• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan perikanan tuna antara lain dilakukan oleh Wiji Lestari pada tahun 2012 yang berjudul Analisis dan Strategi Daya Saing Tuna Olahan Indonesia di Pasar Internasional. Tujuan dari penelitian tersebut adalah 1) mengetahui daya saing produk tuna olahan dan segar dibandingkan dengan negara pesaing;

12 2) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor kekuatan bersaing industri pengolahan ikan tuna; 3) merumuskan alternatif-alternatif strategi pengembangan industri tuna Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk membandingkan daya saing ikan olahan tuna dan tuna segar dengan negara pesaing. Hasil dari penelitian tersebut meunjukkan bahwa Berdasarkan analisis analisis RCA dan Analisis matriks kompetitif maka alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing tuna olahan Indonesia adalah sebagai berikut 1) Meningkatkan mutu tuna olahan Indonesia; 2) Mendorong mengatasi hambatan tarif dan non tarif; 3) Meningkatkan pengembangan market intellegence dan promosi; 4) Meningkatkan Peran Pemerintah dalam pengembangan industri olahan tuna; 5) Meningkatan kapassitas SDM yang mampu dalam penanganan mutu 6) Pemberantasan dan pengawasan illegal fishing .

Penelitian selanjutnya yang terkait dengan perikanan tuna salah satunya adalah yang dilakukan oleh Ma’arif (2011) tentang Evaluasi Kegiatan Perikanan Pancing Tonda di Pacitan terhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Tuna. Kegiatan perikanan pancing tonda cukup efektif untuk menangkap ikan tuna, namun hasil tangkapan ikan tuna lebih banyak berukuran kecil. Jenis ikan tuna yang dominan ditangkap adalah yellowfin tuna (Thunnus albacares). Penelitian ditujukan untuk mendeskripsikan kegiatan operasi penangkapan dan penanganan ikan tuna dengan menggunakan pancing tonda di Pacitan, menentukan tujuan pemasaran ikan tuna yang didaratkan di Pacitan serta menentukan komposisi dan kualitas hasil tangkapan ikan tuna dalam kaitannya dengan kelestarian sumberdaya tuna. Hasil tangkapan tuna untuk ekspor tidak dipasarkan di Pacitan, karena belum ada perusahaan untuk ekspor tuna di Pacitan. Salah satu daerah pemasaran produk ekspor tuna terdapat di Pasuruan. Hasil tangkapan tuna dengan bobot lebih dari 10 kg langsung dipasarkan ke Pasuruan, sedangkan tuna dengan bobot kurang dari 10 kg disalurkan melalui pasar lokal. Berdasarkan 150 sampel ikan tuna yang diuji, komposisi hasil tangkapan menunjukkan bahwa 48 ekor atau sekitar 32% ikan tuna sudah layak tangkap, sedangkan 102 ekor atau sekitar 68% ikan tuna tidak layak tangkap. Pengukuran organoleptik ikan tuna yang memenuhi syarat ekspor yaitu berjumlah 41 ekor (27,33%).

Winanti (2011) melakukan penelitian berjudul Analisis Permintaan Ekspor Ikan Tuna Segar Indonesia di Pasar Internasional. Penelitian ini menggunakan data sekunder, data time series dari tahun 1990- 2009 bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), situs FAO, situs COMTRADE, IFS, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Buletin Infofish, Bank Indonesia, dan Kementrian Perdagangan. Selain itu data juga dilengkapi dengan laporan hasil penelitian, jurnal yang berkaitan dengan topik kajian. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif mengenai perkembangan volume produksi dan ekspor ikan tuna di

13 Indonesia ke negara tujuan ekspor utama yaitu Jepang, Amerika dan Uni Eropa, untuk mendapatkan gambaran tentang perkembangan ekspor ikan tuna Indonesia. Metode yang kedua adalah analisis permintaan ekspor ikan tuna di Indonesia di pasar internasional, metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan Three Least Square untuk menghilangkan autokorelasi dan heterokedastisitas. Program yang digunakan adalah program Eviews dan microsoft excel 2007 untuk mengolah data dengan simultan equation model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional dianalisis dengan melihat karakteristik permintaan ekspor tiga negara pengimpor terbesar yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. Faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh adalah harga ikan tuna Indonesia di negara tersebut, harga salmon sebagai ikan substitusi ikan tuna, harga ikan tuna thailand sebagai eksportir selain Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara pengimpor, GDP negara pengimpor, jumlah penduduk, tarif yang diberlakukan terhadap impor ikan tuna asal Indonesia, dan konsumsi ikan tuna perkapita.

Penelitian terkait perikanan tuna juga telah dilaksanakan oleh Tim Peneliti dari Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan pada tahun 2013 yang berjudul Kajian Antisipasi Isu-Isu Perdagangan Internasional untuk Mendukung Industrialisasi Perikanan. Kajian tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan antara lain Kinerja perdagangan internasional (ekspor) udang Indonesia ke dunia selama periode 1990-2011 menunjukkan trend yang meningkat dengan pola kecenderungan yang semakin lama semakin bertambah atau tumbuh secara eksponensial dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,35% per tahun. Perdagangan Internasional (Ekspor) Tuna Indonesia ke dunia selama periode 1990-2011 menunjukkan trend yang meningkat (baik secara linier, kuadratik dan eksponensial) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,35% per tahun. Perdagangan internasional (ekspor) rumput laut Indonesia ke dunia selama periode 1999-2011 menunjukkan trend yang meningkat (baik secara linier, kuadratik dan eksponensial) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17,98% per tahun.

Total nilai ekspor Indonesia dari tahun 2007-2011 mengalami kecenderungan kenaikan rata-rata sebesar 12%. Negara eksportir utama komoditas perikanan Indonesia adalah USA, Jepang dan Uni Eropa.. Adanya perubahan tren from red meat to white meat serta terbukanya pasar potensial diluar tiga pasar utama ekspor komoditas perikanan Indonesia menjadi pengaruh positif bagi perkembangan perdagangan Tuna di Indonesia. Tren yang positif dari komoditas perikanan Indonesia terkendala oleh berbagai hambatan tarif dan non tarif yang menjadi isu penting dalam pengembangan komoditas perikanan Indonesia.

14 Peta posisi dan strategi pemasaran komoditas perikanan, diperoleh dengan menggunakan analisis dengan alat analisis matriks BCG (Boston Consulting Group), Hasil analisis menunjukkan bahwa posisi untuk komoditas ekspor Udang dan Tuna cenderung mengarah pada kuadran satu dalam analisis BCG dimana strategi yang tepat untuk kedua komoditas ekspor ini adalah strategi penetrasi pasar. Implementasi strategi penetrasi pasar internasional produk tuna Indonesia perlu dilakukan berdasarkan hasil penelitian tersebut dilakukan melalui langkah-langkah dengan urutan prioritas : (1) Meningkatkan promosi di pasar potensial; (2)Meningkatkan intensitas diplomasi dengan negara yang mempunyai hubungan historis; (3)Peningkatan kerjasama bilateral untuk mengurangi hambatan tarif dan non tarif di negara yang memiliki hubungan historis; (4) Meningkatkan kepekaan terhadap dinamika preferensi konsumen; dan (5) Diversifikasi produk tuna diarahkan ke pangsa pasar yang masih potensial.

15

III. METODOLOGI PENELITIAN