• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Penetrasi Pasar Ekspor Berdasarkan Aspek Sosial ekonomi yang Berpengaruh

21%Sarana dan

4.3. Strategi Penetrasi Pasar Ekspor Berdasarkan Aspek Sosial ekonomi yang Berpengaruh

Strategi penetrasi pasar ekspor di ketiga pasar ekspor tujuan utama komoditas tuna Indonesia dapat lebih efektif apabila memperhatikan aspek sosial ekonomi yang berpengaruh pada setiap hirarki aspek teknis yang ada. Untuk itu akan dijelaskan secara rinci aspek sosial ekonomi yang berpengaruh pada aspek sosial ekonomi tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 49. Strategi Penetrasi Pasar Jepang dengan menggunakan Pendekatan Bayesian

Untuk meningkatkan market share komoditas tuna Indonesia di pasar utama Jepang fresh yang diekspor melalui Jakarta dan asal bahan bakunya (produksi) berasal dari nelayan Sukabumi yang menggunakan jenis armada 31-100 GT dengan alat tangkap handline dan kapal yang digunakan mempekerjakan tenaga yang non sertifikasi. Strategi penetrasi pasar Jepang yang disusun berdasarkan hasil pendekatan Bayesian dan aspek sosial ekonomi yang berpengaruh adalah sebagai berikut:

87 Tabel 23. Strategi Penetrasi untuk Pasar Jepang

No Aspek Teknis Strategi

1 Komoditas Peningkatan produksi dan kualitas bahan baku tuna fresh untuk memenuhi permintaan konsumen yang tinggi terhadap komoditas tuna fresh, penanganan kasus IUU untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku tuna

2 Daerah ekspor Peningkatan infrastruktur penunjang ekspor, peningkatan kualitas pelayanan terhadap ekspor hasil perikanan terutama di bandara Soekarno Hatta, membentuk “sistem perijinan satu pintu”

3 Daerah asal, armada penangkapan dan jenis alat tangkap, tenaga kerja

Pengawasan terhadap penyaluran BBM subsidi sehingga tepat sasaran, peningkatan fasilitas pelayanan pelabuhan, Peningkatan kapasitas produksi melalui pelatihan kemampuan nelayan, sosialisasi secara intensif mengenai penanganan ikan di atas kapal khususnya untuk daerah sukabumi dan bali sebagai supplier utama.

Sumber: Diolah (2014)

Pasar Amerika Serikat pendekatan Bayesian menghasilkan hasil analisis yang dijelaskan dalam Gambar 50 sebagai berikut:

Gambar 50. Strategi Penetrasi Pasar Amerika Serikat dengan menggunakan Pendekatan Bayesian

88 Untuk pasar Amerika Serikat, apabila ingin meningkatkan market share komoditas tuna Indonesia di pasar utama Amerika Serikat seharusnya ekspornya menggunakan komoditas tuna canned yang berasal dari daerah ekspor Surabaya dengan nelayan yang menggunakan armada 10 GT dengan alat tangkap handline. Tenaga kerja yang dilakukan sebagian besar menggunakan tenaga kerja non sertifikasi.

Gambar 51. Strategi Penetrasi Pasar Uni Eropa dengan menggunakan Pendekatan Bayesian

Untuk pasar Uni Eropa, apabila ingin meningkatkan market share komoditas tuna Indonesia di pasar utama Uni Eropa seharusnya ekspornya menggunakan komoditas tuna canned yang berasal dari daerah ekspor Bali dengan nelayan yang menggunakan armada 10 GT dengan alat tangkap handline. Tenaga kerja yang dilakukan sebagian besar menggunakan tenaga kerja non sertifikasi.

