• Tidak ada hasil yang ditemukan

12.1 Perguruan tinggi sebagai salah satu unit satuan kerja pemerintah yang memberi pelayanan kepada masyarakat mempunyai karakteristik dan sifat yang berbeda dengan satuan kerja pemerintah pada umumnya. Karakteristik penerimaan yang dilakukan sebagai satuan kerja juga memiliki karakteristik yang berbeda. Sebagai satuan kerja, perguruan tinggi menerima berbagai jenis penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dengan jadwal penerimaan tertentu dengan jumlah yang kadang-kadang tidak dapat diperkirakan 12.2 Untuk menghindari terjadinya penyimpangan penggunaan PNBP, Menteri

Keuangan Republik Indonesia telah mengeluarkan keputusan Nomor 115/ KMK.06/2001 tentang Tata Cara Penggunaan PNBP Pada Perguruan Tinggi. PTN dilarang keras menggunakan langsung semua penerimaan negara bukan pajak dan pengelolaannya sesuai dengan sistem mekanisme APBN.

12.3 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP, dapat dikatakan bahwa PNBP perguruan tinggi adalah semua penerimaan yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan dan kontrak serta sumbangan dalam bentuk hibah baik dari perorangan maupun pemerintah atau lembaga non pemerintah.

12.4 Pengelolaan keuangan negara mulai dari perencanaan sampai pemeriksaan telah memiliki aturan yang jelas dengan adanya Undang-Undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang No. 15/2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka lembaga manapun juga termasuk perguruan tinggi wajib mentaatinya.

12.5 Pada Semester II Tahun 2009, BPK melakukan pemeriksaan atas penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pada 12 perguruan tinggi, yaitu Universitas Pattimura, Universitas Syiah Kuala, Universitas Tanjungpura, Universitas Palangkaraya, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Tadulako, Universitas Haluoleo, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Cendrawasih, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, dan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 12.6 Dari 12 perguruan tinggi tersebut terdapat satu perguruan tinggi yang telah

menjadi badan layanan umum (BLU) yaitu Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk melayani masyarakat berupa penjualan jasa atau penyediaan barang. Kebijakan ini diundangkan melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Melalui peraturan BLU, perguruan tinggi tidak berkewajiban menyetorkan pendapatan yang diperoleh dari

118

masyarakat ke kas negara.

12.7 Cakupan pemeriksaan PNBP pada 12 perguruan tinggi tersebut adalah senilai Rp1,49 triliun dari realisasi anggaran senilai Rp2,00 triliun. Sedangkan temuan pemeriksaan senilai Rp660,90 miliar atau 44,32% dari cakupan pemeriksaan.

12.8 Secara umum, tujuan pemeriksaan atas PNBP pada perguruan tinggi adalah untuk menilai apakah:

• sistem pengendalian intern terhadap keuangan dan aset telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian; dan

• seluruh PNBP telah dipungut, dicatat, disetor dan/atau dipergunakan serta dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Hasil Pemeriksaan

12.9 Sesuai dengan tujuan pemeriksaannya, hasil pemeriksaan disajikan dalam dua kategori yaitu sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Hasil pemeriksaan BPK dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan dan dinyatakan dalam sejumlah temuan. Setiap temuan dapat terdiri dari satu atau lebih kasus. Oleh karena itu, di dalam IHPS ini digunakan istilah kasus yang merupakan bagian dari temuan.

Sistem Pengendalian Intern

12.10 Suatu temuan termasuk kategori kelemahan sistem pengendalian intern apabila kurang/tidak adanya tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan dan seluruh pegawai secara terus menerus untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

12.11 Hasil pemeriksaan atas PNBP pada 12 perguruan tinggi menunjukkan adanya kelemahan pada aspek perencanaan, pembukuan dan pencatatan, serta pelaporan dan pertanggungjawaban yang menimbulkan kasus-kasus kelemahan SPI yang dikelompokkan sebagai berikut.

• Kelemahan atas sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan;

• Kelemahan atas sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja; dan

• Kelemahan atas struktur pengendalian intern.

