• Tidak ada hasil yang ditemukan

15.1 Dana dekonsentrasi (DD) merupakan dana yang berasal dari anggaran kementerian yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah, sedangkan dana tugas pembantuan merupakan dana yang berasal dari anggaran kementerian yang dilaksanakan oleh daerah dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan (TP). Pada dasarnya, DDTP merupakan instrumen pendanaan pemerintah pusat yang digunakan untuk mendanai pembangunan di daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah pusat di daerah.

15.2 Penganggaran DDTP dilakukan oleh kementerian sesuai dengan bidang kegiatannya. Pelaksanaan DDTP dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang mendapat alokasi anggaran dari masing-masing kementerian. Tahapan pengelolaan DDTP meliputi: perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan penyaluran, pertanggungjawaban dan pelaporan, serta pengelolaan barang milik negara (BMN).

15.3 Anggaran DDTP TA 2007 senilai Rp27,50 triliun dengan realisasi penggunaan senilai Rp25,18 triliun (91,56%), terdiri dari dana dekonsentrasi senilai Rp19,28 triliun dan dana tugas pembantuan senilai Rp5,90 triliun. Pada TA 2008, anggaran DDTP senilai Rp28,09 triliun dengan realisasi penggunaan senilai Rp26,65 triliun (94,87%), yang terdiri dari dana dekonsentrasi senilai Rp21,59 triliun dan dana tugas pembantuan senilai Rp5,06 triliun.

15.4 Pada Semester II Tahun 2009, BPK melakukan pemeriksaan atas DDTP. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai apakah kebijakan dan pelaksanaan DDTP terkait:

• penganggaran telah sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan dan ketentuan yang berlaku;

• penggunaan dana telah sesuai dengan rencana semula;

• pertanggungjawaban telah sesuai dengan ketentuan; dan

• pengelolaan aset telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 1.5 Pemeriksaan DDTP dilakukan pada tujuh kementerian yaitu Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Pekerjaan Umum, sembilan pemerintah provinsi, serta 51 pemerintah kabupaten/kota.

166

Hasil Pemeriksaan

15.6 Kebijakan pemerintah dalam penganggaran DDTP tidak sepenuhnya memperhatikan pembagian urusan pemerintahan. DDTP yang seharusnya digunakan untuk membiayai urusan pemerintah pusat yang dilaksanakan oleh daerah ternyata justru digunakan untuk membiayai urusan pemerintah daerah. Sementara itu, PP No. 38 Tahun 2007 yang mengatur tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah belum sepenuhnya dapat dijadikan acuan dalam penganggaran DDTP. 15.7 Hasil pemeriksaan DDTP menunjukkan masih adanya kelemahan-kelemahan

kebijakan terkait perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan penyaluran, pertanggungjawaban dan pelaporan, serta pengelolaan barang milik negara hasil DDTP. Rincian temuan hasil pemeriksaan DDTP adalah sebagai berikut:

• belum ada penjabaran lebih lanjut atas PP No. 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, khususnya terhadap urusan yang sifatnya concurrent (urusan bersama);

• proses perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan DDTP kurang memperhatikan pola pembagian urusan pemerintahan;

• perencanaan penetapan alokasi dan lokasi DDTP belum transparan dan akuntabel;

• belum semua kementerian menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya;

• proses sinkronisasi antara DDTP dengan dana desentralisasi masih menemui kendala;

• kementerian masih melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang sudah jelas merupakan urusan daerah melalui dana dekonsentrasi, dana tugas pembantuan, atau dana DIPA Satker Non Vertikal Tertentu (SNVT);

• penggunaan jenis belanja bantuan sosial pada pelaksanaan DDTP tidak sepenuhnya tepat;

• terdapat DDTP yang pelaksanaanya dilimpahkan kepada pemda lainnya;

• keterlambatan penerimaan DIPA oleh SKPD DDTP menimbulkan beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program dan kegiatan DDTP;

• terdapat dana pendamping (cost sharing) antara kelembagaan dan

pemda dalam pelaksanaan DDTP;

• pelaporan dan pertanggungjawaban DDTP belum dilaksanakan sesuai ketentuan;

• terjadi pengulangan informasi dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban atas penggunaan DDTP karena tidak adanya sinkronisasi antar ketentuan yang mengatur pertanggungjawaban DDTP;

• barang milik negara yang bersumber dari DDTP belum sepenuhnya dipertanggungjawabkan oleh SKPD sesuai ketentuan; dan

• barang milik negara yang bersumber dari DDTP di Kementerian Pendidikan Nasional belum sepenuhnya di administrasikan secara tertib.

Penyebab

15.8 Pembagian urusan pemerintahan sebagaimana dituangkan dalam lampiran PP No. 38 Tahun 2007 implementasinya menimbulkan multi interpretasi, karena pembagian urusan pemerintahan didasarkan pada kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi yang tergantung bagaimana kementerian dan pemda menginterpretasikan kriteria tersebut.

15.9 Meskipun pembagian urusan sebagaimana dimaksud dalam lampiran PP No. 38 Tahun 2007 belum jelas, terdapat beberapa urusan pemerintahan yang dapat diidentifikasikan secara jelas sebagai urusan pemerintahan yang menjadi tugas pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, antara lain bidang pendidikan, bidang pekerjaan umum dan subbidang bina marga, serta bidang pertanian dan ketahanan pangan, namun demikian urusan pemerintahan tersebut masih dilaksanakan oleh pemerintah pusat dengan menggunakan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

15.10 Belum ada kementerian yang berperan dalam menilai kesesuaian antara program/kegiatan yang dibiayai dari DDTP dengan pola pembagian urusan pemerintahan dan dokumen perencanaan lima tahunan, yaitu rencana strategi (renstra) kementerian dan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) kurang memperhatikan aspek pembagian urusan pemerintahan.

Rekomendasi

15.11 Atas permasalahan tersebut, BPK telah merekomendasikan agar pemerintah:

• mengkaji untuk menjabarkan lebih lanjut lampiran PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota, agar dapat dijadikan acuan bagi kementerian dalam merencanakan dan menganggarkan program serta kegiatan yang layak dibiayai dari DDTP;

• melaksanakan pendanaan DDTP sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan secara bertahap mengalihkannya ke dana alokasi khusus (DAK) sebagaimana diatur dalam UU No.33 Tahun 2004 Pasal 108;

168

• meninjau kembali kebijakan penggunaan jenis belanja bantuan sosial dalam penganggaran program dan kegiatan yang dibiayai dari DDTP;

• meninjau kembali kebijakan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban DDTP oleh SKPD, agar tidak terjadi tumpang tindih informasi, penerapannya dapat lebih efektif; dan

• mengambil langkah-langkah kebijakan untuk mempercepat proses penghibahan BMN eks DDTP.

15.12 Hasil pemeriksaan lengkap dapat dilihat pada soft copy LHP dalam cakram padat terlampir.

Bab 16