• Tidak ada hasil yang ditemukan

8.1 Pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan pada 15 rumah sakit umum daerah (RSUD) kabupaten/kota bertujuan untuk:

• menilai efektivitas pengendalian intern terhadap kegiatan-kegiatan dalam pelayanan kesehatan;

• menilai tingkat pencapaian kinerja pelayanan kesehatan berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan dan telah dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif; dan

• menilai apakah pengadaan sarana dan prasarana kesehatan telah memenuhi asas ekonomis sesuai ketentuan yang berlaku dan sesuai prasyarat yang ditetapkan, serta telah dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya.

Hasil Pemeriksaan

8.2 Hasil pemeriksaan BPK dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan dan dinyatakan dalam sejumlah temuan. Setiap temuan dapat terdiri dari satu atau lebih kasus Oleh karena itu, di dalam IHPS ini digunakan istilah kasus yang merupakan bagian dari temuan.

8.3 Hasil pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan pada RSUD secara umum menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan pada RSUD belum optimal dan masih harus ditingkatkan. Hanya empat RSUD yang telah mencapai kategori pencapaian kinerja baik. Secara rinci hasil penilaian atas pencapaian

indikator kinerja pelayanan kesehatan pada RSUD tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Pencapaian Indikator Kinerja

8.4 Kinerja pelayanan kesehatan satu RSUD termasuk dalam kategori kurang sehat, empat RSUD termasuk dalam kategori cukup, dan empat RSUD

termasuk dalam kategori baik.

8.5 Selain itu, hasil pemeriksaan pada enam RSUD tidak mengungkapkan kesimpulan mengenai penilaian kinerja secara menyeluruh. Satu RSUD dinyatakan kurang efektif dalam melakukan pelayanan farmasi, satu RSUD kurang efektif dalam pengelolaan rawat inap dan farmasi, satu RSUD dinilai belum memenuhi key performance indicator (KPI) sesuai standar, satu RSUD dinilai telah memenuhi KPI sesuai standar dan satu RSUD belum

72

sepenuhnya memperhatikan aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas dalam memenuhi standar pelayanan minimal (SPM). Secara rinci penilaian atas kinerja pelayanan kesehatan pada RSUD tersebut dapat dilihat dalam tabel 9 berikut.

Sistem Pengendalian Intern

8.6 Pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan pada RSUD antara lain diarahkan pada sistem pengendalian intern (SPI). Hasil pemeriksaan menunjukkan masih adanya kelemahan terhadap SPI sebanyak 73 kasus. Kelemahan tersebut terdiri dari empat kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, 14 kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, serta 55 kasus kelemahan struktur pengendalian intern. Rincian per jenis temuan dapat dilihat pada lampiran 5.

Tabel 9: Penilaian atas Kinerja Pelayanan Kesehatan pada RSUD

No Entitas Kategori Keterangan

Kurang Cukup Baik Sangat Baik

1 RSUD Rokan Hulu Kab. Rokan Hulu Pencapaian indikator KPI tidak memenuhi

standar

2 RSUD Kab. Karimun Pencapaian indikator KPI telah sesuai

standar

3 RSUD Budhi Asih Prov. DKI Jakarta Pelayanan Farmasi kurang efektif 4 RSU Dr. H. Koesnadi Kab.

Bondowoso

5 RSUD Dr. R. Koesma Kab. Tuban

6 RSUD Dr. Iskak Tulungagung Kab. Tulungagung

7 RSUD dr. Soedomo Kab.

Trenggalek

8 RSU Dr. Soedono Kota Madiun

9 RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo

Kota Mojokerto

10 RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

11 RSUD Sultan Imanuddin Kab. Kotawaringin Barat

Pelaksanaan SPM belum memperhatikan aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas

12 RSUD Taman Husada Kota Bontang Pengelolaan rawat inap dan farmasi belum efektif

13 RSUD Salewangang Kab. Maros

14 RSUD Sawerigading Kota Palopo

15 RSUD Toto Kab. Bone Bolango Pelayanan farmasi belum efektif

8.7 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• Pencatatan seluruh persediaan obat pada apotek lantai 1 RSUD Budhi Asih tidak berjalan dengan baik dan penyimpanannya secara alfabetis belum dilaksanakan dengan tertib; dan

• RSUD Salewangang Kabupaten Maros belum menetapkan SPM RS.