Berdasarkan pendekatan bayesian diperoleh bahwa pasar utama, yaitu pasar Jepang, pasar Amerika Serikat dan pasar Uni Eropa merupakan pasar ekspor tujuan utama komoditas tuna Indonesia. Hal ini tentunya beralasan karena pemilihan negara-negara ini tidak terlepas dari kondisi aspek sosial ekonomi yang ada pada ketiga pasar tersebut yaitu pasar Jepang, pasar Amerika Serikat dan pasar Uni Eropa. Berdasarkan hasil kajian diperoleh bahwa aspek sosial ekonomi yang paling berpengaruh dalam penentuan ekspor tuna di ketiga pasar tersebut adalah preferensi konsumen, permintaan tuna di Jepang yang tinggi, negara pesaing Indonesia di pasar Jepang. Kemudian dari sisi harga tuna di Jepang juga mempengaruhi pemilihan Jepang sebagai salah satu negara tujuan ekspor tuna Indonesia. Hambatan tariff dan hambatan non tariff juga memiliki pengaruh terhadap ekspor tuna Indonesia. Dari semua aspek

89 sosial ekonomi yang mempengaruhi pasar Jepang, preferensi konsumen merupakan aspek sosial ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap pemilihan Jepang sebagai salah satu negara tujuan ekspor tuna Indonesia yaitu sebesar 20% dan dilanjutkan dengan permintaan tuna di Jepang juga tinggi yaitu sebesar 19%. Hal ini karena memang konsumen Jepang memiliki tingkat konsumsi ikan yang tinggi, disamping itu mereka lebih menyukai ikan tuna dalam bentuk segar, biasanya ikan tuna dalam bentuk segar langsung diekspor melalui jalur udara. Biasaya tuna segar diekspor dalam bentuk whole fresh tuna.

Selanjutnya adalah komoditas, dimana komoditas tuna yang diekspor ke Jepang sebagian besar adalah komoditas tuna fresh dengan presentase terbesar 45%, tuna canned sebesar 32% dan tuna frozen sebesar 23%.. Jenis komofitas tuna fresh ini sangat dipengaruhi oleh aspek sosial ekonomi yaitu ketersediaan bahan baku sebesar 27%, preferensi konsumen 25%. Seperti diketahui bahwa ketersediaan bahan baku ini tergantung dari produksi Ikan tuna Indonesia, dimana produksi ikan tuna Indonesia sangat tergantung pada musim, daerah penangkapan, ketrampilan nelayan, sarana dan prasarana yang dimiliki untuk dapat memaksimalkan usaha. Kontinuitas bahan baku tuna menjadi isu yang paling penting yang dihadapi oleh pelaku usaha dibidang ini, hingga pada musim-musim tertentu beberapa perusahaan tuna tidak dapat berproduksi karena kelangkaan bahan baku.

Daerah eskpor yang menjadi daerah pintu keluar ekspor tuna Indonesia ke pasar Jepang

adalah jakarta 62%. Hal ini sangat dipengaruhi terbesar oleh aspek sarana prasarana (31%), dimana sarana prasarana menjadi aspek yang dianggap paling penting karena berkaitan dengan jumlah antrian kapal bagi daerah ekspor melalu jalur laut dan antrian pesawat bagi ekspor melalui jalur udara. Selain itu sarana prasarana lainnya seperti cold storage, sistem packing, dan kargo. Oleh karena itu aspek ini dirasa paling penting bagi eksportir.

Daerah asal dimana produksi ikan tuna itu lebih besar dibandingkan dengan daerah asal

lainnya yang ada di Indonesia. Selanjutnya aspek sosial ekonomi yang sangat berpengaruh dalam penentuan daerah asal adalah sarana dan prasarana dan jarak tempuh armada dari wilayah penangkapan dengan pendaratan ikan. Hal ini menunjukkan bahwa jarak tempuh menjadi sangat penting karena berkaitan dengan kebutuhan BBM dalam menjalankan kegiatan penangkapan ikan. Biaya BBM yang paling besar sebagai input usaha menyebabkan jarak tempuh menjadi hal yang paling dipertimbangkan. Selain itu keterssediaan sarana dan prasarana juga menjadi pertimbangan penting panjang dermaga untuk tambat labuh, cold storage, ketersediaan spbn, pabrik es menjadi pertimbangan utama. Ketersediaan buyer yang biasanya merupakan unit pengolahan ikan (UPI), eksportir maupun perusahaan pengolahan menjadi pertimbangan sosial ekonomi dalam mementukan daerah pendaratan ikan tuna.

