• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Ekspor

4.2. Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna untuk Pasar Ekspor

4.2.1. Pasar Ekspor

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat diketahui pasar utama komoditas tuna Indonesia adalah melalui pasar Jepang, USA, dan UE. Analisis lebih lanjut dengan menggunakan expert judgment maka diperoleh aspek-aspek sosial ekonomi yang mempengaruhi penentuan pasar ekspor yang terbagi sesuai karakteristik pasar utama komoditas tuna Indonesia yang dijelaskan lebih lanjut dalam sub bagian sesuai dalam gambar 3 sebagai berikut:

73 4.2.1.1 Pasar Jepang

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat diketahui pasar utama komoditas tuna Indonesia adalah melalui pasar Jepang, USA, dan UE. Analisis lebih maka diperoleh aspek ekonomi yang mempengaruhi penentuan pasar ekspor di negara Jepang sesuai dalam Gambar 40:

Gambar 40. Aspek Sosial Ekonomi Penentu Pasar Ekspor Tuna Indonesia ke Jepang

Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat diketahui aspek sosial ekonomi yang paling berpengaruh dalam penentuan ekspor tuna adalah preferensi konsumen di Jepang yaitu sebesar 20% dan permintaan tuna di Jepang yang tinggi yaitu sebesar 19%. Konsumen Jepang memiliki tingkat konsumsi ikan yang tinggi, disamping itu mereka lebih menyukai ikan tuna dalam bentuk segar, biasanya ikan tuna dalam bentuk segar langsung diekspor melalui jalur udara. Biasaya tuna segar diekspor dalam bentuk whole fresh tuna. Secara nasional untuk pasar Jepang lebih banyak dieskpor produk Fresh tuna dari Indonesia sedangkan untuk pasar USA dan Uni Eropa lebih banyak mengekspor Canned tuna dari Indonesia.

Aspek sosial ekonomi yang berpengaruh lainya adalah negara pesaing Indonesia di pasar Jepang sebesar 17% , hal ini terkait dengan negara pesaing utama Indonesia yaitu Vietnam dan Thailand. Kemudian dari sisi harga tuna di Jepang juga mempengaruhi sebesar 11%. Berdasarkan perkembangan harga di kedua pasar USA dan Jepang, harga komoditas tuna Indonesia rata-rata hampir selalu lebih rendah dibandingkan dengan harga pesaingnya. Menurut Rahadian dkk (2012) harga komoditas tuna Indonesia di pasar Jepang pada tahun 2011 hanya menempati posisi keempat, di bawah Vietnam, Thailand dan –cukup mengejutkan – Malaysia. Rendahnya harga tersebut dapat dilihat seperti dua sisi mata pisau. Di satu sisi menjadi faktor penunjang bagi tingginya daya saing dan tingginya volume

Preferensi konsumen 20% Permintaan tuna di Jepang 19% Harga tuna di jepang 11% Hubungan historis dengan negara jepang 11% Hambatan tarif 11% Hambatan non tarif

11%

Negara Pesaing Indonesia di Pasar

Jepang 17%

74 ekspor ke Jepang, akan tetapi di sisi lain juga menjadi indikator rendahnya penghargaan konsumen di Jepang atas komoditas Tuna Indonesia.

Hambatan tariff dan hambatan non tariff memiliki pengaruh sebesar 11%. Selain itu hubungan historis Indonesia dengan Jepang juga menyebabkan telah terbentuknya berbagai kesepakatan bilateral yang memudahkan perdagangan antar kedua negara. Jepang relatif tidak memiliki persyaratan yang rumit mengenai standar tuna yang diekspor dari Indonesia dan tidak adanya hambatan tariff yang dikenakan. Kasus penolakan ekspor tuna Indonesia di Jepang juga tidak ditemui sehingga menjadi indikasi di Pasar Jepang tidak terdapat hambatan non tariff yang siginifikan terhadap ekspor tuna dari Indonesia.