12.12 Hasil evaluasi atas SPI menunjukkan 46 kasus kelemahan SPI yang terdiri dari 12 kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, 23 kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan

belanja, serta 11 kasus kelemahan struktur pengendalian intern.

12.13 Terdapat 12 kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, terdiri atas :

• sebanyak 8 kasus pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat;

• sebanyak 2 kasus proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan; dan

• sebanyak 2 kasus sistem informasi akuntansi dan laporan tidak memadai.

12.14 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• Universitas Haluoleo, penatausahaan dan pengelolaan kas di Bendahara Penerima belum sesuai ketentuan dan saldo rekening kerjasama tidak diungkapkan dalam laporan keuangan senilai Rp6,05 miliar;

• IHDN Denpasar, saldo kas di Bendahara Penerima Tahun 2008 belum disajikan dalam laporan keuangan senilai Rp719,49 juta; dan

• Universitas Sam Ratulangi, bagian administrasi akademik dan kemahasiswaan tidak melakukan pemantauan berkelanjutan atas jumlah mahasiswa terdaftar.

12.15 Terdapat 23 kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, terdiri atas:

• sebanyak 2 kasus perencanaan kegiatan tidak memadai;

• sebanyak 11 kasus mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan serta penggunaan penerimaan negara dan hibah tidak sesuai dengan ketentuan;

• sebanyak 3 kasus pelaksanaan belanja di luar mekanisme APBN;

• sebanyak 6 kasus penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan berakibat hilangnya potensi penerimaan/pendapatan; dan

• sebanyak 1 kasus penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan berakibat peningkatan biaya/belanja.

12.16 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• Universitas Syiah Kuala, penerimaan PNBP TA 2008 senilai Rp8,19 miliar dan TA 2009 senilai Rp16,28 miliar tidak dikelola dalam sistem APBN;

• Universitas Pattimura, penerimaan PNBP yang ditampung pada rekening atas nama Rektor Unpatti tidak disetor ke kas negara, TA 2008 senilai

120

Rp6,25 miliar dan TA senilai Rp4,86 miliar; dan

• UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, pengeluaran yang tidak dianggarkan dalam rencana bisnis dan anggaran BLU Tahun 2008 dan Tahun 2009 masing-masing senilai Rp391,52 juta dan Rp1,00 miliar.

12.17 Terdapat 11 kasus kelemahan struktur pengendalian intern, terdiri atas:

• sebanyak 4 kasus entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur; dan

• sebanyak 7 kasus SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati.

12.18 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• Universitas Tadulako, prosedur dan pengelolaan dana kerjasama tidak sesuai ketentuan senilai Rp6,29 miliar;

• IAIN Sunan Ampel, pengelolaan dan penetapan mahasiswa penerimaan beasiswa program S-1 Tahun 2008 belum cermat; dan

• Universitas Negeri Gorontalo, pengelolaan dan pertanggungjawaban dana PNBP tidak diselenggarakan secara memadai dan tidak sesuai ketentuan.

Penyebab Kelemahan SPI

12.19 Kasus-kasus kelemahan SPI pada umumnya terjadi karena perencanaan tidak memadai, belum adanya koordinasi antara pihak-pihak terkait, dan pejabat yang bertanggungjawab belum optimal dalam pengawasan maupun pengendalian kegiatan.

Rekomendasi atas Kelemahan SPI

12.20 Atas kasus-kasus kelemahan SPI, BPK telah merekomendasikan kepada pimpinan entitas agar memberi sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada pejabat yang bertanggungjawab, meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait, melakukan perencanaan dengan lebih cermat dan meningkatkan pengawasan serta pengendalian dalam pelaksanaan kegiatan.

Kepatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan

12.21 Hasil pemeriksaan mengungkapkan adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan dapat mengakibatkan kerugian negara, potensi kerugian negara, kekurangan penerimaan, administrasi, ketidakhematan, dan ketidakefektifan yang dapat dilihat pada tabel 14.

senilai Rp199,32 miliar sebagai akibat adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang ditemukan dari hasil pemeriksaan atas PNBP pada 12 perguruan tinggi. Rincian per jenis temuan dapat dilihat pada lampiran 15 dan rincian per entitas dapat dilihat pada lampiran 16.