Penyebab Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

8.8 Permasalahan tersebut diantaranya terjadi karena ketidakcermatan dalam pelaksanaan tugas, kurangnya kesadaran dalam pelaksanaan ketentuan perundang-undangan, belum adanya SOP atau SOP yang ada belum memadai, serta lemahnya pengawasan dan pengendalian oleh atasan langsung.

Rekomendasi atas Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

8.9 Atas temuan kelemahan SPI tersebut BPK telah merekomendasikan agar pimpinan entitas yang diperiksa memberikan sanksi yang tegas kepada pihak yang bertanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku, menyusun SOP atau menyempurnakan SOP yang sudah ada, serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian.

Kepatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan

8.10 Hasil pemeriksaan kinerja menunjukkan adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan ketidakhematan, ketidakefisienan, ketidakefektifan, kerugian daerah atau kerugian daerah yang terjadi pada perusahaan milik daerah, potensi kerugian daerah atau potensi kerugian daerah yang terjadi pada perusahaan milik daerah, kekurangan penerimaan daerah atau perusahaan milik daerah, dan masalah administrasi yang dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10: Kelompok Temuan Pemeriksaan Kinerja atas Pelayanan Kesehatan pada RSUD No Kelompok Temuan Jml Kasus Nilai (juta Rp)

Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan yang Mengakibatkan:

1 Ketidakhematan 3 7.624,16

2 Ketidakefisienan 1 -

3 Ketidakefektifan 117 15.324,59

4 Kerugian Daerah/Kerugian Daerah yang terjadi

pada Perusahaan Milik Daerah 3 693,82

5 Potensi Kerugian Daerah/Potensi yang terjadi pada Perusahaan Milik DaerahKerugian Daerah 1 179,75

6 Kekurangan Penerimaan Daerah atau Perusahaan Milik Daerah 9 6.869,06

7 Administrasi 10 -

74

8.11 Tabel di atas menunjukkan bahwa permasalahan sebagai akibat adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang ditemukan dalam pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan pada RSUD adalah sebanyak 144 kasus senilai Rp30,69 miliar. Sebagian besar permasalahan yang terjadi merupakan kasus ketidakefektifan sebanyak 117 kasus. Rincian per jenis temuan dapat dilihat pada lampiran 6 dan rincian per entitas dapat dilihat pada lampiran 7.

Ketidakhematan

8.12 Temuan mengenai ketidakhematan mengungkap adanya penggunaan input dengan harga atau kuantitas/kualitas yang lebih tinggi dari standar, kuantitas/ kualitas yang melebihi kebutuhan, dan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan pengadaan serupa pada waktu yang sama.

8.13 Hasil pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan pada RSUD menunjukkan adanya tiga kasus ketidakhematan senilai Rp7,62 miliar, yang terdiri dari:

• sebanyak 1 kasus pengadaan barang/jasa melebihi kebutuhan senilai Rp7,25 miliar; dan

• sebanyak 2 kasus pemborosan keuangan daerah atau kemahalan harga senilai Rp373,25 juta.

8.14 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• pembelian peralatan pada RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto senilai Rp7,25 miliar tidak memperhatikan skala prioritas kebutuhan yang ada; dan

• penggunaan obat non generik bagi pasien Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Keluarga Miskin (JPK Gakin) pada RSUD Budhi Asih Provinsi DKI Jakarta mengakibatkan ketidakhematan senilai Rp353,57 juta.

Penyebab Ketidakhematan

8.15 Permasalahan tersebut diantaranya terjadi karena kurangnya kesadaran dalam pelaksanaan ketentuan perundang-undangan, SOP yang ada belum memadai, serta lemahnya pengawasan dan pengendalian oleh atasan langsung.

Rekomendasi atas Ketidakhematan

8.16 Atas ketidakhematan tersebut BPK telah merekomendasikan agar pimpinan entitas yang diperiksa memberikan sanksi yang tegas kepada pihak yang bertanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku, menyempurnakan SOP yang sudah ada, serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian.

Ketidakefisienan

8.17 Temuan mengenai ketidakefisienan mengungkap permasalahan rasio penggunaan kuantitas/kualitas input untuk satu satuan output yang lebih besar dari seharusnya.

8.18 Hasil pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan pada RSUD menunjukkan adanya satu kasus penggunaan kuantitas input untuk satu satuan output yang lebih besar dari seharusnya, yaitu kasus prosentase kerusakan film dalam proses rontgen pada Instalasi Radiologi RSUD Sawerigading Kota Palopo melebihi standar yang ditetapkan kurang dari 2%.