4.2.1.2. Pasar USA

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat diketahui aspek ekonomi yang mempengaruhi penentuan pasar ekspor di negara USA sesuai dalam gambar 3 sebagai berikut:

Gambar 41. Aspek Sosial Ekonomi Penentu Pasar Ekspor Tuna ke USA

Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa untuk negara tujuan USA aspek sosial ekonomi yang paling berpengaruh dalam penentuan ekspor tuna adalah preferensi konsumen di USA yaitu sebesar 19% , permintaan tuna di USA memang relatif tinggi terutama untuk produk Frozen Tuna baik dalam bentuk tuna saku,loin maupun tuna cube dan steak. Selain itu Indonesia juga dikenal sebagai daerah penghasil ikan kaleng, produk Canned tuna dari Indonesia juga memiliki pasar utama negara USA. Hasil wawancara menunjukkan bahwa untuk pasar USA biasanya lebih menyukai ikan

Daya Beli 17%

Hambatan tariff 18%

Hambatan non tariff 18% Negara pesaing tuna

Indonesia di pasar Amerika Serikat

11% Preferensi konsumen

19%

Harga tuna di pasar Amerika Serikat

75 kaleng dengan lebih banyak brain (garam) dan tanpa minyak, hal ini menjadi pertimbangan bagi pelaku usaha yang ingin memasarkan produknya ke USA.

Aspek sosial ekonomi yang berpengaruh lainya adalah hambatan tariff dan hambatan non tariff sebesar masing-masing sebesar 18%. Standar dari FDA yang cukup ketat dalam penentuan produk makanan yang diekspor ke USA menyebabkan hambatan non tariff. Hal ini sesuai dengan penelitian Rinto (2011) yang menyebutkan bahwa pada tahun 2010 tercatat 146 kasus penolakan ekspor produk perikanan Indonesia ke USA dimana sebanyak 64% kasus penolakan disebabkan oleh adanya bakteri pathogen maupun toksin yang dihasilkan seperti histamin, 26% disebabkan filthy, 6% disebabkan oleh adanya residu kimia, dan 4 % disebabkan oleh misbranding. Hasil wawancara dengan eksportir tuna di Ambon, terdapat perusahaan yang mengalami kasus tolakan ekspor ke pasar USA sehingga mengalihkan produk ekspornya ke pasar Thailand, hal tersebut dikarenakan hambatan non tariff bagi produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang sudah terkena kasus tolakan ekspor yang tidak diperbolehkan lagi mengakses pasar USA.

Harga tuna di USA yang relatif tinggi juga berpengaruh sebesar 17%, hal ini cukup menjadi pertimbangan bagi pelaku usaha. Meskipun hambatan non tariff yang diberlakukan cukup rumit namun dengan harga tuna yang relatif lebih tinggi maka menjadi faktor penarik bagi pengusaha. Negara pesaing utama Indonesia di USA adalah produk ikan kaleng yang berasal dari Thailand dan Vietnam namun berdasarkan wawancara dengan pelaku usaha dapat diketahui bahwa dari sisi kualitas produk tuna Indonesia mampu bersaing dan bahkan dianggap lebih baik dari sisi citarasa dan kualitasnya dibandingkan tuna dari negara lainya.

Oleh karena itu berdasarkan hasil analisis maka diketahui bahwa aspek sosial ekonomi yang paling berperan dalam penentuan ekspor tuna ke Amerika Serikat adalah preferensi konsumen di Amerika Serikat meskipun hambatan tariff dan non tariff juga menjadi pertimbangan penting.