Kerugian Negara

12.23 Kerugian negara/daerah adalah berkurangnya kekayaan negara/daerah berupa uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. 12.24 Ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian negara pada umumnya

meliputi belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif, kekurangan volume pekerjaan, kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan, dan pemahalan harga (mark up).

12.25 Selain itu juga meliputi penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi, pembayaran honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas ganda, spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak, dan pembebanan biaya tidak sesuai atau melebihi ketentuan.

12.26 Hasil pemeriksaan atas PNBP pada 12 perguruan tinggi menunjukkan bahwa terdapat ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian negara sebanyak 38 kasus senilai Rp8,28 miliar yang terdiri dari:

• sebanyak 1 kasus belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif senilai Rp490,20 juta;

• sebanyak 4 kasus kekurangan volume pekerjaan senilai Rp330,42 juta;

• sebanyak 9 kasus kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan senilai Rp618,10 juta;

• sebanyak 2 kasus pemahalan harga (mark up) senilai Rp63,19 juta;

• sebanyak 2 kasus penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi senilai Rp263,54 juta;

Tabel 14: Kelompok Temuan Pemeriksaan atas PNBP Perguruan Tinggi

No Kelompok Temuan Jumlah Kasus (juta Rp)Nilai

Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan yang Mengakibatkan

1 Kerugian Negara 38 8.281,41

2 Potensi Kerugian Negara 7 10.552,95

3 Kekurangan Penerimaan 53 174.933,46

4 Administrasi 34 -

5 Ketidakhematan/Pemborosan 4 629,78

6 Ketidakefektifan 7 4.931,63

122

• sebanyak 3 kasus pembayaran honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas ganda senilai Rp12,61 juta;

• sebanyak 1 kasus spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak senilai Rp29,89 juta; dan

• sebanyak 16 kasus pembebanan biaya tidak sesuai atau melebihi ketentuan senilai Rp6,47 miliar.

12.27 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• Universitas Sam Ratulangi, belanja barang operasional lainnya TA 2008 dan TA 2009 senilai Rp4,65 miliar masing-masing digunakan sebagai tambahan penghasilan senilai Rp2,87 miliar dan direalisasikan dalam bentuk bantuan senilai Rp1,78 miliar;

• Universitas Palangkaraya, pengadaan barang/jasa tidak sesuai ketentuan sehingga mengakibatkan kerugian negara senilai Rp490,20 juta;

• Universitas Negeri Gorontalo, penggunaan PNBP untuk kepentingan pribadi minimal senilai Rp248,82 juta; dan

• IHDN Denpasar, kelebihan pembayaran atas jasa kontrak jasa konsultan perencanaan dan pengawasan gedung kuliah pasca sarjana TA 2008 dan TA 2009 senilai Rp152,83 juta.

12.28 Sebagian dari kasus-kasus yang merugikan negara telah ditindaklanjuti dengan menyetor ke kas negara senilai Rp26,75 juta, yaitu Universitas Palangkaraya senilai Rp1,70 juta dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang senilai Rp25,05 juta.

Penyebab Kerugian Negara

12.29 Kasus-kasus tersebut pada umumnya disebabkan karena pengendalian dan pengawasan dari kuasa pengguna anggaran lemah, disiplin anggaran pengelola PNBP masih kurang, serta pengawasan dan pengendalian atasan langsung belum efektif.

Rekomendasi atas Kerugian Negara

12.30 Atas kasus-kasus tersebut, BPK telah merekomendasikan kepada entitas yang diperiksa agar mempertanggungjawabkan kelebihan pembayaran dengan menyetorkan ke kas negara dan bukti setor agar disampaikan kepada BPK.

Potensi Kerugian Negara

12.31 Potensi kerugian negara/daerah adalah adanya suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di masa yang akan datang berupa berkurangnya uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya.