90 Armada Penangkapan tuna di Indoenesia terdiri dari berbagai macam spesifikasi digunakan

oleh pelaku usaha dan dikembangkan oleh stakeholders pada daerah asal komoditas tuna yang diekspor dipengaruhi oleh berbagai aspek sosial ekonomi . Armada penangkapan tuna Indonesia diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 5 kategori yaitu armada motor tempel, armada ≤10 GT, armada 11-30 GT, armada 31-100 GT dan armada ≥100GT. Aspek sosial ekonomi yang terkait dengan armada penangkapan dan sangat berpengaruh terhadap armada penangkapan adalah ketersediaan modal dan kemampuan SDM dimana ketersediaan modal menjadipertimbanganutama, semakinbesarukuran armada penangkapanjugamenentukan modal yang dibutuhkandalammelakukanusaha yang termasuk modal pembelian armada, modal perbekalandan modal operasionalusaha.

Jenis alat tangkap yang digunakan adalah jenis alat tangkap tuna dimana terdapat lima

klasifikasi alat tangkap yang sering digunakan dalam armada penangkapan ikan tuna di Indonesia diantaranya adalah handline (31%), purse seine (28%), longline (26%), pancing tonda (12%), pool n line/ huhate (2%) dan jaring insang (1%). Penggunaan alat tangkap ikan tuna ini sangat dipengaruhi oleh aspek sosial ekonomi yaitu efektifitas alat tangkap(19%). Efektifitas alat tangkap dan kapasitas SDM dalam menggunakan alat tangkap menjadi pertimbangan utama dimana alat tangkap handline menjadi alat tangkap utama bagi komoditas tuna karena dianggap lebih efektif terutama bagi nelayan di daerah timur Indonesia yang membutuhkan kapasitas SDM yang memenuhi dalam mengoperasikan alat tangkap jenis ini. Purse seine sebagai alat tangkap jaring yang memiliki seletifitas rendah terhadap komoditas yang menjadi sasaran penangkapan juga dianggap memiliki efektifitas yang tinggi sehingga banyak menyumbang produksi terhadap komoditas tuna terutama bagi wilayah pendartan ikan di Jakarta dan Sukabumi.

Tenaga Kerjayang digunakan dalam perikanan tunamenunjukkan aspek sosial ekonomi yang

paling berpengaruh yaitu ketrampilan (21%) dan pengalaman (17%) Ketrampilan yang menjadi aspek sosial ekonomi yang paling utama menentukan tenaga kerja yang digunakan, karena ketrampilan merupakan hal paling dibutuhkan baik dalam proses penangkapan tuna maupun proses pengolahan ikan tuna sebelum dipasarkan. Ketrampilan berhubungan erat dengan pengalaman kerja.

Berdasarkan aspek sosial ekonomi yang mempengaruhi setiap aspek teknis dalam pemasaran komoditas tuna, maka diperoleh strategi penetrasi pasar tuna berdasarkan negara tujuan (Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa) seprti dijelaskan pada tabel di bawah ini.

91 Tabel 24. Strategi Penetrasi Pasar Amerika Serikat dan Uni Eropa

No Aspek Teknis Strategi

1 Komoditas Dukungan terhadap penciptaan iklim investasi bagi industri pengalengan ikan dengan kemudahan perijinan bantuan advokasi terhadap kasus tolakan ekspor, sosialisasi regulasi

2 Daerah ekspor Peningkatan infrastruktur sarana prasarana pelabuhan laut dan bongkaran cargo serta pembentukan sistem penjadwalan eskpor barang yang mudah diakses oleh eksportir

3 Daerah asal, armada

penangkapan dan jenis alat tangkap, tenaga kerja

Pengawasan terhadap penyaluran BBM subsidi sehingga tepat sasaran, peningkatan fasilitas pelayanan pelabuhan,

Peningkatan kapasitas produksi melalui pelatihan kemampuan nelayan, sosialisasi secara intensif mengenai penanganan ikan di atas kapal khususnya untuk daerah Bitung, Bali sebagai supplier utama, menekan IUU Fishing untuk menjaga stabilitas ketersediaan bahan baku, mengefektifkan Sistem Logistik Ikan Nasional .

Sumber: Data Primer (2014)

4.4. Identifikasi Kondisi dan Kinerja Pasar Tuna Indonesia dengan Model Pendekatan