76 4.2.1.3. Pasar Uni Eropa

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat diketahui aspek ekonomi yang mempengaruhi penentuan pasar ekspor di negara USA sesuai dalam Gambar 42 sebagai berikut:

Gambar 42. Aspek Sosial Ekonomi Penentu Pasar Ekspor Tuna ke Uni Eropa

Gambar 42 menunjukkan bahwa untuk pasar Uni Eropa aspek sosial ekonomi yang paling berpengaruh dalam penentuan ekspor tuna adalah Hambatan non tariff yaitu biasanya berupa kebijakan Pemerintah Uni Eropa terkait dengan produk Tuna Indonesia yaitu sebesar 22%. Kunci pokok regulasi yang ditetapkan Komisi Eropa menitikberatkan pada perlindungan konsumen tingkat tinggi terkait standar mutu dan keamananp angan Uni Eropa yaitu ECNo.178/2002, h a l t e r s e b u t juga dikatakan oleh Painthe (2008) dalam penelitiannya. Saat peraturan tersebut dikeluarkan, salah satu kebijakan yang cukup signifikan mempengaruhi perkembangan impor pangan Uni Eropa adalah diterapkannya Rapid Alert System for Food and Feeds (RASFF). Hal ini berdampak kepada peredaran produk negara eksportir di Uni Eropa. RASFF merupakan jejaring kerja dalam sistem siaga cepat untuk pemberitahuan resiko langsung atau tak langsung pada kesehatan manusia yang berasal dari bahan pangan atau pakan.

Hambatan tarif menjadi pertimbangan tersendiri, berdasarkan data P2HP,KKP tahun 20010-2012 yang telah diolah dapat diketahui bahwa untuk negara di Uni Eropa yang menjadi tujuan utama ekspor dari Indonesia adalah ke negara Jerman sebesar 32% dari total ekspor tuna dari Indonesia ke Uni Eropa, kemudian Spanyol 21%, United Kingdom 20%, dan sisanya adalah berbagai negara lainya. Hasil wawancara menunjukkan eksportir berkeberatan dengan pemberlakuan tariff yang diberlakukan kepada produk tuna ekspor Indonesia terutama di negara Belanda yakni sebesar 12,5%. Hal ini sekaligus menjadi indikator bahwa hubungan historis Belanda terhadap Indonesia tidak berpengaruh terhadap kinerja ekspor Indonesia ke negara yang dimaksud.

Hambatan tariff 18%

Hubungan historis dengan negara Uni Eropa

12% Negara pesaing Indonesia di Pasar Uni

Eropa 18% Harga ikan tuna

negara pesaing 12% Permintaan ekspor dari

negara Uni Eropa 18%

Hambatan non Tarif 22%

77 Aspek sosial ekonomi yang berpengaruh lainya adalah permintaan ekspor dan negara pesaing Indonesia di pasar Uni Eropa masing-masing sebesar 18%. Uni Eropa yang terdiri dari banyak negara menjadi pangsa pasar yang strategis bagi produk tuna Indonesia, hal ini juga diimbangi dengan harga tuna yang relatif cukup tinggi pada pasar yang dimaksud. Kualitas produk Indonesia menurut data dari eksportir juga dapat bersaing dengan produk dari negara Filipina, Thailand dan China yang menjadi negara pesaing di Uni Eropa. Permintaan ekspor ke Uni Eropa biasanya dipenuhi oleh eksportir tuna di Indonesia melalui pengiriman dengan jalur laut, yaitu melalui kapal. Sebagai bahan informasi kapal ekspor dari Pelabuhan Indonesia yang aktifitasnya masih terpusat di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya menyebabkan lalu lintas komoditas tuna menjadi cukup padat dengan antrian yang relatif panjang hingga membutuhkan waktu sebulan sampai ke pasar tujuan. Sedangkan untuk pelabuhan didekat lokasi produksi seperti pelabuhan Umum Bitung ke Uni Eropa hanya terdapat dua kali jadwal pengiriman dalam sebulan dengan rute Bitung-Jakarta-Eropa. Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi pelaku usaha karena terkait dengan lama antrian kapal dan kemungkinan delay pengiriman yang harus disikapi dengan penyiapan dokumen pendukung jika terdapat keterlambatan pengiriman.