• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TEKNIS KAJIAN ASPEK SOSIAL EKONOMI PERIKANAN TUNA DAN STRATEGI PENETRASI PASAR EKSPOR DAN DOMESTIK. Tim Peneliti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TEKNIS KAJIAN ASPEK SOSIAL EKONOMI PERIKANAN TUNA DAN STRATEGI PENETRASI PASAR EKSPOR DAN DOMESTIK. Tim Peneliti"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TEKNIS

KAJIAN ASPEK SOSIAL EKONOMI PERIKANAN TUNA DAN STRATEGI

PENETRASI PASAR EKSPOR DAN DOMESTIK

Tim Peneliti

Risna Yusuf

Lindawati Freshty Yulia Arthatiani

Sastrawidjaja Tajerin Andrian Ramadhan Hertria Maharani Putri

Muhibbudin

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan

2014

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Lembaga Penelitian : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Judul Kegiatan : Kajian Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna

Dan Strategi Penetrasi Pasar Ekspor Dan Domestik

Status : Lanjutan

Pagu Anggaran (Rp) : Rp 230.400.000,-

(Dua Ratus Tiga Puluh Juta Empat Ratus Ribu Rupiah)

Tahun Anggaran : 2014

Sumber Anggaran : APBN, DIPA Satker Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2014 Penanggung Jawab : Risna Yusuf, MSi

NIP. 197309252005022 001

Mengetahui, Jakarta, Desember 2014

Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Tukul Rameyo Adi

NIP. 19730925 200502 2 001

Penanggung Jawab Kegiatan

Risna Yusuf, M.Si

(3)

iii RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN

BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN

1. JUDUL RPTP : Kajian Aspek Sosial Ekonomi Perikanan

Tuna dan Strategi Penetrasi Pasar Domestik dan Ekspor

2. SUMBER DAN TAHUN

ANGGARAN : APBN 2014

3. STATUS PENELITIAN :  Baru √ Lanjutan *)

4. PROGRAM : Penelitian dan Pengembangan KP

a. Komoditas : Perikanan

b. Bidang/Masalah Menurut RPJM

-Menurut Kebijakan KKP -Menurut 7 fokus Litbang

:

Ketahanan Pangan

Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Pemasaran produk Perikanan

Mendukung Industrialisasi Kelautan dan perikanan

c. Penelitian Pengembangan : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

IKU KKP yang direspon  Pertumbuhan PDB  Produksi KP  Nilai Tukar  Tingkat konsumsi  Nilai Ekspor

Kasus penolakan Ekspo

 Jumlah kawasan konservasi  Jumlah pulau kecil

 IUU Fishing 5. 6. JUDUL KEGIATAN PERKIRAAN REKOMENDASI YANG DIHASILKAN : :

Kajian Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna dan Strategi Penetrasi Pasar Ekspor Strategi Optimalisasi Penetrasi Pasar Tuna dengan Antisipasi Kendala dan Hambatan Perdagangan Tuna di Pasar Ekspor

7. LOKASI KEGIATAN : 1. Jawa Timur (Kota Surabaya), 2. Sulawesi Utara(Kota Bitung), 3. DKI Jakarta (Jakarta)

(4)

iv

8. PENELITI YANG TERLIBAT :

No. N a m a Pendidikan/ Jabatan

Fungsional Disiplin Ilmu

T u g a s (Institusi)

Alokasi Waktu

(OB)

1 Risna Yusuf, M.Si S2/ Peneliti Muda Manajemen Pemasaran Penanggung Jawab 6 2 Lindawati, S.Pi S1/ Peneliti Muda Sosial Ekonomi Perikanan Anggota 5 3 Freshty Yulia Arthatiani, S.Pi S1/ Peneliti Pertama Sosial Ekonomi Perikanan Anggota 5 4 Drs. Sastrawidjaja S1/ Peneliti Utama Ekonomi Anggota 5 5 Dr. Tajerin, MM, ME S3/Peneliti Utama Pengembangan Wilayah Anggota 5 6 Andrian Ramadhan, SPi, MT S2/ Peneliti Muda Perikanan Ekonomi Anggota 5 7 Hertria Maharani Putri, S.Sos S1/Peneliti Pertama Ilmu Politik Anggota 5

8 Muhibbudin SUPM Perikanan PUMK 4

9. Tujuan Umum :

Mengetahui aspek sosial ekonomi perikanan tuna dalam mendukung strategi penetrasi pasar ekspor dan domestik.

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi kondisi dan kinerja perikanan tuna di pasar ekspor dan domestik

2. Menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi perikanan tuna dalam mendukung kinerja penetrasi pasar ekspor dan domestik

3. Merumuskan strategi penetrasi pasar ekspor dan domestik perikanan tuna.

10. Latar Belakang

Industrialisasi Kelautan dan Perikanan merupakan suatu konsep yang diusung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam mendorong percepatan pembangunan ekonomi nasional khususnya pembangunan Kelautan dan Perikanan. Kebijakan ini menitikberatkan sistem produksi dari hulu ke hilir untuk meningkatkan nilai tambah, produktivitas, dan skala produksi sumberdaya kelautan dan perikanan (Sunoto, 2012).

Komoditas tuna merupakan salah satu komoditas unggulan dalam program industrialisasi. Hal ini dikarenakan tuna merupakan jenis ikan ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penghasil devisa negara nomor dua untuk komoditas perikanan setelah udang. Pada tahun 2011, komoditas tuna, dalam hal ini Tuna Tongkol dan Cakalang (TTC) menyumbang nilai ekspor sebesar US$ 498.591.000 atau 14% dari total nilai ekspor

(5)

v perikanan Indonesia.Pada tahun 2009, secara angka potensi produksi komoditas tuna di Indonesia diperkirakan hampir mencapai 1,2 juta ton per tahun, dengan nilai ekspor lebih dari 3,5 miliar Dolar Amerika Serikat (AS).

Jika dilihat dari hasil produksi, pada tahun 2011 produksi TTC dunia sebesar 6,8 juta ton dan pada tahun 2012 meningkat menjadi lebih dari 7 juta ton. Dari produksi tersebut Indonesia memasok lebih dari 16% produksi TTC dunia. Selanjutnya pada tahun 2013, volume ekspor TTC mencapai sekitar 209.410 ton dengan nilai USD$ 764,8 juta (Dirjen P2HP, 2014). tuna juga diketahui memiliki permintaan konsumen yang cukup tinggi akibat mulai bergesernya selera konsumen dunia dari red meat ke white meat. Dengan potensi yang dimiliki dan peluang pasar yang besar, sehingga tidak mengherankan apabila sebagian besar produksi tuna Indonesia di ekspor ke beberapa negara tujuan seperti Jepang, Uni Eropa dan Amerika. Permintaan tuna di Jepang dan Amerika Serikat dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pasar Jepang lebih memilih tuna fresh karena coocok untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan sashimi yang digemari oleh konsumen Jepang dan dapat langsung dikonsumsi. Sementara itu, konsumen tuna di Amerika Serikat lebih suka makan sandwich sehingga pasar tuna Amerika lebih banyak mengimpor tuna frozen (Lestari, 2012).

Selain permintaan dari pasar ekspor, peluang pasar domestik untuk tuna juga masih terbuka lebar. Hal ini terlihat dari semakin berkembangnya restaurant-restaurant seafoodI, hotel yang menyajikan makanan berbahan baku tuna serta semakin banyaknya supermarket yang menjual daging ikan tuna, sehingga pola dan kecenderungan konsumsi ikan dalam negeri perlu juga diperhatikan. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia per kapita pada tahun 2012 sebesar 33,89 kg/tahun, dimana konsumsi untuk tongkol/tuna/cakalang (TTC) pada tahun 2012 sebesar 3,40 kg/tahun (www.totalmedan.com). Sedangkan pada tahun 2013, tingkat konsumsi ikan secara nasional di dalam negeri sebesar 35,14 kg/kapita/tahun, dimana konsumsi untuk TTC segar sebesar 2,08 kg/kapita/tahun dan TTC yang diolah (diawetkan) sebesar 3,7 kg/kapita/tahun (BPS, 2013).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Pemerintah diharapkan dapat menyusun kebijakan pemasaran tuna yang dapat meningkatkan nilai ekspor dan nilai konsumsi dalam negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi penetrasi pasar merupakan strategi yang tepat dalam pengembangan komoditas Tuna Indonesia,namun di sisi lain aspek sosial ekonomi dari perikanan tuna harus diperhatikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Fiedhiem (2000) bahwa dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan dan perikanan perlu diperhatikan daya dukung dan kemampuan asimilasi wilayah laut, pesisir

(6)

vi dan daratan dalam hubungan ekologis, ekonomis, dan sosial.Kesinambungan ketersediaan sumber daya ini merupakan kunci dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.Nikijuluw (2001) dalam salah satu makalahnya juga menyebutkan bahwa bahwa aspek sosial ekonomi masyarakat pesisir serta upaya-upaya pemberdayaan mereka merupakan variabel penting dalam mengembangkan pengelolaan sumberdaya perikanan.Hal ini menunjukkan bahwa adanya dukungan aspek-aspek sosial ekonomi terhadap optimalisasi pengelolaan sumberdaya perikanan. Terkait dengan perdagangan komoditas tuna Indonesia maka adanya data dan informasi menyangkut aspek-aspek sosial ekonomi diharapkan dapat menunjang peningkatan produktifitas dan nilai ekspor tuna Indonesia yang berdaya saing tinggi, Informasi terkait aspek sosial dan ekonomi memperkaya kajian dari penelitian yang dilaksanakan dan juga dapat mempertajam rekomendasi kebijakan yang ditawarkan dapat lebih mempertimbangkan dan melibatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir dalam kebijakan perikanan tuna yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa pertanyaan penelitian yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

(1) Bagaimanakah kondisi dan kinerja perikanan tuna di negara tujuan utama eskpor tuna Indonesia dan di pasar domestik?

