• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Pemeriksaan kinerja daerah pemekaran dilakukan di Kementerian Dalam Negeri dan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD), serta tiga provinsi yaitu Bengkulu, Kepulauan Riau dan Jawa Barat. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menilai pemenuhan kewajiban pemerintah daerah hasil pemekaran selama masa transisi pemerintahan dan menilai efektivitas pencapaian tujuan pemekaran daerah.

Hasil Pemeriksaan

3.2 Hasil pemeriksaan atas kinerja daerah pemekaran menunjukkan bahwa dari delapan daerah otonom baru (DOB) yang diperiksa, yaitu hanya Pemerintah Kota Cimahi dan Kota Banjar yang dianggap cukup memenuhi kewajibannya selama masa transisi pemerintahan sesuai dengan UU pembentukannya dan PP No. 6 Tahun 2008. Sedangkan beberapa indikator kinerja Daerah Induk (DI) dan DOB yaitu seluruh komponen aspek kesejahteraan, belanja modal dan jumlah ketersediaan dokter rata-rata tidak tercapai, karena masih di bawah rata-rata nasional seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Kondisi tersebut dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut.

Pemenuhan Masa Transisi Pemerintahan Baru

3.3 Pembiayaan DOB tidak diatur secara jelas dalam UU Pembentukan DOB dan tidak didokumentasikan dengan memadai.

Hasil pemeriksaan pada DOB yang diuji petik menunjukkan bahwa tidak ditemukan dokumen sumber yang memadai mengenai komitmen pembiayaan dari pemerintah provinsi dan daerah induk. UU Pembentukan DOB tidak secara tegas menyebutkan kapan (batas waktu) dan jumlah komitmen bantuan kepada DOB. Pada Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang tidak ditemukan adanya bukti bantuan keuangan dari provinsi. Sedangkan pada Kabupaten Karimun tidak ditemukan adanya bukti bantuan keuangan dari daerah induk. Sementara di Kabupaten Natuna diperoleh informasi adanya bantuan keuangan, namun demikian tidak terdapat bukti yang valid mengenai jumlah dan sumber bantuan keuangan tersebut apakah dari provinsi atau dari daerah induk.

3.4 Pengalihan fisik aset tidak didukung dengan berita acara pelimpahan dan dokumentasi yang memadai.

Hasil pemeriksaan pada DOB yang diuji petik menunjukkan bahwa pengalihan fisik aset yang dimiliki oleh DI tidak berjalan lancar karena belum adanya

44

kesepakatan jumlah dan nilai aset yang diserahkan, ketidaklengkapan berita acara pelimpahan aset, serta dokumen pendukungnya dari daerah induk. Akibatnya pada beberapa DOB, yaitu Kabupaten Karimun, Kota Tanjungpinang, Kota Tasikmalaya, dan Kabupaten Kepahiang timbul sengketa aset dengan daerah induknya. Khusus untuk pemekaran dimana ibukota DI berada pada wilayah geografis DOB terjadi permasalahan dalam pengalihan ibukota DI termasuk permasalahan pengalihan aset. Hal ini terjadi pada DI Kabupaten Bintan yang ibukotanya berada di DOB Kota Tanjungpinang dan DI Kabupaten Tasikmalaya yang ibukotanya berada di DOB Kota Tasikmalaya. 3.5 Pengaturan batas wilayah belum diatur secara tegas dan formal dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Semua DOB yang diuji belum didukung pengaturan batas-batas wilayah yang jelas karena Menteri Dalam Negeri belum mengeluarkan peraturan tentang batas wilayah DOB. Hal ini berakibat antara lain timbulnya sengketa perbatasan pada DOB Kabupaten Kepahiang dengan daerah induknya yaitu Kabupaten Rejang Lebong.

3.6 Belum semua DOB dilengkapi sarana dan prasarana memadai.

Sebagian besar DOB yang diuji petik masih menggunakan fasilitas sementara berupa sewa rumah penduduk, sewa rumah toko, dan pinjam dari instansi lain, serta sarana baru yang dibangun dengan jumlah sangat terbatas dibandingkan kebutuhan.

3.7 Penyusunan perangkat daerah.

Hasil pemeriksaan pada DOB yang diuji petik menunjukkan bahwa pengangkatan pejabat kepala daerah maupun kepala daerah definitif telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Begitu pula dengan penyusunan perangkat daerah dhi. satuan kerja perangkat daerah (SKPD) telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kecuali untuk Kabupaten Lebong.

