10.461 unit.

4.1.4.6. Bali

Provinsi Bali merupakan salah satu daerah penghasil tuna yang cukup besar, selain dari potensi perikanan tangkap yang dimiliki, tuna dari Bali juga berasal dari daerah Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang dibawa oleh kapal-kapal besar untuk diolah atau diekspor ke negara tujuan melalu Provinsi Bali. Secara umum potensi perikanan tangkap laut provinsi Bali sebesar 147.278,75 ton per tahun. Jika dilihat pada tahun 2009 sampai dengan 2013, rata-rata pertumbuhan produksi perikanan tangkap sebesar 1,6%. Pada tahun 2009 jumlah produksi perikanan tangkap sebesar Rp. 102.572,50 ton (Rp. 838 juta), tahun 2010 jumlah produksi sebesar Rp. 105.566,2 ton (Rp. 1 miliar), tahun 2011 jumlah produksi

64 sebesar Rp. 101.371,6 ton (Rp. 1,4 miliar), tahun 2012 jumlah produksi sebesar 81.734,7 ton (Rp 1,2 miliar) dan tahun 2013 jumlah produksi sebesar 103.591,9 ton (Rp. 1,7 miliar).

Gambar 32. Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 2009-2013

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali (2014)

Jika dilihat volume produksi perikanan tangkap berdasarkan jenis komoditasnya yaitu Tuna Tongkol dan Cakalang (TCT), terlihat bahwa volume produksi pada tahun 2010-2013 mengalami peningkatan sebesar 34%) seperti terlihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Volume Produksi Tuna Cakalang Tongkol (TCT) Pada Tahun 2010-2012 (Ton)

No. Jenis Ikan Tahun (ton)

2010 2011 2012 1 Tongkol Krai 730,4 580,6 14.227,0 2 Tongkol Komo - - - 3 Cakalang 3.235,8 4.569,3 5.771,5 4 Albakora 2.786,0 2.887,1 4.916,0 5 Manddihang/Yellowfin Tuna 6.483,3 3.366,3 3.566,2

6 Tuna sirip biru selatan/Southern Bluefin Tuna 1.418,9 1.334,8 824,0 7 Tuna Mata Besar/Big eye tuna 3.670,2 2.560,8 1.908,7

8 Tongkol abu-abu/Longtail tuna 252,7 913,2 254,1

Total 18.577,3 16.212,1 31.467,5

Sumber : Laporan Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, 2013

Jenis armada penangkapan tuna yang ada di Provinsi Bali mengalami penurunan sebesar 8% yaitu pada tahun 2010-2011, sedangkan pada tahun 2011-2012 tidak mengalami perubahan. Pada tahun 2010 total jumlah armada penangkapan ikan sebesar 893 unit sedangkan pada tahun 2010 dan 2012 masing-masing sebesar 813 unit, seperti yang terlihat pada Tabel 21.

65 Tabel 21. Jumlah Armada Penangkan Tuna di Provinsi Bali Pada Tahun 2010-2012

No Jenis Armada Tahun (unit)

2010 2011 2012 1 Motor Tempel 179 179 179 2 <10 GT 9 9 9 3 11-30 GT 178 178 178 4 31-50 GT 172 87 87 5 51-100 GT 176 176 176 6 >100 GT 179 184 184 Total 893 813 813

Sumber : Laporan Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, 2013

Berdasarkan alat tangkap tuna yang digunakan, terlihat bahwa pada tahun 2010-2012 jumlah alat tangkap mengalami penurunan sebesar 26%. Pada Tabel 22 terlihat bahwa penurunan signifikan terjadi pada penggunaan alat tangkap pancing ulur (handline) dan pancing tonda.

Tabel 22. Jenis Alat Tangkap Tuna di Provinsi Bali Pada Tahun 2010-2012

No Jenis Alat Tangkap Tahun (unit)

2010 2011 2012

1 Rawai tuna/Longline 545 530 706

2 Pancing ulur/Handline 3177 907 990

3 Huhate/Pole and line - - -

4 Pukat cincin/Purse Seine - 19 20

5 Pancing tonda 1189 158 118

Total 4.911,0 1.614,0 1.834,0

Sumber : Laporan Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, 2013 - Infrastruktur yang Menunjang di Lokasi (Bandara,Pelabuhan)

Infrastruktur yang menunjang dalam kegiatan ekspor perikanan khususnya tuna ke negara tujuan ekspor di Bali adalah Pelabuhan Benoa dan Bandar Udara Ngurah Rai.

a. Pelabuhan Benoa

Pelabuhan Benoa terletak d bagian selatan Pulau Bali atau berada di Teluk Benoa, Denpasar Selatan. Pelabuhan ini berdiri sejak tahun 1924 pada masa kolonial Belanda. Pelabuhan Benoa memiliki 5 zona yaitu zona terminal, zona perikanan, zona perkantoran bisnis maritim, zona pariwisata/marina dan fasilitas umum. Lokasi zona perikanan memiliki area dermaga kapal sebagai pusat/pangkalan pendaratan kapal tuna longline, pabrik pengolahan ikan dan lokasi beberapa perusahaan jasa cold storage.

66 Zona perikanan terletak pada sisi barat Pelabuhan Benoa dan memiliki lahan seluas 162.988 m2 yang disewa oleh perusahaan-perusahaan penangkapan ikan. Selain untuk menurunkan hasil tangkapan ikan, pada zona ini juga terdapat pengolahan ikan tuna segar untuk dieskpor melalui Bandar Udara Ngurah Rai.

Infrastruktur pelabuhan Benoa terdiri dari alur pelayaran, dermaga dan kolam pelabuhan. Untuk