(2) Bagaimanakah faktor-faktor sosial ekonomi perikanan tuna dalam mendukung kinerja penetrasi pasar ekspor dan domestik?

(3) Bagaimanakah strategi penetrasi pasar ekspor dan domestik perikanan tuna?

11. Perkiraan Keluaran

1. Data dan informasi terkait dengan kondisi dan kinerja perikanan tuna di pasar ekspor dan domestik.

2. Data dan informasi terkait dengan faktor-faktor sosial ekonomi perikanan tuna dalam mendukung kinerja penetrasi pasarekspor dan domestik.

3. Alternatif strategi penetrasi pasar ekspor dan domestik perikanan tuna.

12. Metodologi Penelitian - Kerangka Pemikian

Kebijakan industrialisasi perikanan merupakan kebijakan nasional sektor kelautan dan perikanan untuk mendorong pertumbuhan sektor kelautan dan perikanan dan kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian nasional. Kebijakan ini diarahkan untuk peningkatan nilai tambah, produktivitas, dan skala produksi sumberdaya kelautan dan perikanan.

(7)

vii Kebijakan ini tentunya tidak terlepas dengan kondisi dan kinerja perikanan Indonesia baik di pasar ekspor maupun pasar domestik. Komoditas tuna merupakan salah satu komoditas unggulan dalam kebijakan tersebut dengan berbagai alasan yang diantaranya sumberdaya perikanan tuna Indonesia yang melimpah, tuna Indonesia menjadi primadona di pasar utama tujuan ekspor tuna Indonesia (Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa) dan pasar domestik. Kondisi dan kinerja komoditas tuna di kedua pasar tersebut dapat dilihat dari pangsa pasar (market share) untuk pasar ekspor dan jumlah konsumsi untuk pasar domestik. Kondisi dan kinerja tuna tentunya dipengaruhi oleh aspek teknis di masing-masing pasar. Untuk pasar ekspor aspek teknis terkait dengan kondisi dan kinerja tuna di pasar ekspor adalah pasar ekspor tuna itu sendiri (Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa), Komoditas tuna (kaleng, beku, segar), daerah ekspor, daerah asal, armada penangkapan, jenis alat tangkap dan tenaga kerja. Aspek teknis terkait dengan kondisi dan kinerja tuna di pasar domestik adalah jumlah konsumsi, daerah asal, jenis komoditas (segar dan olahan), teknologi yang digunakan (tradisional dan modern). Masing-masing aspek teknis ini dipengaruhi oleh aspek sosial ekonomi baik yang berasal dari hulu sampai hilir. Dari aspek soail ekonomi tersebut dapat diketahui permasalahan dan isu aktual. Dengan diketahuinya permasalahan dan isu aktual tersebut dapat dipeoleh alternatif strategi pentrasi pasar ekspor dan domestik tuna Indonesia.

(8)

viii Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis kajian Aspek Sosial Ekonomi Perikanan

Tuna dan Strategi Penetrasi Pasar Ekspor dan Domestik - Konsepsi dan Batasan Operasional

(1) Aspek sosial ekonomi perikanan tuna adalah aspek sosial ekonomi para pihak yang mencakup para pelaku usaha (produsen , konsumen dan stakeholder lainnya) terkait dengan kegiatan usaha dan pemasaran tuna yang mempengaruhi strategi penetrasi pasar tunadi pasar ekspor di negara tujuan utama (Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa)dan di pasar domestik.

(2) Pasar ekspor adalah negara-negara yang menjadi pengimpor ikan tuna terbesar dari Indonesia yaitu Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

(3) Pasar domestik adalah pasar potensial untuk konsumsiikan tuna di wilayah Indonesia. Ikan tuna yang dimaksud di sini adalah ikan tuna yang merupakan jenis ikan pelagis besar.

(4) Strategi penetrasi pasar ekspor adalah berdasarkan pendekatan peluang pasar (market share) perikanan tuna Indonesia pada ketiga pasar utama tujuan ekspor (Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa).

Program Industrialisasi Kelautan dan Perikanan

Kondisi dan Kinerja Penetrasi Tuna Nilai Tambah, Produksi, Skala Produksi Kelautan dan Perikanan

Ekspor Domestik

Pangsa Pasar

Jumlah Konsumsi

Alternatif Strategi Penetrasi Pasar Ekspor dan Domestik PerikananTuna

Analisis forensik: Pasar ekspor Komoditas Daerah Ekspor Daerah Asal Armada Penangkapan JenisAlatTangkap Tenaga Kerja Analisis Forensik Pasar Domestik Konsumen Komoditas Bahan Baku Supplier Jenis Armada As pe k So si al Ek on om i As pe k So si al Ek on om i

(9)

ix (5) Strategi penetrasi pasar domestik adalah berdasarkan pendekatan tingkat konsumsi yang dilihat dari jumlah konsumsi ikan tuna per kapita di pasar potensial yang ada di wilayah Indonesia..

- Pendekatan

Penelitian ini berfokus pada penggunaan analisis forensik pemasaran dengan Bayesian Analisis sebagai pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peluang strategi peningkatan pangsa pasar ekspor dan domestik perikanan Tuna. Analisis forensik ekonomi digunakan pada kejadian-kejadian bidang ekonomi, khususnya pemasaran. Forensik ekonomi didefenisikan sebagai aplikasi ilmu ekonomi dalam hal deteksi dan kuantifikasi bahaya atau masalah yang muncul dalam proses ekonomi sebagai akibat perilaku organisasi yang memungkinkan terjadi litigasi atau proses hukum lainnya (Fisman, and Wei, 2007; Genesove, and Mullin, 2001). Dalam bidang pemasaran, analisis forensik dilakukan misalnya untuk menelesuri proses pemasaran yang terjadi, sejak proes produksi, distribusi, hingga mencapai produk yang dihasilkan digunakan oleh konsumen. Hal ini berarti bahwa suatu kejadian penting dalam pemasaran telah terjadi dan seterusnya bagaimana kejadian tersebut ditelusuri (Nikijuluw, 2011).

Sedangkan dalam penelitian ini analisis tersebut dilakukan dengan mengidentifikasi perikanan tuna dalam arti luas yang dilihat dari sub sistem produksi, pasca panen dan pemasaran. Pendekatan Bayesian menurut Peter E Rossi (2002), menjelaskan bagaimana model hirarkis Bayes ideal untuk diterapkan pada pengambilan keputusan di bidang pemasaran berdasarkan data yang diperoleh.Pendekatan ini fokus pada membuat pernyataan probabilitas mengenai parameter dan jumlah diperkirakan tergantung pada sampel. Sebuah analisis Bayesian menggabungkan sebelumnya dan kemungkinan untuk menghasilkan distribusi posterior untuk semua teramati jumlah yang mencakup parameter dan prediksi. Pandangan tradisional menyebutkan bahwa inferensi Bayesian memberikan manfaat hasil yang tepat sampel, integrasi pengambilan keputusan, 'estimasi', 'percobaan', dan pemilihan model. Teorema Bayes menurut Syamsudin (2011) memungkinkan dua buah sumber informasi tentang parameter dari suatu model statistic digabung menjadi satu.Dengan teorema ini informasi sampel (fungsi likelihood) dan informasi prior (distribusi prior) bisa digabung menjadi informasi posterior.Berdasaran teorema tersebut maka disusunlah Bayesian Model terkait Perikanan Tuna pada Pasar Ekspor dan Domestic dalam kajian ini.

Selanjutnya aspek sosial ekonomi dianalisis lebih lanjut dengan mengidentifikasi pengaruh aspek sosial ekonomi pada model Bayesian yang sudah dibentuk baik pada pasar

(10)

x ekspor maupun pasar domestik yang kemudian dengan menggunakan bantuan matriks USG dapat diketahui tingkat permasalahan dan issue aktual yang menjadi prioritas yang dapat menjadi alternate dalam penyusunan strategi penetrasi pasar ekspor dan domestik perikanan Tuna Indonesia.

(11)

xi Gambar 2. Alur Analisis Forensik Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna Dalam Mendukung Kinerja Penetrasi Pasar Ekspor dengan Menggunakan

Pendekatan Bayesian Probability Model

n=….

New Information -n (…..)