12.32 Ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan potensi kerugian negara pada umumnya meliputi hasil pengadaan barang/jasa tidak sesuai atau kurang dari kontrak namun pembayaran pekerjaan belum dilakukan sebagian atau seluruhnya, dan aset dikuasai pihak lain.

12.33 Hasil pemeriksaan atas PNBP pada 12 perguruan tinggi menunjukkan bahwa terdapat ketidakpatuhan yang mengakibatkan potensi kerugian negara sebanyak 7 kasus senilai Rp10,55 miliar yang terdiri dari:

• sebanyak 3 kasus hasil pengadaan barang/jasa tidak sesuai atau kurang dari kontrak namun pembayaran pekerjaan belum dilakukan sebagian atau seluruhnya, senilai Rp4,01 miliar;

• sebanyak 2 kasus aset dikuasai pihak lain senilai Rp5,95 miliar; dan

• sebanyak 2 kasus lain-lain potensi kerugian negara senilai Rp586,59 juta. 12.34 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• Universitas Tanjungpura, tanah seluas 97.279 m2 senilai Rp5,44 miliar

dikuasai pihak ketiga dan minimal seluas 8.468 m2 senilai Rp476,84 juta

dimanfaatkan instansi lain;

• Universitas Pattimura, pelelangan dan pelaksanaan pekerjaan pembangunan gedung Fakultas Pertanian (Paket B-2) tidak sesuai ketentuan, sehingga menimbulkan potensi kerugian negara atas pembayaran kepada rekanan senilai Rp3,87 miliar karena adanya perubahan pasal tentang cara pembayaran; dan

• Universitas Negeri Gorontalo, penggunaan dana kerjasama program beasiswa S-1 dan S-2 untuk pendidik dan tenaga kependidikan antara pihak UNG dengan pemerintah Kabupaten Gorontalo tidak sesuai naskah perjanjian kerjasama senilai Rp334,55 juta.

Penyebab Potensi Kerugian Negara

12.35 Kasus-kasus tersebut pada umumnya disebabkan karena pengawasan dari kuasa pengguna anggaran lemah dan pengendalian atas aset milik negara belum optimal.

Rekomendasi atas Potensi Kerugian Negara

12.36 Atas kasus-kasus tersebut, BPK telah merekomendasikan kepada entitas yang diperiksa agar meminta pertanggungjawaban dan apabila tidak dapat mempertanggungjawabkannya segera menyetorkan ke kas negara selanjutnya bukti setor disampaikan kepada BPK.

124

Kekurangan Penerimaan Negara

12.37 Kekurangan penerimaan negara/daerah adalah adanya penerimaan yang sudah menjadi hak negara/daerah tetapi tidak atau belum masuk ke kas negara/daerah karena adanya unsur ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.

12.38 Ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kekurangan penerimaan pada umumnya meliputi penerimaan negara atau denda keterlambatan pekerjaan belum/tidak ditetapkan atau dipungut/diterima/disetor ke kas negara, dan penggunaan langsung penerimaan negara.

12.39 Hasil pemeriksaan atas PNBP perguruan tinggi menunjukkan bahwa terdapat ketidakpatuhan yang mengakibatkan kekurangan penerimaan sebanyak 53 kasus senilai Rp174,93 miliar yang terdiri dari:

• sebanyak 34 kasus penerimaan negara atau denda keterlambatan pekerjaan belum/tidak ditetapkan atau dipungut/diterima/disetor ke kas negara senilai Rp27,59 miliar yang terjadi pada 12 perguruan tinggi; dan

• sebanyak 19 kasus penggunaan langsung penerimaan negara senilai Rp147,33 miliar yang terjadi pada 12 perguruan tinggi.

12.40 Sebagian dari kasus-kasus yang menyebabkan kekurangan penerimaan negara telah ditindaklanjuti dengan menyetor ke kas negara senilai Rp95,40 juta, yaitu oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Penyebab Kekurangan Penerimaan Negara

12.41 Kasus-kasus tersebut pada umumnya terjadi karena dalam penyusunan rencana anggaran khususnya target PNBP kurang cermat yaitu tidak mencantumkan seluruh potensi penerimaan sebagai target PNBP, tidak dipatuhinya peraturan tentang mekanisme penggunaan dan penyetoran PNBP, serta pengendalian terhadap penerimaan yang digunakan langsung masih lemah.

