• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN KP 5.1. Kebijakan Nasional

5.2. Kebijakan Pada Tingkat Regional/daerah

Dukungan daerah terhadap kebijakan industrialisasi sangat penting melalui berbagai program peningkatan kapasitas dan kualitas produksi perikanan tangkap khususnya melalui program pelatihan kepada nelayan terkait dengan penanganan ikan di atas kapal, peningkatan pelayanan terpadu , perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. Dengan program-program tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan hasil produksi perikanan tangkap khususnya tuna sehingga memberikan kontribusi peningkatan indikator kinerja sektor Kelautan dan Perikanan.

109

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

6.1. Kesimpulan

Hasil analisis dengan menggunakan pendekatan Bayesian menunjukkan bahwa pasar tuna Indonesia dominan ke pasar Jepang sebesar 54%, diikuti pasar USA 24% dan pasar UE 23%.Dari sisi komoditas yang dominan diperdagangkan adalah Canned Tuna(54%,) yang diikuti Fresh Tuna(26%) dan (24%). Daerah ekspor utama tuna Indonesia berasal dari Jakarta yaitu sebesar 49%, diikuti Surabaya 36% dan Bitung 15%. . Daerah asal utama untuk tiga daerah ekspor Jakarta, Surabaya dan Bitung berasal dari enam daerah dengan probabilitas Jakarta (14%), Sukabumi (21%), Jawa Timur (4%), Bitung (19%), Maluku (14%) dan Bali (26%).Armada penangkapan yang dominan adalah armada motor tempel (22%), armada ≤10 GT (30%), armada 11-30 GT (12%), armada 31-100 GT (18%) dan armada ≥100 GT (8%). Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk armada penangkapan tuna orientasi pasar ekspor didominasi oleh kapal dengan ukuran kurang dari 10 GT. Alat tangkap yang dominan adalah handline (31% ). Purse seine (28%), kemudian diikuti longline (26%). Kondisi tenaga kerja perikanan tuna Indonesia sebagian besar belum tersertifikasi (80%), biasanya hanya juru mudi dan juru mesin yang diwajibkan memiliki sertifikasi tertentu.

Pada pasar Jepang aspek sosial ekonomi yang paling berpengaruh dalam penentuan ekspor tuna adalah preferensi konsumen di Jepang yaitu sebesar 20% dan permintaan tuna di Jepang yang tinggi yaitu sebesar 19%. Konsumen Jepang memiliki tingkat konsumsi ikan yang tinggi, disamping itu mereka lebih menyukai ikan tuna dalam bentuk segar, untuk pasar USA dan Uni Eropa lebih banyak mengekspor Canned tuna dari Indonesia.Aspek sosial ekonomi yang berpengaruh lainya adalah negara pesaing Indonesia di pasar Jepang sebesar 17% , hal ini terkait dengan negara pesaing utama Indonesia yaitu Vietnam dan Thailand. Kemudian dari sisi harga tuna di Jepang juga mempengaruhi sebesar 11%. Hambatan tariff dan hambatan non tariff memiliki pengaruh sebesar 11%.

Ekspor tuna dengan negara tujuan USA aspek sosial ekonomi yang paling berpengaruh adalah preferensi konsumen di USA yaitu sebesar 19%. Hambatan tariff dan hambatan non tariff sebesar masing-masing sebesar 18%. Standar dari FDA yang cukup ketat dalam penentuan produk makanan yang diekspor ke USA menyebabkan hambatan non tariff. Harga tuna di USA yang relatif tinggi juga berpengaruh sebesar 17%, hal ini cukup menjadi pertimbangan bagi pelaku usaha. Meskipun hambatan non tariff yang diberlakukan cukup rumit namun dengan harga tuna yang relatif lebih tinggi maka menjadi faktor penarik bagi pengusaha. Negara pesaing utama Indonesia di USA adalah produk ikan kaleng yang berasal dari Thailand dan Vietnam namun berdasarkan wawancara dengan pelaku usaha

110 dapat diketahui bahwa dari sisi kualitas produk tuna Indonesia mampu bersaing dan bahkan dianggap lebih baik dari sisi citarasa dan kualitasnya dibandingkan tuna dari negara lainya.

Pada pasar Uni Eropa aspek sosial ekonomi yang paling berpengaruh dalam penentuan ekspor tuna adalah Hambatan non tariff yaitu biasanya berupa kebijakan Pemerintah Uni Eropa terkait dengan produk Tuna Indonesia yaitu sebesar 22%.Hambatan tarif menjadi pertimbangan tersendiri bagi eksportir dengan tujuan Uni Eropa. Aspek sosial ekonomi yang berpengaruh lainya adalah permintaan ekspor dan negara pesaing Indonesia di pasar Uni Eropa masing-masing sebesar 18%. Uni Eropa yang terdiri dari banyak negara menjadi pangsa pasar yang strategis bagi produk tuna Indonesia, hal ini juga diimbangi dengan harga tuna yang relatif cukup tinggi pada pasar yang dimaksud.