KESIMPULAN: (Faktor sosial ekonomi

yang mempengaruhi Kinerja Penetrasi Pasar

(Pangsa Pasar) Ekspor Tuna Indonesia Bayes Process- n Posterior Probability-n Posterior Probability-2 Prior Probability Penetrasi Pasar(peningkatan

market share) Tuna

berdasarkan Jenis Produk pada setiap negara tujuan) New Information Pasar Ekspor: 1. Jepang 2. Amerika Serikat 3. Uni Eropa Posterior Probability-1 New Information 2 (Daerah Supplier ke Pelabuhan Asal) Bayes Process 1 Bayes Process 2

(12)

xii - Skema Model Bayesian Pasar Ekspor

Skema model Bayesian berdasarkan pangsa pasar (market share) ekspor tuna Indonesia yang telah disebutkan diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Skema Model Bayesian Pasar Ekspor Daerah

Asal (………) (………) Market share

tuna Indonesia di

negara tujuan utama

(………) (………) (………) (…….) (……) (…….)

Daerah Ekspor Jakarta Surabaya Bitung

Armada Penangkapan Armada motor tempel

Armada ≤10GT Armada 11-30 GT Armada 31-100 GT Armada >100 GT

Jenis ALat Tangkap Alat Tangkap Pool

n Line/ Huhate Alat Tangkap

Longline Alat Pancing Tonda Tangkap Alat Handline Tangkap Alat Tangkap Purse Seine

Tenaga

Kerja Tenaga Kerja Sertifikasi Tenaga Kerja Non

Sertifikasi

Komoditas Fresh Frozen Canned

Pasar Jepang Pasar USA Pasar UE

(13)

xiii Gambar 4. Analisis Forensik dengan Pendekatan Bayesian Terkait Kinerja Penetrasi Pasar DomestikPerikanan Tuna Indonesia

n=….

New Information -n (…..)

KESIMPULAN: (Peluang Penetrasi Pasar Tuna Domestik

Berdasarkan Tingkat Konsumsi TTC) Bayes Process- n Posterior Probability-n Posterior Probability-2 Prior Probability Penetrasi Pasar Domestik TTC berdasarkan tingkat konsumsi New Information Pasar Domestikr: 1. Ambon 2. Bitung Posterior Probability-1 New Information 2 (Daerah Supplier ke Pasar Konsumsi) Bayes Process 1 Bayes Process 2

(14)

xiv - Skema Model Bayesian Pasar Domestik

Skema model Bayesian domestik perikanan Tuna Indonesia berdasarkan jumlah konsumsi digambarkan sebagai berikut:

Konsumen Pasar Domestik

Bitung Ambon

Restoran Rumah Tangga

Komoditas

Bahan Baku

Pengecer Perusahaan

Suplier

Kaleng Abon Bakso Dendeng Segar Nugget Asap

Segar Tetelan Dada Tuna

Motor Tempel ≤10GT 11-30 GT 31-100 GT >100 GT

Armada

(15)

xv - Metoda Analisa Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif untuk mengidentifikasi aspek sosial ekonomi dan mengkaji kinerja penetrasi pasar (pangsa pasar) ekspor tuna Indonesia di beberapa negara tujuan utama; dan pendekatan Bayesian Analysis untuk analisis peluang dalam mendukung kinerja penetrasi pasar ekspor dan domestik perikanan tuna Indonesia. Identifikasi faktor sosial ekonomi dilakukan berdasarkan analisis forensik dengan pendekatan Bayesian yang telah terbentuk untuk kemudian dilakukan skoring sehingga dapat diketahui tingkat pengaruh dari setiap aspek sosial ekonomi terkait peluang penetrasi pasar tuna dalam pasar ekspor maupun domestik.

- Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu tahun yaitu mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2014. Lokasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah Jakarta, Sulawesi Utara (Bitung), Jawa Timur (Surabaya), Jawa Barat (Bogor) dan Ambon. Pemilihan lokasi Jakarta, Surabaya dan Bitung sebagai lokasi untuk menganalisis strategi penetrasi pasar ekspor didasarkan pada pertimbangan bahwa pada ketiga lokasi tersebut merupakan daerah terbesar dalam mengekspor Tuna Indonesia ke negara tujuan utama. Sedangkan untuk lokasi pasar domestik dipilih berdasarkan data jumlah konsumsi Tuna Tongkol Cakalang (TTC ) yang tertinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. yang dihubungkan dengan perumusan alternatif strategi penetrasi pasar domestik perikanan Tuna.

- Data Yang Dikumpulkan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh melalui survey dan observasi lapang dengan menggunakan topik data dan kuesioner terstuktur kepada pelaku usaha perikanan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Pelabuhan Perikanan, Badan Pusat Statistik (BPS, Badan Pengujian Mutu dan Hasil Perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta pusat data dan informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan.

- Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah desk study dan wawancara dengan responden terkait dengan data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam menjawab tujuan penelitian.

(16)

xvi Tabel 1. Tujuan, Jenis dan Sumber Data, Metode Pengumpulan serta Analisis Data pada Kajian Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna dan Strategi

Penetrasi Ekspor, Tahun 2014

No. Tujuan Data yang Dibutuhkan Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis

1. Mengidentifikasi kondisi dan kinerja perikanan tuna di pasar ekspor dan domestik

1. Market Share Tuna ke Negara Tujuan Utama

2. Tren Ekspor Komoditas Tuna Indonesia 3. Jumlah Konsumsi TTC Domestik 4. Karakteristik Negara Tujuan Utama dan

negara pesaing tuna Indonesia di pasar utama ekspor

5. Karakteristik pangsa pasar potensial di wilayah Indonesia

6. Data Volume dan Nilai Ekspor ke Negara Tujuan utama berdasarkan jenis komoditas, daerah Asal, Jumlah Armada, Jenis Alat Tangkap dan Tenaga Kerja.

7. Data jumlah Konsumsi TTC berdasarkan daerah asal, jenis produk dan teknologi yang digunakan - Primer - Sekunder - KKP - Dinas KP - Disperindag - LPPMHP - BPS - WITS - UN Comtrade - Pelaku Usaha Wawancara menggunakan

topik data dan desk study Analisis forensic dengan pendekatan Bayesian

2. Menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi perikanan tuna dalam mendukung kinerja penetrasi pasar ekspor dan domestik

1. Peluang penetrasi pasar ekspor tuna ke negara tujuan utama

2. Peluang penetrasi pasar domestic TTC berdasarkan tingkat konsumsi

- Primer - KKP - Dinas KP - Disperindag - LPPMHP - Pelaku Usaha Wawancara menggunakan

kuesioner Skoring Tabulasi Silang dan yang dianalisis secara deskriptif

(17)

xvii

No. Tujuan Data yang Dibutuhkan Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis

3. Merumuskan strategi penetrasi pasar ekspor dan domestik perikanan tuna.

Seluruh data yang dibutuhkan dalam

menjawab tujuan 1 dan 2 Primer sekunder dan - KKP - Dinas KP - Disperindag - LPPMHP - Pelaku Usaha - Wawancara menggunakan kuesioner terstuktur dan brainstorming Matriks USG yang dianalisis secara deskriptif

(18)

xviii 13. Anggaran:

MA Rincian Komposisi Pembiayaan Jumlah (Rp) Jumlah (%)

521211 Belanja Bahan 29.350.000 12,74

521213 Honor terkait ouput keg. 5.040.000 2,19

522141 Belanja Sewa 16.250.000 7,05

522115 Belanja Jasa Profesi 11.100.000 4,82

524119 Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota 130.160.000 56,49 524111 Belanja perjalanan biasa 38.500.000 16,71

Jumlah 230.400.000 100,00

14. Rencana Operasional Kegiatan:

No KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Persiapan 1 Studi Literatur 2 Konsultasi 3 Penyiapan instrumen pengumpulan data Operasional

1 Pra-pengumpulan data/ Uji

instrumen

2 Pengumpulan Data Primer dan

Sekunder

3 Pengolahan/ Analisis Data

4 Seminar Hasil Riset

5 Pelaporan

15. Tahapan Kegiatan Penelitian

MA Rincian Komposisi Pembiayaan Triwulan Jumlah (000)

I II III IV

521211 Belanja Bahan 10.725 7.000 8.600 14.800 41.125

521213 Honor terkait ouput keg. 2.500 2.540 7.200 12.240

522141 Belanja Sewa 9.500 10. 21.450

522115 Belanja Jasa Profesi 3.400 1.800 1.800 6.000 13.000 524119 Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota 13.000 26.000 39.000 524111 Belanja perjalanan biasa 16.710 50.000 63.450 11.025 141.185

(19)

xix 16. DAFTAR PUSTAKA

KKP.2011. Statistik Kelautan dan Perikanan. Pusat Data dan Informasi, KKP, Jakarta

Nikijuluw, V. 2001. Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu Makalah pada Sosialisasi Pengelolaan Sumberdaya Berbasis Masyarakat. Bogor, 21-22 September 2001.

Rahadian, Rani hafsari Dewi, Sonny Koeshendrajana. 2012. Produktifitas Produktifitas Sumberdaya Tangkap Komoditas Tuna Indonesia.Seminar Riset dan Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, BBPSEKP, Jakarta.

Rangkuti, Freddy. 2007. Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Rossi, Peter E. 2002. Bayesian in Statistic and Marketing. Fisher College of Business Ohio State University. Ohio.

Samsudin, Sadili, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pustaka Setia, Bandung

Syamsudin, M. 2011. Teorema Bayes. Industrial and Financial Mathematics FMIPA ITB &Financial Modeling, Optimization and Simulation (FinanMOS) ITB. Bandung

Walpole, E. Ronald. 1995. Pengantar Statistika. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

17. PENGESAHAN

Jakarta, Februari 2014 Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi

Kelautan dan Perikanan

Indra Sakti, SE, MM.