Rekomendasi atas Kekurangan Penerimaan Negara

12.42 Atas kasus-kasus tersebut, BPK telah merekomendasikan kepada entitas agar menetapkan target PNBP secara cermat dengan memperhatikan potensi yang ada, dan segera menyetorkan penerimaan negara sesuai ketentuan.

Administrasi

12.43 Temuan administrasi mengungkap adanya penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset maupun operasional perusahaan, tetapi penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan kerugian negara/daerah atau potensi kerugian negara/

daerah, tidak mengurangi hak negara/daerah, kekurangan penerimaan negara/daerah (kekurangan penerimaan), tidak menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi tindak pidana.

12.44 Ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan penyimpangan yang bersifat administratif pada umumnya meliputi pertanggungjawaban tidak akuntabel (bukti tidak lengkap/tidak valid), pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak atau penetapan anggaran, proses pengadaan barang/jasa tidak sesuai ketentuan (tidak menimbulkan kerugian negara).

12.45 Selain itu juga meliputi pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan, penyimpangan terhadap ketentuan perundang-undangan bidang pengelolaan perlengkapan atau barang milik negara, penyimpangan terhadap ketentuan perundang-undangan bidang tertentu lainnya, penyetoran penerimaan negara atau kas di bendaharawan ke kas negara melebihi batas waktu yang ditentukan, sisa kas di bendahara pengeluaran akhir tahun anggaran belum/ tidak disetor ke kas negara, dan kepemilikan aset tidak/belum didukung bukti yang sah.

12.46 Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ketidakpatuhan yang mengakibatkan penyimpangan administratif sebanyak 34 kasus yang terdiri dari:

• sebanyak 9 kasus pertanggungjawaban tidak akuntabel (bukti tidak lengkap/tidak valid);

• sebanyak 1 kasus pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak atau penetapan anggaran;

• sebanyak 5 kasus proses pengadaan barang/jasa tidak sesuai ketentuan (tidak menimbulkan kerugian negara);

• sebanyak 1 kasus pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan;

• sebanyak 6 kasus penyimpangan terhadap peraturan perundang- undangan bidang pengelolaan perlengkapan atau barang milik negara;

• sebanyak 3 kasus penyimpangan terhadap peraturan perundang- undangan bidang tertentu lainnya;

• sebanyak 3 kasus penyetoran penerimaan negara atau kas di bendaharawan ke kas negara melebihi batas waktu yang ditentukan;

• sebanyak 1 kasus sisa kas di bendahara pengeluaran akhir tahun anggaran belum/tidak disetor ke kas negara;

• sebanyak 1 kasus kepemilikan aset tidak/belum didukung bukti yang sah; dan

126

12.47 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• IAIN Sunan Ampel, penunjukkan langsung pekerjaan pembangunan gedung ruang kuliah multimedia 3 lantai tahap II senilai Rp3,56 miliar tidak sesuai Keppres No. 80 Tahun 2003;

• IAIN Sunan Ampel, PNBP terlambat disetorkan ke kas negara senilai Rp3,22 miliar;

• Universitas Tanjungpura, pemindahan dana dari rekening penampungan ke rekening pribadi senilai Rp2,08 miliar; dan

• Universitas Palangkaraya, pengeluaran dana senilai Rp1,52 miliar tidak didukung dengan bukti pertanggungjawaban yang lengkap dan sah.

Penyebab Permasalahan Administrasi

12.48 Kasus-kasus tersebut pada umumnya terjadi karena para pelaksana kurang memahami ketentuan-ketentuan pelaksanaan anggaran dan penatausahaan, serta lemahnya pengawasan dan pengendalian para atasan.