Strategi penetrasi pasar ekspor di ketiga pasar ekspor tujuan utama komoditas tuna Indonesia dapat lebih efektif apabila memperhatikan aspek sosial ekonomi yang berpengaruh pada setiap hirarki aspek teknis yang ada. Sehingga strategi yang dapat diterapkan adalah peningkatan produksi dan kualitas bahan baku tuna fresh untuk memenuhi permintaan konsumen yang tinggi terhadap komoditas tuna fresh, penanganan kasus IUU untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku tuna. Peningkatan infrastruktur penunjang ekspor, peningkatan kualitas pelayanan terhadap ekspor hasil perikanan terutama di bandara Soekarno Hatta, membentuk “sistem perijinan satu pintu”. Pengawasan terhadap penyaluran BBM subsidi sehingga tepat sasaran, peningkatan fasilitas pelayanan pelabuhan, Peningkatan kapasitas produksi melalui pelatihan kemampuan nelayan, sosialisasi secara intensif mengenai penanganan ikan di atas kapal khususnya untuk daerah sukabumi dan bali sebagai supplier utama.

Karakteristik pemasaran yang mirip antara Negara USA dan Uni Eropa menyebabkan strategi penetrasi pasar yang diterapkan untuk kedua pasar ini adalah dengan berfokus pada komoditas tuna kaleng sesuai preferensi konsumen. Setelah dihubungkan dengan aspek sosial ekonomi yang berpengaruh maka strategi yang dijalankan adalah dukungan terhadap penciptaan iklim investasi bagi industri pengalengan ikan dengan kemudahan perijinan bantuan advokasi terhadap kasus tolakan ekspor, sosialisasi regulasi, Peningkatan infrastruktur sarana prasarana pelabuhan laut dan bongkaran cargo serta pembentukan sistem penjadwalan eskpor barang yang mudah diakses oleh eksportir. Pengawasan terhadap penyaluran BBM subsidi sehingga tepat sasaran, peningkatan fasilitas pelayanan pelabuhan, Peningkatan kapasitas produksi dapat dilakukan melalui pelatihan kemampuan nelayan, sosialisasi secara intensif mengenai penanganan ikan di atas kapal khususnya untuk daerah Bitung, Bali sebagai supplier utama, menekan IUU Fishing untuk menjaga stabilitas ketersediaan bahan baku, mengefektifkan Sistem Logistik Ikan Nasional

Kondisi dan kinerja tuna domestik dianalisis berdasarkan pasar tuna utama yakni daerah Bitung dan Ambon. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan pendekatan Bayesian diketahui bahwa

111 untuk pasar domestik Ambon didominasi oleh konsumen rumah tangga (100%) dan dalam bentuk segar (50%) dan olahan asap (36%). Konsumen rumah tangga mendapatkan bahan baku ikan segar dari pengecer (53%), dimana pengecer lebih banyak membeli dari nelayan yang menggunakan armada penangkapan 10 GT (42%).Sedangkan untuk pasar domestik Bitung konsumennya lebih didominasi dari rumah tangga (95%), sedangkan konsumen dari restoran sangat kecil (5%). Konsumen rumah tangga ini lebih banyak mengkonsumsi komoditas tuna dalam bentuk segar (53%) dan olahan asap (34%). Bahan baku ikan olahan asap lebih banyak dari ikan segar seperti ikan cakalang. Konsumen rumah tangga mendapatkan bahan baku ikan segar dari pengecer (53%), dimana pengecer lebih banyak membeli dari nelayan yang menggunakan armada penangkapan 10 GT (42%).

.Aspek sosial ekonomi yang berpengaruh pada pasar tuna domestik untuk Kota Ambon adalah pendapatan, harga ikan, ketersediaan ikan dan selera makan ikan. Keempat faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Jumlah pendapatan yang diperoleh rumah tangga akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, salah satunya pengeluaran untuk pembelian ikan. Ikan akan dibeli oleh rumah tangga apabila harganya terjangkau dan ketersedianannya selalu kontinu. Selera makan ikan sangat mempengaruhi rumah tangga dalam mengkonsumsi ikan, apakah ikan yang dibeli dalam bentuk segar maupun olahan (asap, bakso, abon, nugget, dendeng, dan kaleng).

Pada pasar domestik Bitung aspek sosial ekonomi, maka faktor yang berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pasar domestik adalah pendapatan, harga ikan, ketersediaan ikan, jumlah penduduk dan selera makan ikan. Kelima faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Jika harga ikan yang di pasaran terjangkau, maka dengan pendapatan yang dimiliki konsumen rumah tangga akan membeli ikan tersebut untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

Strategi penetrasi pasar domestik yang perlu diperhatikan di Kota Ambon dikaitkan dengan aspek sosial ekonomi yang berpengaruh adalah bagaimana menjaga agar harga ikan stabil dan peningkatan terhadap ketersediaan ikan, sehingga masyarakat tidak kekurangan. Jika hal ini terus terpenuhi maka akan meningkatkan tingkat konsumsi ikan di Kota Ambon. Sedangkan untuk strategi penetrasi Bitung adalah bagaimana meningkatkan kepekaan terhadap dinamika selera (preferensi) konsumen. Hal ini sangat diperlukan, karena preferensi/selera konsumen sangat mempengaruhi tingkat konsumsi ikan di wilayah tersebut.