(20)

xx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan ini. Penulisan laporan ini, dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam pelaksanaan “KAJIAN ASPEK SOSIAL

EKONOMI PERIKANAN TUNA DAN STRATEGI PENETRASI PASAR EKSPOR DAN DOMESTIK”. .Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

pada penyusunan laporanini, sangatlah sulit bagi kami untuk dapat menyelesaikan penulisan laporan teknis ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu kami dalam penulisan ini.

Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Dan, semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait.

Jakarta, Desember 2014

(21)

xxi

RINGKASAN

Industrialisasi Kelautan dan Perikanan merupakan suatu konsep yang diusung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam mendorong percepatan pembangunan ekonomi nasional khususnya pembangunan Kelautan dan Perikanan. Kebijakan ini menitikberatkan sistem produksi dari hulu ke hilir untuk meningkatkan nilai tambah, produktivitas, dan skala produksi sumberdaya kelautan dan perikanan (Sunoto, 2012).

Komoditas tuna merupakan salah satu komoditas unggulan dalam program industrialisasi. Hal ini dikarenakan tuna merupakan jenis ikan ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penghasil devisa negara nomor dua untuk komoditas perikanan setelah udang. Pada tahun 2011, komoditas tuna, dalam hal ini Tuna Tongkol dan Cakalang (TTC) menyumbang nilai ekspor sebesar US$ 498.591.000 atau 14% dari total nilai ekspor perikanan Indonesia.Pada tahun 2009, secara angka potensi produksi komoditas tuna di Indonesia diperkirakan hampir mencapai 1,2 juta ton per tahun, dengan nilai ekspor lebih dari 3,5 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) (Martosubroto, 2011).

Terkait dengan hal tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk (1) mengetahui kondisi dan kinerja perikanan tuna di negara tujuan utama eskpor tuna Indonesia dan di pasar domestik; (2) mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi perikanan tuna yang terkait dengan strategi penetrasi pasar ekspor dan domestic; dan (3) strategi penetrasi pasar ekspor dan domestik perikanan tuna.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari data sekunder yang meliputi : data kondisi perikanan Tuna Nasional, data volume dan nilai ekspor tuna Indonesia berdasarkan negara tujuan, data Permintaan Tuna Indonesia, posisi Indonesia pada negara tujuan utama, karakteristik konsumen pada negara tujuan utama, posisi dan kebijakan negara pesaing pada negara tujuan utama terkait perikanan Tuna, kebijakan pemerintah pada negara tujuan utama, volume dan Nilai Ekspor Tuna Indonesia berdasarkan jenis Komoditas, data daerah asal ekspor komoditas Tuna Indonesia ke Negara tujuan utama, preferensi konsumen pada komoditas Tuna di negara Tujuan Utama, ketersediaan bahan baku dalam menghasilkan komoditas ekspor Tuna, teknologi yang digunakan dalam memproduksi komoditas ekspor, harga komoditas pada negara tujuan utama.

Hambatan tariff dan non tariff pada negara tujuan utamaData yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif untuk mengidentifikasi aspek sosial ekonomi dan mengkaji kinerja penetrasi pasar (pangsa pasar) ekspor tuna Indonesia di beberapa negara tujuan utama; dan pendekatan Bayesian Analysis untuk analisis peluang dalam mendukung kinerja penetrasi pasar ekspor dan domestik perikanan tuna Indonesia. Identifikasi faktor sosial ekonomi dilakukan berdasarkan analisis forensik dengan pendekatan Bayesian yang telah terbentuk untuk kemudian dilakukan skoring sehingga dapat diketahui tingkat pengaruh dari setiap aspek sosial ekonomi terkait peluang penetrasi pasar Tuna dalam pasar ekspor maupun domestik.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan tuna di Pasar Jepang didominasi oleh negara-negara asia seperti Taiwan, Korea, Indonesia, Australia dan China, Indonesia di pasar Jepang ini merupakan merupakan negara terbesar ketiga yang mengekspor tuna di Jepang. Disamping negara-negara tersebut ada beberapa negara asia lainnya yang merupakan pesaing berat lainnya Indonesia yaitu Vietnam dan Thailand. Terutama untuk negara Thailand, Indonesia banyak mengirim bahan mentah ikan tuna ke Thailand untuk diolah menjadi ikan tuna kaleng. Kinerja perikanan tuna Indonesia dapat dilihat dari setiap tahunnya Indonesia memasok komoditas tuna berupa tuna segar, tuna beku dan tuna kaleng ke Negara Jepang. Pada tahun 2011, volume ekspor tuna mengalami peningkatan dan pada tahun 2012 volumenya mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan tersebut merupakan akibat dari adanya penurunan volume untuk

(22)

xxii masing-masing bentuk komoditas terutama tuna segar dan tuna beku akibat adanya gempa dan tsunami. Selain itu sejak tahun 2004 hingga 2013, terjadi penurunan permintaan impor tuna Jepang yang biasa digunakan untuk shahimi yaitu sebesar 52%. Melemahnya permintaan tuna dari Jepang ini disebabkan karena sebagian besar terjadi peralihan preferensi konsumen generasi muda di Jepang yang beralih pada jenis makanan lain. Selain itu, salmon telah menjadi pesaing kuat komoditas tuna untuk pasar sashimi dan non sashimi.

Pasar AmerikaSerikat dimana terdapat beberapa negara pemasok ikan tuna di

Amerika Serikat yang menjadi negara pesaing berat Indonesia seperti Philipina, Vietnam, Equador, Thailand. Namun yang menjadi pesaing terberat Indonesia adalah Philipina dimana sejak tahun 2012 berhasil menguasai pangsa pasar sebesar 20% dari total pasokan tuna ke Amerika Serikat. Jika dilihat dari kinerjanya dimana ekspor tuna Indonesia di pasar Amerika Serikat dimana sejak periode 1990-2010, perkembangan Perdagangan Internasional (Ekspor) Tuna Indonesia ke negara Amerika Serikat mengalami trend yang cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 11,63% per tahun. Namun sejak tiga tahun terakhir ini memang volume ekspor tuna ke Amerikan Serikat cenderung menurun.

Pasar Uni Eropa dimana jika dilihat dari pangsa pasarnya, ekspor tuna Indonesia di

pasar Uni Eropa berada pada posisi pangsa pasar (market share) yang rendah. Negara yang memiliki pangsa pasar terbesar di negara Uni Eropa adalah Philipina dengan persentase sebesar 1,35% Selanjutnya negara Thailand dengan persentase pangsa pasar nya sebesar 1,88%, dilanjutkan dengan negara China dengan pangsa pasar sebesar 0,36% dan terakhir Indonesia dengan pangsa pasarnya sebesar 0,44%. Tuna Indonesia yang diekspor ke negara-negara yang berada di kawasan Uni Eropa yaitu berupa tuna segar, tuna beku dan tuna dalam kaleng. Dari ketiga komoditas tuna tersebut, ekspor tuna dalam kaleng menempati urutan yang paling besar dibandingkan dengan tuna segar dan beku dengan volume rata-rata sebesar 16.901.351 kg dengan nilai rata-rata Rp. 55.912.364.

Pasar domestik dilihat dari tingkat konsumsi ikan tuna. dimana tingkat konsumsi ikan

tuna per kapita untuk komoditas tongkol/tuna/cakalang pada tahun 2012 sebesar 3,40 kg/kapita/tahun. Kondisi menurun jika dibandingkan pada tahun 2008 dimana tingkat konsumsi ikan sebesar 28 kg/kapita/tahun, dimana sebesar 13% berasal dari konsumsi TTC (tuna, tongkol dan cakalang). Jika dilihat secara rinci, dimana untuk wilayah Jakarta tingkat konsumsi ikan TTC sebesar 6,8% (dari 17,56 kg/kapita/tahun), untuk wilayah Surabaya (Jawa Timur) tingkat konsumsi ikan TTC sebesar 10% (dari 16,34 kg/kapita/tahun), dan Bitung tingkat konsumsi ikan TTC sebesar 38% (dari 36,44 kg/kapita/tahun). Selain untuk konsumsi, permintaan ikan tuna di pasar domestik juga cenderung meningkat dimana komoditas tuna ini dijadikan sebagai bahan baku industri yang akan dijadikan sebagai tuna olahan.

Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat diketahui aspek sosial ekonomi yang paling berpengaruh dalam penentuan ekspor tuna di negara Jepangadalah preferensi konsumen di Jepang yaitu sebesar 20% dan permintaan tuna di Jepang yang tinggi yaitu sebesar 19%, negara pesaing Indonesia di pasar Jepang sebesar 17% , sisi harga tuna di Jepang juga mempengaruhi sebesar 11%, Hambatan tariff dan hambatan non tariff memiliki pengaruh sebesar 11%. Negara USA aspek sosial ekonomi yang paling berpengaruh dalam penentuan ekspor tuna adalah preferensi konsumen di USA yaitu sebesar 19% , hambatan tariff dan hambatan non tariff sebesar masing-masing sebesar 18%, harga tuna di USA yang relatif tinggi juga berpengaruh sebesar 17%,

Aspek sosial ekonomi yang berpengaruh untuk komoditastunaadalah ketersediaan bahan baku (27%), preferensi konsumen di pasar ekspor (25%), harga komoditas tuna (19%), kualitas bahan baku (17%) dan tingkat penguasaan teknologi (12%). Aspek sosial ekonomi yang berpengaruh pada daerah ekspor adalah sarana prasarana (31%), aksesibilitas (27%), kemudahan perizinan (21%) dan biaya ekspor (21%). Aspek sosial ekonomi yang menjadi penentu utama daerah asal adalah jarak tempuh armada penangkapan ke pelabuhan pendaratan ikan (17%),sarana prasarana (17%), Ketersediaan

(23)

xxiii buyer (16%), Kemudahan Perizinan (15%), Retribusi (12%) dan Harga tuna di pelabuhan pendaratan ikan (11%). Sedangkan aspek sosial ekonom yang berpengaruh dalam menentukan armada penangkapan adalah ketersediaan modal (22%) dan kemampuaan SDM (22%), selain itu prospek menghasilkan keuntungan (20%), kemudahan perizinan (14%), Daerah Penangkapan (12%) dan Kapasitas Produksi (10%) menjadi aspek yang mempengaruhi pelaku usaha. Untuk jenis alat tangkap, aspek sosial ekonomi yang menjadi penentu utama jenis alat tangkap yang digunakan adalah efektifitas alat tangkap (19%), kapasitas SDM (19%), jenis komoditas yang menjadi sasaran penangkapan (17%) prospek menghasilkan keuntungan (17%), Modal (16%), dan Perizinan (12%). Terakhir aspek sosial ekonomi yang berpengaruh pada tenaga kerja adalah ketrampilan (21%) dan pengalaman (17%), umur (17%) selain itu tingkat upah (13%) , daerah asal tenaga kerja (11%), dan pendidikan (11%).

Strategi penetrasi pasar ekspor ke Jepang berdasarkan aspek komoditas adalah dengan peningkatan produksi dan kualitas bahan baku tuna fresh untuk memenuhi permintaan konsumen yang tinggi terhadap komoditas tuna fresh, penanganan kasus IUU untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku tuna; aspek daerah eskpor dengan melakukan strategi berupa peningkatan infrastruktur penunjang ekspor, peningkatan kualitas pelayanan terhadap ekspor hasil perikanan terutama di bandara Soekarno Hatta, membentuk “sistem perijinan satu pintu”; pada daerah asal, armada penangkapan dan

jenis alat tangkap, tenaga kerja strategi yang dapat dilakukan adalah Pengawasan

terhadap penyaluran BBM subsidi sehingga tepat sasaran, peningkatan fasilitas pelayanan pelabuhan, peningkatan kapasitas produksi melalui pelatihan kemampuan nelayan, sosialisasi secara intensif mengenai penanganan ikan di atas kapal khususnya untuk daerah sukabumi dan bali sebagai supplier utama.

Strategi penetrasi pasar ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa berdasarkan aspek komoditas adalah dengan Dukungan terhadap penciptaan iklim investasi bagi

industri pengalengan ikan dengan kemudahan perijinan bantuan advokasi terhadap kasus tolakan ekspor, sosialisasi regulasi; aspek daerah eskpor dengan melakukan strategi berupa Peningkatan infrastruktur sarana prasarana pelabuhan laut dan bongkaran cargo serta pembentukan sistem penjadwalan eskpor barang yang mudah diakses oleh eksportir; pada daerah asal, armada penangkapan dan jenis alat tangkap, tenaga kerja strategi yang dapat dilakukan adalah Pengawasan terhadap penyaluran BBM subsidi sehingga tepat sasaran, peningkatan fasilitas pelayanan pelabuhan, peningkatan kapasitas produksi melalui pelatihan kemampuan nelayan, sosialisasi secara intensif mengenai penanganan ikan di atas kapal khususnya untuk daerah Bitung, Bali sebagai supplier utama, menekan IUU Fishing untuk menjaga stabilitas ketersediaan bahan baku, mengefektifkan Sistem Logistik Ikan Nasional. Sedangkan aspek sosial ekonomi yang berpengaruh pada pasar domestik terkait dengan tingkat konsumsi adalah pendapatan, harga ikan, ketersediaan ikan, jumlah penduduk dan selera makan ikan. Kelima faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Jika harga ikan yang di pasaran terjangkau, maka dengan pendapatan yang dimiliki konsumen rumah tangga akan membeli ikan tersebut untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

Strategi penetrasi pasar domestik di Kota Ambonadalah menjaga kestabilan harga

ikan dan peningkatan terhadap ketersediaan ikan, sehingga masyarakat tidak kekurangan. Jika hal ini terus terpenuhi maka akan meningkatkan tingkat konsumsi ikan di Kota Ambon. Sedangkan untuk strategi penetrasi Bitung adalah meningkatkan kepekaan terhadap dinamika selera (preferensi) konsumen. Hal ini sangat diperlukan, karena preferensi/selera konsumen sangat mempengaruhi tingkat konsumsi ikan di wilayah tersebut.

(24)

xxiv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN ... iii KATA PENGANTAR ... xx RINGKASAN... xxi DAFTAR ISI ... xxiv DAFTAR TABEL ... xxvi DAFTAR GAMBAR ... xxvii I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan Penelitian ... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4 2.1. Deskripsi Ikan Tuna ... 4 2.2. Teori Perdagangan Internasional ... 6 2.3. Teori Ekspor ... 8 2.4. Konsep Pemasaran ... 9 2.5. Strategi Pemasaran ... 10 2.6. Tingkat Konsumsi Ikan ... 11 2.7. Kajian Penelitian Terdahulu ... 11 III. METODOLOGI PENELITIAN ... 15 3.1. Kerangka Pemikian ... 15 3.2. Konsepsi dan Batasan Operasional ... 16 3.3. Pendekatan ... 17 3.4. Metoda Analisa Data ... xxii 3.5. Waktu dan Lokasi Penelitian ... xxii 3.6. Data Yang Dikumpulkan ... xxii 3.7. Teknik Pengumpulan Data ... xxii IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1. Identifikasi Kondisi dan Kinerja Strategi Penetrasi Pasar Tuna Indonesia dengan Model Pendekatan Bayesian untuk Pasar Ekspor ... 24 4.1.1. Pasar Tujuan Utama Ekspor Tuna Indonesia ... 31 4.1.2. Komoditas ... 43 4.1.3. Daerah Ekspor ... 49 4.1.4. Daerah Asal ... 53 4.1.5. Kapal Penangkap Tuna Berdasarkan Ukuran Armada ... 67 4.1.6. Kapal Penangkap Tuna Berdasarkan Jenis Alat Tangkap... 69 4.2. Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna untuk Pasar Ekspor... 72 4.2.1. Pasar Ekspor... 72 4.2.2. Komoditas Ekspor ... 77 4.2.3. Daerah Ekspor ... 79

(25)

xxv 4.2.4. Daerah Asal Tuna ... 80 4.2.5. Armada Penangkapan ... 82 4.2.6. Jenis Alat Tangkap Tuna... 83 4.2.7. Tenaga Kerja... 85 4.3. Strategi Penetrasi Pasar Ekspor Berdasarkan Aspek Sosial ekonomi yang

Berpengaruh ... 86 4.4. Identifikasi Kondisi dan Kinerja Pasar Tuna Indonesia dengan Model Pendekatan

Bayesian Untuk Pasar Domestik ... 91 4.4.1. Pasar Domestik ... 93 4.4.2. Konsumen ... 95 4.4.3. Komoditas ... 95 4.4.4. Bahan Baku ... 96 4.5. Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna untuk Pasar Domestik... 98 4.5.1. Pasar Domestik ... 98 4.5.2. Konsumen ... 100 4.5.3. Komoditas ... 100 4.5.4. Bahan Baku ... 100 4.5.5. Suplier ... 100 4.5.6. Armada Penangkapan ... 100 4.6. Strategi Penetrasi Pasar Domestik Berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi yang

Berpengaruh dengan Model Pendekatan Bayesian ... 101 4.6.1. Pasar Ambon ... 101 4.6.2. Pasar Bitung ... 102 V. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KP ... 108 5.1. Kebijakan Nasional ... 108 5.2. Kebijakan Pada Tingkat Regional/daerah ... 108 VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN ... 109 6.1. Kesimpulan ... 109 6.2. Rekomendasi Kebijakan ... 111 DAFTAR PUSTAKA ... 113

(26)

xxvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tujuan, Jenis dan Sumber Data, Metode Pengumpulan serta Analisis Data pada Kajian Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna dan Strategi Penetrasi Ekspor, Tahun 2014... xvi Tabel 2. Tujuan, Jenis dan Sumber Data, Metode Pengumpulan serta Analisis Data pada

Kajian Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna dan Strategi Penetrasi Ekspor, Tahun 2014... xxiii Tabel 3. Perkembangan Volume Ekspor Tuna Indonesia Berdasarkan Jenis Komoditas

Pada Tahun 2010-2012 ... 33 Tabel 4. Perkembangan Volume Ekspor Tuna Indonesia Berdasarkan Jenis Komoditas ke