Rekomendasi atas Permasalahan Administrasi

12.49 Atas kasus-kasus ketidakpatuhan yang mengakibatkan penyimpangan yang bersifat administratif, BPK telah merekomendasikan kepada entitas yang diperiksa untuk melengkapi bukti pertanggungjawaban, memberikan teguran dan atau sanksi kepada pejabat pelaksana yang tidak mentaati ketentuan perundang-undangan.

Ketidakhematan

12.50 Temuan mengenai ketidakhematan mengungkap adanya penggunaan input

dengan harga atau kuantitas/kualitas yang lebih tinggi dari standar, kuantitas/ kualitas yang melebihi kebutuhan, dan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan pengadaan serupa pada waktu yang sama.

12.51 Hasil pemeriksaan atas PNBP 12 perguruan tinggi menunjukkan bahwa terdapat ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan ketidakhematan sebanyak 4 kasus senilai Rp629,78 juta yaitu kasus pemborosan keuangan negara atau kemahalan harga.

12.52 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• Universitas Tanjungpura, kemahalan harga atas analisa harga satuan pekerjaan rehab berat gedung UKM seluas 422 m2 minimal senilai

Rp234,88 juta; dan

• Universitas Pattimura, pembentukan Tim Pengelola PNBP TA 2008 tidak efektif senilai Rp184,92 juta.

Penyebab Ketidakhematan

12.53 Permasalahan-permasalahan tersebut pada umumnya terjadi karena pimpinan entitas tidak melakukan penghematan dalam melaksanakan kegiatannya.

Rekomendasi atas Ketidakhematan

12.54 Atas permasalahan-permasalahan tersebut, BPK telah merekomendasikan kepada entitas yang diperiksa agar memberikan sanksi kepada pejabat yang bertanggung jawab.

Ketidakefektifan

12.55 Temuan mengenai ketidakefektifan berorientasi pada pencapaian hasil (outcome), yaitu temuan yang mengungkapkan adanya kegiatan yang tidak

memberikan manfaat atau hasil yang direncanakan, serta fungsi instansi yang tidak optimal sehingga tujuan organisasi tidak tercapai.

12.56 Ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan ketidakefektifan pada umumnya meliputi penggunaan anggaran tidak tepat sasaran/tidak sesuai peruntukan, barang yang dibeli belum/tidak dapat dimanfaatkan, dan fungsi atau tugas instansi yang diperiksa tidak diselenggarakan dengan baik termasuk target penerimaan tidak tercapai.

12.57 Hasil pemeriksaan atas belanja menunjukkan 7 kasus ketidakpatuhan yang mengakibatkan ketidakefektifan senilai Rp4,93 miliar yang terdiri dari :

• sebanyak 3 kasus penggunaan anggaran tidak tepat sasaran/tidak sesuai peruntukan senilai Rp166,20 juta;

• sebanyak 2 kasus barang yang dibeli belum/tidak dapat dimanfaatkan senilai Rp4,62 miliar;

• sebanyak 1 kasus pelayanan kepada masyarakat tidak optimal senilai Rp145,34 juta; dan

• sebanyak 1 kasus fungsi atau tugas instansi yang diperiksa tidak diselenggarakan dengan baik termasuk target penerimaan tidak tercapai, tanpa nilai rupiah.

12.58 Kasus-kasus tersebut diantaranya:

• Universitas Tadulako, pembangunan gedung dan pengadaan peralatan TA 2008 belum dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan senilai Rp4,32 miliar; dan

• Universitas Syiah Kuala, titipan beasiswa dari Ditjen Dikti TA 2008 senilai Rp145,33 juta belum dikelola sesuai ketentuan.

128

Penyebab Ketidakefektifan

12.59 Kasus-kasus tersebut pada umumnya terjadi karena perencanaan yang kurang memadai dan lemahnya pengawasan dan pengendalian oleh atasan. Rekomendasi atas Ketidakefektifan

12.60 Atas kasus-kasus tersebut, BPK telah merekomendasikan kepada entitas yang diperiksa agar segera memanfaatkan barang hasil pengadaan dan memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab.

12.61 Hasil pemeriksaan lengkap dapat dilihat pada softcopy LHP dalam cakram padatterlampir.

BAB 13