3.8 Pengisian personil belum sesuai kualifikasi.

Kebutuhan pegawai pada DOB Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang belum terpenuhi. Disamping itu, kebutuhan pejabat eselon pada DOB Kota Tanjungpinang, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lebong, dan Kabupaten Kepahiang juga belum terpenuhi dengan jumlah dan kualifikasi yang memadai.

Pencapaian Kinerja Daerah Pemekaran

3.9 Aspek Keuangan

Semua daerah hasil pemekaran pada DOB memiliki tingkat kemandirian keuangan yang relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional seluruh kabupaten/kota di Indonesia, kecuali pada DOB di Provinsi Bengkulu yaitu

Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang. Hal ini ditunjukkan dari rasio pendapatan asli daerah (PAD) dan dana perimbangan yang diterima dari pusat dibandingkan dengan pendapatan. Alokasi belanja pegawai pada daerah hasil pemekaran di Provinsi Bengkulu dan Provinsi Jawa Barat lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional kecuali Kabupaten Lebong.

3.10 Aspek Pelayanan Umum

Jumlah ketersediaan dokter pada daerah hasil pemekaran pada Provinsi Bengkulu dan Provinsi Jawa Barat kecuali DOB Kota Cimahi masih di bawah rata-rata nasional. Ketersediaan sekolah SD dan SMP pada DOB di Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Bengkulu, dan Provinsi Jawa Barat lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional, kecuali DOB Kabupaten Natuna, Kabupaten Lebong dan Kota Tasikmalaya.

3.11 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Seluruh aspek kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari rata-rata pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) atas harga konstan, rata-rata PDRB atas harga berlaku, angka partisipasi murni sekolah dasar, dan angka partisipasi kasar sekolah menengah pertama pada DI Kabupaten Bintan, DI Kabupaten Karimun dan DOB Kabupaten Lebong masih lebih rendah daripada rata-rata nasional, sebaliknya pada DOB Kota Tanjungpinang sudah lebih tinggi daripada rata-rata nasional. Sedangkan pada daerah pemekaran lainnya pada dasarnya sudah cukup sebanding dengan rata-rata nasional. 3.12 Aspek Daya Saing

Kemampuan daerah menggerakkan sektor perekonomian dalam rangka meningkatkan daya saing daerah yang ditandai pertumbuhan jumlah bank pada daerah hasil pemekaran menunjukkan nilai yang relatif kurang dibandingkan dengan rata-rata nasional seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Hampir semua DOB telah memiliki bank, namun demikian angka pertumbuhan jumlah bank belum cukup memadai jika dibandingkan dengan rata-rata nasional seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Sedangkan pada Provinsi Kepulauan Riau khususnya Kabupaten Natuna, tidak ada perkembangan jumlah bank dan ketersediaan listrik masih belum memadai. Untuk DOB di Provinsi Bengkulu, seluruh indikator baik jumlah bank, penggunaan listrik maupun air bersih relatif kurang dibandingkan dengan daerah induk maupun daerah non pemekaran.

Keserasian Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

3.13 Keserasian hubungan tersebut ditandai dengan tidak adanya perda-perda yang bertentangan dengan peraturan di atasnya. Sejak Tahun 2002 sampai dengan Maret 2009, Menteri Dalam Negeri telah membatalkan 1050 perda yang dinilai bertentangan dengan peraturan di atasnya. Pada daerah hasil pemekaran yang diuji petik terdapat 37 perda yang telah dibatalkan dengan Kepmendagri. Namun demikian, beberapa daerah tersebut yaitu Kota Banjar,

46

Kota Cimahi, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bandung, Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang masih memberlakukan dan melakukan pemungutan atas retribusi yang didasarkan pada perda-perda yang sudah berstatus dibatalkan.

Penyebab ketidakefektifan

3.14 Ketidakefektifan terjadi antara lain karena keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM, kurangnya koordinasi, serta kebutuhan sarana dan prasarana yang harus tersedia tidak didukung dengan alokasi anggaran yang memadai. Rekomendasi Hasil Pemeriksaan

3.15 Atas permasalahan tersebut, BPK telah merekomendasikan kepada Menteri Dalam Negeri agar segera melaksanakan evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah (EPPD) dan memanfaatkan hasilnya sebagai bahan pembinaan dan pengawasan, serta berkoordinasi dengan Kepala Daerah Induk dan Kepala Daerah Otonom Baru.

3.16 Hasil pemeriksaan secara lengkap dapat dilihat pada softcopy LHP dalam cakram padat terlampir.

BAB 4

Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Serta Tenaga Pendidik