Penyebab Ketidakefisienan

8.19 Permasalahan tersebut diantaranya terjadi karena kesalahan teknisi dalam melaksanakan tugasnya (human error), serta lemahnya pengawasan dan

pengendalian oleh atasan langsung. Rekomendasi atas Ketidakefisienan

8.20 Atas ketidakefisienan tersebut BPK telah merekomendasikan agar pimpinan entitas yang diperiksa memberikan sanksi yang tegas kepada pihak yang bertanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku, serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian.

Ketidakefektifan

8.21 Temuan mengenai ketidakefektifan berorientasi pada pencapaian hasil (outcome), yaitu temuan yang mengungkapkan adanya kegiatan yang tidak

memberikan manfaat atau hasil yang direncanakan, serta fungsi instansi yang tidak optimal sehingga tujuan organisasi tidak tercapai.

8.22 Hasil pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan pada RSUD menunjukkan adanya 117 kasus ketidakefektifan senilai Rp15,32 miliar yang terdiri dari:

• sebanyak 9 kasus barang yang dibeli tidak dapat dimanfaatkan senilai Rp8,82 miliar;

• sebanyak 2 kasus pemanfaatan barang/jasa tidak berdampak terhadap pencapaian tujuan organisasi;

• sebanyak 4 kasus pelaksanaan kegiatan terlambat/terhambat sehingga mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi;

• sebanyak 70 kasus pelayanan kepada masyarakat tidak optimal senilai Rp1,93 miliar; dan

• sebanyak 32 kasus fungsi atau tugas instansi yang diperiksa tidak diselenggarakan dengan baik, termasuk target penerimaan tidak tercapai senilai Rp4,56 miliar.

76

8.23 Kasus-kasus tersebut diantaranya.

• Pembayaran tagihan pengadaan obat kepada pihak ketiga senilai Rp4,56 miliar terlambat dilaksanakan sehingga kegiatan pengadaan obat pada RSUD Budhi Asih Provinsi DKI Jakarta menjadi kurang lancar;

• Terdapat pemakaian obat bagi pasien masyarakat umum senilai Rp1,93 miliar tidak mendukung kebijakan keterjangkauan harga obat melalui penggunaan obat generik sehingga keterjangkauan harga obat bagi masyarakat umum dalam memperoleh pelayanan kesehatan di RSUD Budhi Asih belum dapat dicapai secara optimal; dan

• Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) pada RSUD Sultan Imanuddin Kabupaten Kotawaringin Barat tidak didukung dengan perencanaan yang optimal sehingga pasien penerima layanan Jamkesda tidak terlayani secara optimal.

Penyebab Ketidakefektifan

8.24 Permasalahan tersebut diantaranya terjadi karena kurangnya kesadaran dalam pelaksanaan ketentuan perundang-undangan, lemahnya perencanaan kegiatan, SOP yang ada belum memadai, serta lemahnya pengawasan dan pengendalian oleh atasan langsung.

Rekomendasi atas Ketidakefektifan

8.25 Atas ketidakefektifan tersebut BPK telah merekomendasikan agar pimpinan entitas yang diperiksa memberikan sanksi yang tegas kepada pihak yang bertanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku, melakukan koordinasi dengan semua pihak terkait dalam menyusun perencanaan kegiatan, menyempurnakan SOP yang sudah ada, serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian.

Kerugian Daerah atau Kerugian Daerah yang Terjadi pada

Perusahaan Milik Daerah

8.26 Kerugian daerah atau kerugian daerah yang terjadi pada perusahaan milik daerah adalah berkurangnya kekayaan daerah atau perusahaan milik daerah berupa uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. 8.27 Kelompok temuan kerugian daerah atau kerugian daerah yang terjadi pada

perusahaan milik daerah meliputi permasalahan kelebihan pembayaran kepada rekanan penyedia barang, pemahalan harga (mark up) dan adanya penggunaan uang untuk biaya yang tidak diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku (pembebanan biaya tidak sesuai ketentuan).

8.28 Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya tiga kasus mengenai kerugian daerah senilai Rp693,82 juta, yang terdiri dari:

• sebanyak 1 kasus kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan senilai Rp38,80 juta;

• sebanyak 1 kasus pemahalan harga (mark up) senilai Rp443,11 juta; dan

• sebanyak 1 kasus pembebanan biaya tidak sesuai ketentuan senilai Rp211,91 juta.