Pasar Jepang Pada Tahun 2010-2013 ... 35 Tabel 5. Perkembangan Volume Ekspor Tuna Indonesia Berdasarkan Jenis Komoditas Ke

Pasar Amerika Serikat Pada Tahun 2010-2013 ... 38 Tabel 6. Persyaratan Pasar Amerika Serikat Berdasarkan Jenis Produk ... 39 Tabel 7. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Tuna ke Uni Eropa Pada Tahun

2010-2012 ... 41 Tabel 8. Tabel Rata-Rata Nilai Ekspor Tuna berdasarkan Jenis Komoditas dan Asal Ekspor

di DKI Jakarta ... 49 Tabel 9. Rata-Rata Nilai Ekspor Tuna berdasarkan Jenis Komoditas dan Asal Ekspor di

Surabaya... 51 Tabel 10. Rata-Rata Nilai Ekspor Tuna berdasarkan Jenis Komoditas dan Asal Ekspor di

Bitung ... 52 Tabel 11. Jenis Alat Tangkap Tuna di PPS Nizam Zachman, Jakarta Tahun 2008-2011 (unit) .... 54 Tabel 12. Perkembangan Produksi Tuna di PPS Nizam Zachman Tahun 2007-2011 (Ton) ... 54 Tabel 13. Perkembangan Produksi Tuna di PPS Nizam Zachman Tahun 2011 ... 55 Tabel 14. Jumlah Armada Penangkapan di PPN Pelabuhan Ratu Tahun 2009-2011 (unit) ... 56 Tabel 15. Jumlah Alat Tangkap Tuna di PPN Pelabuhan Ratu Tahun 2009-2011 (Unit) ... 57 Tabel 16. Jumlah Armada PenangkapanTuna di Jawa Timur Tahun 2011-2012 ... 59 Tabel 17. Jenis Alat Tangkap Tuna di Jawa Timur Tahun 2011-2012 (Unit) ... 59 Tabel 18. Nilai Komoditas Ekspor Tuna Berdasarkan Jenis Komoditas Tahun 2010-2012. ... 61 Tabel 19. Jenis Armada Penangkapan Ikan pada Pada Provinsi Maluku Tahun 2012 ... 63 Tabel 20. Volume Produksi Tuna Cakalang Tongkol (TCT) Pada Tahun 2010-2012 (Ton) ... 64 Tabel 21. Jumlah Armada Penangkan Tuna di Provinsi Bali Pada Tahun 2010-2012 ... 65 Tabel 22. Jenis Alat Tangkap Tuna di Provinsi Bali Pada Tahun 2010-2012 ... 65 Tabel 23. Strategi Penetrasi untuk Pasar Jepang ... 87 Tabel 24. Strategi Penetrasi Pasar Amerika Serikat dan Uni Eropa ... 91

(27)

xxvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis kajian Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna dan Strategi Penetrasi Pasar Ekspor dan Domestik ... viii Gambar 2. Alur Analisis Forensik Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna Dalam Mendukung

Kinerja Penetrasi Pasar Ekspor dengan Menggunakan Pendekatan Bayesian Probability Model ... xi Gambar 3. Skema Model Bayesian Pasar Ekspor... xii Gambar 4. Analisis Forensik dengan Pendekatan Bayesian Terkait Kinerja Penetrasi Pasar

DomestikPerikanan Tuna Indonesia ... xiii Gambar 5. Skema Model Bayesian Pasar Domestik ... xiv Gambar 6. Kerangka Pemikiran Teoritis kajian Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna dan

Strategi Penetrasi Pasar Ekspor dan Domestik ... 16 Gambar 7. Alur Analisis Forensik Aspek Sosial Ekonomi Perikanan Tuna Dalam Mendukung

Kinerja Penetrasi Pasar Ekspor dengan Menggunakan Pendekatan Bayesian Probability Model ... xviii Gambar 8. Skema Model Bayesian Pasar Ekspor ... xix Gambar 9. Analisis Forensik dengan Pendekatan Bayesian Terkait Kinerja Penetrasi Pasar

DomestikPerikanan Tuna Indonesia ... xx Gambar 10. Skema Model Bayesian Pasar Domestik ... xxi Gambar 11. Analisis Bayesian Pasar Ekspor Utama Tuna Indonesia dengan Software Genie 2.0 .... 27 Gambar 12. Sensitifitas Analisis Komoditas Fresh Tuna dengan Software Genie 2.0 ... 29 Gambar 13. Sensitifitas Analisis Komoditas Frozen Tuna dengan Software Genie 2.0... 30 Gambar 14. Sensitifitas Analisis Komoditas Canned Tuna dengan Software Genie 2.0 ... 31 Gambar 15. Perkembangan Ekspor Tuna Indonesia Pada Tahun 1976-2010 ... 32 Gambar 16. Perkembangan Ekspor Tuna Indonesia Terhadap Ekspor Tuna Dunia Pada Tahun

2001-2013 ... 32 Gambar 17. Perkembangan Impor Tuna Ke Pasar Jepang Pada Tahun 1976-2011 ... 34 Gambar 18. Volume Ekspor Tuna Indonesia ke Negara Jepang Tahun 2010-2012 (Kg/Tahun) ... 34 Gambar 19. Trend Perkembangan Ekspor Tuna ke Pasar Jepang Tahun 1990-2012 ... 35 Gambar 20. Market share Tuna di Pasar Jepang Tahun 2011 (%) ... 36 Gambar 21. Perkembangan impor tuna di Amerika Serikat Menurut Penggunaannya... 37 Gambar 22. Trend Perkembangan Ekspor Tuna ke Pasar Amerika Serikat Tahun 1990-2012 ... 38 Gambar 23. Market share Tuna di Pasar Amerika Serikat Tahun 2012 (%) ... 39 Gambar 24. Volume dan Nilai Ekspor Tuna ke Uni Eropa Tahun 2010-2012 ... 41 Gambar 25. Trend Perkembangan Ekspor Tuna Indonesia ke Pasar Uni Eropa, Tahun

1990-2012 ... 42 Gambar 26. Arus Perdagangan Barang melalui Pelauhan Tanjung Priok ... 50 Gambar 27. Fasilitas Terminal Pelabuhan Tanjung Priok ... 51 Gambar 28. Nilai Ekspor Perikanan Bitung ... 60 Gambar 29. Volume Produksi dan Ekspor Perikanan Bitung... 60 Gambar 30. Data Produksi Perikanan Kota Bitung Tahun 2006-2010 ... 62 Gambar 31. Produksi Perikanan Bitung Berdasar Jenis Ikan Tahun 2011 ... 62 Gambar 32. Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 2009-2013 ... 64 Gambar 33. Analisis Bayesian Jenis Armada Penangkapan Tuna ≤10 GT dengan Software

Genie 2.0 ... 68 Gambar 34. Analisis Bayesian Jenis Armada Penangkapan Tuna 31-100 GT dengan Software

Genie 2.0 ... 69 Gambar 35. Analisis Bayesian Alat Tangkap LonglineBerdasarkan Daerah Asal dengan

Software Genie 2.0 ... 70 Gambar 36. Analisis Bayesian AlatTangkap Huhate Berdasarkan Daerah Asal dengan Software

Genie 2.0 ... 70 Gambar 37. Analisis Bayesian Alat Tangkap Handline Berdasarkan Daerah Asal dengan

Software Genie 2.0 ... 71 Gambar 38. Analisis Bayesian Alat Tangkap Pancing TondaBerdasarkan Daerah Asal

(28)

xxviii Gambar 39. Analisis Bayesian Alat Tangkap Jaring InsangBerdasarkan Daerah Asal dengan

Software Genie 2.0 ... 72 Gambar 40. Aspek Sosial Ekonomi Penentu Pasar Ekspor Tuna Indonesia ke Jepang ... 73 Gambar 41. Aspek Sosial Ekonomi Penentu Pasar Ekspor Tuna ke USA ... 74 Gambar 42. Aspek Sosial Ekonomi Penentu Pasar Ekspor Tuna ke Uni Eropa ... 76 Gambar 43. Aspek Sosial Ekonomi Penentu Komoditas Tuna Ekspor ... 78 Gambar 44. Aspek Sosial Ekonomi Penentu Daerah Ekspor ... 79 Gambar 45. Aspek Sosial Ekonomi Penentu Daerah Asal ... 81 Gambar 46. Aspek Sosial Ekonomi Penentu Armada Penangkapan ... 82 Gambar 47. Aspek Sosial Ekonomi Penentu Jenis Alat Tangkap ... 84 Gambar 48. Aspek Sosial Ekonomi Penentu Tenaga Kerja ... 85 Gambar 49. Strategi Penetrasi Pasar Jepang dengan menggunakan Pendekatan Bayesian ... 86 Gambar 50. Strategi Penetrasi Pasar Amerika Serikat dengan menggunakan Pendekatan

Bayesian ... 87 Gambar 51. Strategi Penetrasi Pasar Uni Eropa dengan menggunakan Pendekatan Bayesian ... 88 Gambar 52. Persentase Aspek Sosial Ekonomi Permintaan Tuna di Pasar DomestikKota

Ambon ... 98 Gambar 53. Persentase Aspek Sosial Ekonomi Permintaan Tuna di Pasar Domestik Kota

(29)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industrialisasi Kelautan dan Perikanan merupakan suatu konsep yang diusung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam mendorong percepatan pembangunan ekonomi nasional khususnya pembangunan Kelautan dan Perikanan. Kebijakan ini menitikberatkan sistem produksi dari hulu ke hilir untuk meningkatkan nilai tambah, produktivitas, dan skala produksi sumberdaya kelautan dan perikanan (Sunoto, 2012).