8.29 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• penetapan harga alat kesehatan dalam harga perkiraan sendiri (HPS) pada RSUD Salewangang Kabupaten Maros terlalu tinggi senilai Rp443,11 juta; dan

• terdapat pengeluaran biaya untuk pembelian alat kesehatan pada RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto senilai Rp211,91 juta yang menurut surat perjanjian kerjasama seharusnya menjadi kewajiban pihak ketiga.

Penyebab Kerugian Daerah atau Kerugian Daerah yang Terjadi pada

Perusahaan Milik Daerah

8.30 Permasalahan tersebut diantaranya terjadi karena kelalaian pelaksana kegiatan, ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan, serta lemahnya pengawasan dan pengendalian oleh atasan langsung.

Rekomendasi atas Kerugian Daerah atau Kerugian Daerah yang Terjadi

pada Perusahaan Milik Daerah

8.31 Atas kerugian daerah atau kerugian daerah yang terjadi pada perusahaan milik daerah tersebut BPK telah merekomendasikan agar:

• kerugian yang terjadi disetor ke kas daerah melalui mekanisme pengenaan ganti kerugian daerah sesuai ketentuan yang berlaku; dan

• pimpinan entitas yang diperiksa memberikan sanksi yang tegas kepada pihak yang bertanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku, serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian.

Potensi Kerugian Daerah atau Potensi Kerugian Daerah yang Terjadi pada

Perusahaan Milik Daerah

8.32 Potensi kerugian daerah atau potensi kerugian daerah yang terjadi pada perusahaan milik daerah adalah adanya suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di masa yang akan datang berupa berkurangnya uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya.

8.33 Kelompok temuan potensi kerugian daerah atau potensi kerugian daerah yang terjadi pada perusahaan milik daerah meliputi permasalahan aset yang tidak diketahui keberadaannya.

78

8.34 Hasil pemeriksaan mengungkapkan adanya satu kasus potensi kerugian daerah atau potensi kerugian daerah yang terjadi pada perusahaan milik daerah berupa aset RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung yang akan dihapuskan senilai Rp179,75 juta tidak diketahui keberadaannya.

Penyebab Potensi Kerugian Daerah atau Potensi Kerugian Daerah yang Terjadi pada Perusahaan Milik Daerah

8.35 Potensi kerugian daerah atau potensi kerugian daerah yang terjadi pada perusahaan milik daerah tersebut disebabkan karena tidak adanya kepedulian dalam melakukan pengamanan aset dan tidak adanya koordinasi yang memadai dalam pelaksanaan tugas.

Rekomendasi atas Potensi Kerugian Daerah atau Potensi Kerugian Daerah yang Terjadi pada Perusahaan Milik Daerah

8.36 Atas potensi kerugian daerah atau potensi kerugian daerah yang terjadi pada perusahaan milik daerah tersebut BPK telah merekomendasikan agar Bupati Tulungagung memperingatkan Direktur RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung untuk meningkatkan dan menertibkan pengelolaan barang yang ada di rumah sakit.

Kekurangan Penerimaan Daerah atau Perusahaan Milik Daerah

8.37 Kekurangan penerimaan daerah atau perusahaan milik daerah adalah adanya penerimaan yang sudah menjadi hak daerah/perusahaan milik daerah tetapi tidak atau belum masuk ke kas daerah/perusahaan milik daerah karena adanya unsur ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. 8.38 Kelompok temuan kekurangan penerimaan daerah atau perusahaan

milik daerah meliputi permasalahan penerimaan daerah atau denda keterlambatan pekerjaan belum/tidak atau terlambat dipungut/diterima/ disetor ke kas daerah, serta penggunaan langsung penerimaan daerah. 8.39 Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya sembilan kasus mengenai

kekurangan penerimaan daerah atau perusahaan milik daerah senilai Rp6,86 miliar, yang terdiri dari:

• sebanyak 7 kasus penerimaan daerah atau denda keterlambatan pekerjaan belum/tidak atau terlambat dipungut/diterima/disetor ke kas daerah senilai Rp6,71 miliar; dan

• sebanyak 2 kasus penggunaan langsung penerimaan daerah senilai Rp157,79 juta.

8.40 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• pengajuan klaim oleh RSUD Kabupaten Karimun kepada UPTD Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun Tahun 2008 dan 2009 senilai Rp5,27 miliar belum dibayar;

• pengajuan klaim oleh RSUD Kabupaten Karimun kepada PT Askes (Persero) Cabang Batam dan PT Jamsostek (Persero) Tahun 2008 dan 2009 senilai Rp1,26 miliar belum dibayar; dan

• terdapat penggunaan langsung atas pendapatan parkir pada RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung senilai Rp157,78 juta.

8.41 Dari kasus kekurangan penerimaan daerah atau perusahaan milik daerah tersebut telah dilakukan penyetoran ke kas daerah senilai Rp6,66 juta.

Penyebab Kekurangan Penerimaan Daerah atau Perusahaan Milik Daerah

8.42 Kekurangan penerimaan daerah atau perusahaan milik daerah tersebut terjadi karena kelalaian dan kurangnya koordinasi dalam pelaksanaan tugas. Rekomendasi atas Kekurangan Penerimaan Daerah atau Perusahaan Milik

Daerah

8.43 Atas kekurangan penerimaan daerah atau perusahaan milik daerah tersebut BPK telah merekomendasikan agar pimpinan entitas yang diperiksa memberikan sanksi yang tegas kepada pihak yang bertanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku, serta melakukan koordinasi dengan pihak terkait sehingga penerimaan yang menjadi hak daerah dapat segera diterima oleh daerah.

Administrasi

8.44 Temuan administrasi mengungkap adanya penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset maupun operasional perusahaan, tetapi penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan kerugian atau potensi kerugian negara/daerah atau perusahaan milik negara/daerah, tidak mengurangi hak negara/daerah, (kekurangan penerimaan), tidak menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi tindak pidana.

8.45 Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya sepuluh kasus mengenai ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan masalah administrasi, terdiri dari:

• sebanyak 1 kasus proses pengadaan barang/jasa tidak sesuai ketentuan (tidak menimbulkan kerugian daerah/perusahaan milik daerah);

• sebanyak 1 kasus pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan;

• sebanyak 5 kasus penyimpangan terhadap peraturan perundang- undangan bidang pengelolaan perlengkapan atau barang milik daerah; dan

• sebanyak 3 kasus penyimpangan terhadap peraturan perundang- undangan bidang tertentu lainnya.

80

8.46 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• persediaan obat-obatan pada RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung yang telah kadaluarsa dan perbekalan farmasi RSU Dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso belum diproses penghapusannya; dan

• peminjaman aset milik RSUD Salewangang Kabupaten Maros oleh pihak ketiga tidak disertai dengan perjanjian kerjasama.

Penyebab Penyimpangan Administrasi

8.47 Penyimpangan administrasi tersebut terjadi karena kelalaian dalam pelaksanaan tugas, kebijakan yang tidak sesuai ketentuan, serta lemahnya pengawasan dan pengendalian oleh atasan langsung.

Rekomendasi atas Penyimpangan Administrasi

8.48 Atas penyimpangan administrasi tersebut BPK telah merekomendasikan agar pimpinan entitas yang diperiksa memberikan sanksi yang tegas kepada pihak yang bertanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku, serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian.

Kinerja Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Lainnya

8.49 Selain pemeriksaan kinerja pelayanan kesehatan pada RSUD, BPK juga melakukan pemeriksaan kinerja pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto dan Rumah Sakit (RS) Tk. II M. Ridwan Meuraksa. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kinerja pelayanan kesehatan pada kedua rumah sakit tersebut belum optimal untuk memenuhi kriteria dan parameter indikator kinerja pelayanan kesehatan yang ideal. Belum optimalnya kinerja pelayanan pada RSPAD Gatot Soebroto dan RS Tk. II M. Ridwan Meuraksa antara lain terlihat dari permasalahan berikut:

• pengelolaan Dana Pelayanan Kesehatan Masyarakat Umum (Yankesmasum) pada RSPAD Gatot Soebroto dan RS Tk. II M. Ridwan Meuraksa belum sesuai ketentuan yang berlaku;

• pengelolaan Dana Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Miskin dan Kurang Mampu (Jamkeskin), dan Askes pada RSPAD Gatot Soebroto dan RS Tk. II M. Ridwan Meuraksa belum optimal; dan

• pegawai Negeri Sipil/Militer dan penerima pensiun di lingkungan Dephan/TNI belum mendapatkan dukungan subsidi asuransi kesehatan (Askes).

8.50 Hasil pemeriksaan secara lengkap dapat dilihat pada softcopy LHP dalam cakram padat terlampir.

BAB 9

Perusahaan Daerah Air Minum