Komoditas tuna merupakan salah satu komoditas unggulan dalam program industrialisasi. Hal ini dikarenakan tuna merupakan jenis ikan ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penghasil devisa negara nomor dua untuk komoditas perikanan setelah udang. Pada tahun 2011, komoditas tuna, dalam hal ini Tuna Tongkol dan Cakalang (TCT) menyumbang nilai ekspor sebesar US$ 498.591.000 atau 14% dari total nilai ekspor perikanan Indonesia.Pada tahun 2009, secara angka potensi produksi komoditas tuna di Indonesia diperkirakan hampir mencapai 1,2 juta ton per tahun, dengan nilai ekspor lebih dari 3,5 miliar Dolar Amerika Serikat (AS).

Jika dilihat dari hasil produksi, pada tahun 2011 produksi TCT dunia sebesar 6,8 juta ton dan pada tahun 2012 meningkat menjadi lebih dari 7 juta ton. Dari produksi tersebut Indonesia memasok lebih dari 16% produksi TCT dunia. Selanjutnya pada tahun 2013, volume ekspor TCT mencapai sekitar 209.410 ton dengan nilai USD$ 764,8 juta (Dirjen P2HP, 2014). tuna juga diketahui memiliki permintaan konsumen yang cukup tinggi akibat mulai bergesernya selera konsumen dunia dari red meat ke white meat. Dengan potensi yang dimiliki dan peluang pasar yang besar, sehingga tidak mengherankan apabila sebagian besar produksi tuna Indonesia di ekspor ke beberapa negara tujuan seperti Jepang, Uni Eropa dan Amerika. Permintaan tuna di Jepang dan Amerika Serikat dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pasar Jepang lebih memilih tuna fresh karena coocok untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan sashimi yang digemari oleh konsumen Jepang dan dapat langsung dikonsumsi. Sementara itu, konsumen tuna di Amerika Serikat lebih suka makan sandwich sehingga pasar tuna Amerika lebih banyak mengimpor tuna frozen (Lestari, 2012).

Selain permintaan dari pasar ekspor, peluang pasar domestik untuk tuna juga masih terbuka lebar. Hal ini terlihat dari semakin berkembangnya restaurant-restaurant seafoodI, hotel yang menyajikan makanan berbahan baku tuna serta semakin banyaknya

(30)

2 supermarket yang menjual daging ikan tuna, sehingga pola dan kecenderungan konsumsi ikan dalam negeri perlu juga diperhatikan. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia per kapita pada tahun 2012 sebesar 33,89 kg/tahun, dimana konsumsi untuk tongkol/tuna/cakalang (TCT) pada tahun 2012 sebesar 3,40 kg/tahun (www.totalmedan.com). Sedangkan pada tahun 2013, tingkat konsumsi ikan secara nasional di dalam negeri sebesar 35,14 kg/kapita/tahun, dimana konsumsi untuk TCT segar sebesar 2,08 kg/kapita/tahun dan TCT yang diolah (diawetkan) sebesar 3,7 kg/kapita/tahun (BPS, 2013).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Pemerintah diharapkan dapat menyusun kebijakan pemasaran tuna yang dapat meningkatkan nilai ekspor dan nilai konsumsi dalam negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi penetrasi pasar merupakan strategi yang tepat dalam pengembangan komoditas Tuna Indonesia,namun di sisi lain aspek sosial ekonomi dari perikanan tuna harus diperhatikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Fiedhiem (2000) bahwa dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan dan perikanan perlu diperhatikan daya dukung dan kemampuan asimilasi wilayah laut, pesisir dan daratan dalam hubungan ekologis, ekonomis, dan sosial.Kesinambungan ketersediaan sumber daya ini merupakan kunci dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.Nikijuluw (2001) dalam salah satu makalahnya juga menyebutkan bahwa bahwa aspek sosial ekonomi masyarakat pesisir serta upaya-upaya pemberdayaan mereka merupakan variabel penting dalam mengembangkan pengelolaan sumberdaya perikanan.Hal ini menunjukkan bahwa adanya dukungan aspek-aspek sosial ekonomi terhadap optimalisasi pengelolaan sumberdaya perikanan. Terkait dengan perdagangan komoditas tuna Indonesia maka adanya data dan informasi menyangkut aspek-aspek sosial ekonomi diharapkan dapat menunjang peningkatan produktifitas dan nilai ekspor tuna Indonesia yang berdaya saing tinggi, Informasi terkait aspek sosial dan ekonomi memperkaya kajian dari penelitian yang dilaksanakan dan juga dapat mempertajam rekomendasi kebijakan yang ditawarkan dapat lebih mempertimbangkan dan melibatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir dalam kebijakan perikanan tuna yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa pertanyaan penelitian yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

(4) Bagaimanakah kondisi dan kinerja perikanan tuna di negara tujuan utama eskpor tuna Indonesia dan di pasar domestik?

(5) Bagaimanakah faktor-faktor sosial ekonomi perikanan tuna dalam mendukung kinerja penetrasi pasar ekspor dan domestik?

(31)

3 (6) Bagaimanakah strategi penetrasi pasar ekspor dan domestik perikanan tuna?

1.2. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Mengetahui aspek sosial ekonomi perikanan tuna dalam mendukung strategi penetrasi pasar ekspor dan domestik.

b. Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi kondisi dan kinerja perikanan tuna di pasar ekspor dan domestik. 2. Menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi perikanan tuna dalam mendukung kinerja

penetrasi pasar ekspor dan domestik.

3. Merumuskan strategi penetrasi pasar ekspor dan domestik perikanan tuna.

1.3. Keluaran Penelitian

1. Data dan informasi terkait dengan kondisi dan kinerja perikanan tuna di pasar ekspor dan domestik.

2. Data dan informasi terkait dengan faktor-faktor sosial ekonomi perikanan tuna dalam mendukung kinerja penetrasi pasarekspor dan domestik.

(32)

4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Ikan Tuna

Tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Tuna merupakan ikan perenang handal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Daging yangdimiliki berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya (Mc Afee et al. 2009). Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru (bluefin tuna), dapat menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam (Lennert-cody 2008).

Tuna adalah ikan yang memiliki nilai komersial tinggi. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik kecil berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya. Sebagian besar mempunyai sirip tambahan yang berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap (Burhanuddin et al. 1984).

Menurut taksonomi (sistematika ikan), jenis-jenis ikan tuna termasuk ke dalam Famili Scombridae. Secara global, terdapat 7 spesies ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis penting, yaitu albacore (Thunnus alalunga), bigeye tuna (Thunnus obesus), atlantic bluefin tuna (Thunnus thynnus), pacific bluefin tuna (Thunnus oreintalis), southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii), yellowfin tuna (Thunnus albacares), dan skipjack tuna (Katsuwonus pelamis), kecuali pacific bluefin dan southern bluefin tuna, kelima spesies tuna lainnya hidup dan berkembang di perairan Samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia (Dahuri, 2008).Menurut Saanin (1984), ikan tuna diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom: Animalia Filum: Chordata

Kelas: Pisces

Ordo: Percomorphi Famili: Scombridae

Species: Thunnus alalunga Thunnus obesus

Thunnus thynnus Thynnus oreintalis Thunnus maccoyii

(33)

5 Thunnus albacores

Menurut Collette (1994) ikan tuna dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Albacore (Thunnus alalunga)

Ikan tuna jenis ini membentuk busur kuat ke arah belakang dibanding dengan jenis ikan tuna lain. Sirip dada sangat panjang mencapai 30% panjang tubuh atau berkisar lebih dari 50 cm. Albacore tersebar di semua perairan tropik dan perairan-perairan bersuhu sedang. Ikan ini bersifat epipelagik, mesopelagik, dan oceanic. Tempat penyebarannya pada kedalaman antara 300 m dan maksimal pada 600 m. Ukuran panjang badan maksimal tuna ini adalah 120 cm dengan berat badan maksimal 60 kg.

2) Bigeye (Thunnus obesus)

Bigeye merupakan salah satu jenis ikan tuna dengan ukuran besar, sirip dada cukup panjang pada individu yang besar dan dapat menjadi sangat panjang pada ukuran tuna yang masih kecil. Warna bagian bawah perut putih, garis- garis sisi seperti sabuk biru yang membujur di sepanjang badan. Ikan tunajenis bigeye ini memiliki dua sirip punggung (D1) berwarna kuning terang sedangkan sirip punggung dua (D2) berwarna kuning muda. Jari-jari sirip tambahan berwarna kuning terang dan sedikit hitam pada ujungnya. Penyebaran bigeye dari perairan tropis ke subtropis yang biasanya berada pada kedalaman hingga 200 meter. Ukuran panjang bigeye dapat mencapai lebih dari 200 cm dengan berat badan maksimal 200 kg

3) Atlantic Bluefin (Thunnus thynnus)

Panjang total atlantic bluefin maksimal hingga 458 cm dengan berat badan maksimal 684 kg. Ikan ini bersifat pelagis dan oceanodromus. Ikan ini biasanya berada pada lapisan kedalaman antara 0-100 m. Pada perairan sebelah barat Atlantik, Atlantic Bluefin ditemukan di perairan Kanada, Teluk Meksiko, dan Laut Karibia hingga Venezuela dan Brazil. Ikan ini juga ditemukan menyebar pada perairan timur Atlantik, termasuk Mediterania dan Laut Hitam, namun ikan tuna jenis ini tidak terdapat di Indonesia. Sirip punggung kedua dari Atlantic Bluefin lebih tinggi dari sirip punggung yang pertama. Sirip dada sangat pendek kurang dari 80% panjang kepala, sisi bawah perut berwarna putih

4) Pacific Bluefin (Thunnus oreintalis)

Panjang cagak maksimal pacific bluefin hingga 300 cm dengan berat maksimal 198 kg, bersifat pelagis dan oceanodromus, namun pada musim- musim tertentu mendekati ke pesisir pada perairan pasifik utara (Teluk Alaska-selatan California, dan dari Pulau Saklir

(34)

6 hingga selatan Laut Filiphina). Ikan tuna jenis ini tidak terdapat di perairan Indonesia. Feeding habit ikan pacific bluefin adalah sebagai predator dengan

memangsa bermacam schooling kecil ikan atau cumi-cumi, juga kepiting dan organisme sesil.

5) Southern Bluefin (Thunnus maccoyii)

Tuna jenis southern bluefin merupakan salah satu jenis ikan terbesar, sirip dadanya sangat pendek (kurang dari 80% panjang kepala), dan tidak pernah mencapai jarak antara kedua sirip punggung. Warna bagian bawah perut putih keperakan dengan garis melintang yang tidak berwarna berselang- selang dengan deretan bintik yang tidak berwarna, hal ini akan terlihat pada southern bluefin dalam keadaan segar. Southern bluefin menyebar di seluruh bagian selatan dan Samudera Hindia pada suhu 5-10C. Ikan ini bersifat epipelagic dan oceanic di air bersuhu dingin. Ikan ini bertelur dan berlarva pada suhu 20-30C. Ikan dewasa secara musiman beruaya ke daerah hangat pada kedalaman hingga 50 meter di bawah permukaan air. Panjang maksimal ikan ini mencapai 160-200 cm.

6) Yellowfin (Thunnus albacares)

Yellowfin tuna termasuk jenis ikan berukuran besar, mempunyai dua sirip dorsal dan sirip anal yang panjang. Sirip dada (pectoral fin) melampaui awal sirip punggung (dorsal) kedua, tetapi tidak melampaui pangkalnya. Ikan tuna jenis ini bersifat pelagic, oceanic, berada di atas dan di bawah termoklin. Ikan jenis yellowfin biasanya membentuk schooling (gerombolan) di bawah permukaan air pada kedalaman kurang dari 100 meter. Ukuran panjang yellowfin dapat mencapai lebih dari 200 cm denganrata-rata 150 cm, berat badan maksimal 200 kg.

2.2. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor. Menurut Gonarsyah (1987) ada beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional (ekspor-impor) suatu negara dengan negara lain, yaitu (1) Keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor, (2) Memperbesar penerimaan bagi kegiatan pembangunan, (3) Adanya perbedaan penawaran permintaan antar negara, (4) Tidak semua negara menyediakan kebutuhan masyarakatnya serta (5) Akibat adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.Perdagangan internasional pun turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi,globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

(35)

7 Menurut Amir M.S, bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan. Perdagangan internasional mendorong manusia untuk menghasilkan produk-produk terbaik dan sekaligus memungkinkan manusia untuk mengkonsumsi lebih banyak ragam barang dan jasa yang berasal dari seluruh dunia yang tidak dihasilkan di dalam negeri. Selain itu, perdagangan internasional dapat meningkatkan kesejahteraan semua negara melalui spesialisasi dalam produksi barang dan jasa yang memiliki keunggulan komparatif. Menurut Ball dan McCulloch (2001), perdagangan internasional timbul karena adanya perbedaan harga relatif di antara negara. Perbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi yang disebabkan oleh:

1. Perbedaan-perbedaan dalam karunia Tuhan atas faktor produksi

2. Perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intesitas faktor yang digunakan.

3. Perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor produksi. 4. Kurs valuta asing.

Pada dasarnya faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional dari suatu negara ke negara lain bersumber dari keinginan memperluas pemasaran komoditi ekspor dan memperbesar penerimaan devisa dalam penyediaan dana pembangunan dari negara yang bersangkutan. Teori perdagangan internasional mengaji dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang diperoleh dengan adanya perdagangan tersebut. Kebijakan perdagangan internasional membahas alasan-alasan dan pengaruh adanya hambatan-hambatan perdagangan, serta hal-hal yang menyangkut proteksionisme baru (Salvatore, 1997). Heckser-Ohlin mengemukakan bahwa suatu negara melakukan perdagangan internasional karena adanya perbedaan endowment. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) masing-masing negara. Perbedaan tersebut menimbulkan terjadinya perdagangan internasional.

Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif lebih banyak dan murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka dan mahal dalam memproduksinya (Salvatore, 1997). Kegiatan perdagangan internasional atau disebut sebagai kegiatan ekspor dan impor

(36)

8 antar negara mengatakan bahwa suatu negara akan cenderung mengekspor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Sebaliknya, suatu negara akan mengimpor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Oleh karena itu bagi suatu negara, selisih antara penawaran dan permintaan domestik (excess supply) dapat diartikan sebagai penawaran ekspor. Sementara itu permintaan impor merupakan kelebihan permintaan domestik di negara pengimpor (excess demand). Gambarannya yaitu, suatu negara (misalnya negara A) akan cenderung mengekspor suatu komoditas ke negara lain (negara B) apabila harga domestik komoditas tersebut di negara A sebelum terjadi perdagangan internasional relatif lebih rendah dibandingkan dengan komoditas yang sama di negara B. Terjadinya harga yang relatif murah di negara A disebabkan karena adanya kelebihan penawaran, yaitu produksi domestik melebihi konsumsi domestik, sehingga memungkinkan negara A untuk menjual produksinya ke negara lain (negara B) Di sisi lain, di negara B terjadi kelebihan permintaan, yaitu konsumsi domestic melebihi produksi domestik. Akibatnya harga komoditas tersebut di negara B relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara A. Akibat kelebihan permintaan tersebut, menyebabkan negara B berkeinginan untuk membeli komoditas bersangkutan yang harganya relatif lebih murah (negara A). Jadi, adanya perbedaan kebutuhan antar negara A dan B menyebabkan timbulnya perdagangan internasional antar kedua negara, dalam hal ini akan mengekspor ke negara B. Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan memengaruhi penawaran dunia, sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia akan memengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan memengaruhi harga dunia.

2.3. Teori Ekspor

Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor, kegiatan demikian akanmenghasilkan devisa bagi negara. Devisa merupakan masuknya uang asing ke negara kitayang dapat digunakan untuk membayar pembelian atas impor barang dan jasa dari luar negeri. Dalam teori, pengertian ekspor adalah kegiatan yang menyangkut produksi barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara tetapi untuk dikonsumsikan di luar batas negara tersebut (Boediono, 1990).

Pengertian ekspor menurut UU Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri

Gambar

Gambar 10. Skema Model Bayesian Pasar Domestik
Gambar 11.  Analisis Bayesian Pasar Ekspor Utama Tuna Indonesia dengan Software Genie  2.0
Gambar 12.  Sensitifitas Analisis Komoditas Fresh Tuna dengan Software Genie 2.0  Berdasarkan gambar tersebut diatas dapat diketahui bahwa untuk komoditas fresh memiliki  tingkat kepekaan tinggi pada pasar tuna utama Indonesia di Jepang, hal tersebut berka
Gambar 16.  Perkembangan Ekspor Tuna Indonesia Terhadap Ekspor Tuna Dunia PadaTahun  2001-2013  Sumber : Comtrade050000100000150000200000250000 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 201005000000100000001500000
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wujud campur kode yang terjadi yaitu campur kode intern (campur kode ke dalam). Peristiwa tutur campur kode yang terjadi yaitu pamong sedang duduk di depan kelas

Luas lingkup Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian mencakup semua kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian

Gambar 8 Perbandingan Kualitas Pertanyaan Kegiatan Pra siklus dan Siklus II Hasil observasi mengenai kategori pembicaraan dalam proses pembelajaran siklus I dapat dilihat

Pada kejadian penyakit Nipah di Malaysia ini ternyata ternak babi dan kalong merupakan dua spesies hewan yang sangat berperanan penting, dimana kalong berperan

Dari hasil penelitian (Tabel 1) remaja perilaku perokok berat dengan pengetahuan tinggi sebanyak 16 orang (35,6%), subjek yang mempunyai pengetahuan rendah dengan perilaku

Program ini secara garis besar didesain melalui sebuah bentuk pembelajaran wirausaha yang terencana dari mulai teori dasar sampai praktik wirausaha dengan keunggulan berupa

On the second factor there is a difference in the convenience store brand: In Indomaret factor 2 is filled with all the items related to the location and the second