• Tidak ada hasil yang ditemukan

NU DAN TERORISME DI INDONESIA

4. Dampak Aksi Terorisme

Aksi terorisme jelas memberikan dampak yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. Secara garis besar, penulis mengklasifikasikan dampak dari persoalan ini menjadi dua bagian besar, yaitu secara langsung dan tidak langsung.

Dampak aksi terorisme yang berakibat secara langsung terhadap sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia adalah:

a. Munculnya perpecahan di kalangan umat Islam sendiri. Umat Islam Indonesia menjadi terbelah dalam memandang persoalan tersebut. Sebagian di antaranya mendukung aksi tersebut karena memiliki ideologi yang sama, atau paling tidak, mereka mendukung karena solidaritas sebagai sesama muslim. Namun sebagian lagi mengecamnya karena justru bertentangan dengan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘âlamîn. Pandangan yang kontradiktif ini membuat umat Islam Indonesia berada dalam dua arus yang saling berhadap-hadapan. Dalam kaitan ini, Makruf Amin tidak sependapat jika sebagian kalangan NU menuduh bahwa kelompok-kelompok Islam keras di Indonesia juga mendukung aksi terorisme (pengeboman) tersebut dilakukan. Menurutnya, mereka sebenarnya juga mengecamnya, namun karena konteksnya melawan AS mereka pun bersikap solider terhadap aksi tersebut.161

b. Kondisi kerukunan antarumat beragama terganggu. Aksi terorisme atas nama agama telah merusak kerukunan umat beragama yang telah terbangun sejak ratusan tahun lalu di Indonesia. Kerukunan umat beragama merupakan syarat

160

Lihat: “Terorisme dan Teori Konspirasi: Tinjauan Terhadap Peran PBB” dalam Global, Jurnal Politik Internasional, vol. 5 N.2 Mei 2003, (Depok: Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia), h. 51

161

mutlak bagi bangsa Indonesia untuk bersatu. Tanpa persatuan rakyat akan terpecah belah dan rentan terjadi konflik.

Aksi terorisme atas nama agama ini juga membuat pihak minoritas mengalami tekanan psikologis dan kekhawatiran akan keselamatan mereka. Sebab, aksi tersebut sama sekali tidak menghargai toleransi dan bahkan menampilkan karakternya yang keras dan tanpa kompromi. Padahal, agama sebenarnya mengajarkan kasih sayang dan kehidupan damai. Tidak satu agama pun yang mengajarkan perselisihan dan perang. Tapi yang kemudian terjadi adalah agama diekspresikan secara keras. Ini adalah kekeliruan dalam memahami agama sehingga tidak sejiwa dengan pesan perdamaian yang dibawa agama. Hasyim Muzadi menegaskan bahwa jika kerukunan agama sudah tidak bisa dipertahankan, maka bangsa Indonesia tinggal menunggu detik-detik kehancurannya.162 Karena itu penting adanya gerakan penyadaran terhadap umat oleh semua pemuka agama sebagai gerakan bersama melawan terorisme. Gerakan ini bisa diwujudkan dengan kampanye damai atas nama agama, yang dilakukan secara taktis dan berkelanjutan, sehingga diharapkan bisa menjamin terciptanya kehidupan yang damai.

b. Citra masyarakat Islam Indonesia serta-merta menjadi buruk di dunia internasional. Padahal tidak demikian. Karakter masyarakat Islam Indonesia dinilai oleh dunia sebagai Islam yang ramah, damai dan humanis. Akibat citra yang buruk ini, dalam banyak kasus, masyarakat muslim Indonesia mendapat perhatian khusus saat berkunjung ke luar negeri. Gerak-gerik mereka selalu diawasi oleh keamanan setempat. Perlakuan tidak sepantasnya ini terjadi sejak peristiwa 11 September di New York, AS dan munculnya berbagai aksi kekerasan dan terorisme di Indonesia.

c. Runtuhnya perekonomian bangsa. Aksi terorisme telah memberikan dampak luar biasa bagi ekonomi bangsa. Secara makro, nilai mata uang jatuh dan

162

iklim investasi menjadi tidak kondusif. Hal ini berdampak pada naiknya harga, sektor pariwisata hancur, meningkatnya pengangguran, dan kondisi sosial politik yang tidak stabil. Secara mikro, masyarakat kecil yang bergantung pada sektor riil menjadi korban.

d. Lemahnya keamanan negara. Dengan munculnya berbagai aksi terorisme, negara akan disibukkan untuk memikirkan kasus terorisme. Dalam situasi yang demikian, keamanan negara (TNI/POLRI) tidak bisa bekerja maksimal untuk mengamankan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah-daerah rawan separatisme, seperti NAD, Papua, Maluku, serta pulau-pulau terluar dari teritorial Indonesia akan sulit terpantau secara maksimal.

e. Pemerintah Indonesia dalam tekanan internasional. Aksi terorisme yang didesain muncul secara bertubi-tubi di Indonesia menyebabkan dunia beropini bahwa Indonesia adalah sarang teroris. Situasi ini mau tidak mau membuat pemerintah Indonesia harus tunduk kepada kekuatan internasional yang dimotori oleh AS.

Semua dampak secara langsung tersebut oleh kalangan NU dinilai sangat membahayakan eksistensi bangsa Indonesia.

Sementara dampak secara tidak langsung dari aksi terorisme di Indonesia adalah semakin menancapnya hegemoni AS dalam wujud imperialisme modern di berbagai lini kehidupan. Indonesia akan berada pada situasi ketergantungan yang sangat tinggi kepada AS sehingga pemerintah tidak berdaya lagi untuk melawan. Pada akhirnya, secara perlahan bangsa Indonesia akan mengalami kehancuran.163

Dalam pandangan penulis, kekhawatiran kalangan NU sangat wajar mengingat situasi yang terjadi sekarang sebenarnya imperialisme modern tersebut telah terjadi. Dalam banyak hal, negara kita sangat bergantung kepada luar negeri.

163

Mereka juga memberikan pinjaman uang dengan berbagai syarat di mana pemerintah kita dipaksa untuk menerimanya.

Selain menimbulkan dampak kepada bangsa Indonesia, penulis juga melihat bahwa aksi terorisme tersebut juga berdampak secara khusus terhadap berbagai kepentingan dan agenda perjuangan NU, antara lain:

a. Terhadap proses islamisasi kultural yang telah lama diupayakan oleh para Founding Fathers NU di Indonesia. Proses ini tidak meletakkan Islam sebagai sebuah institusi belaka tetapi juga sebagai sebuah tradisi yang memuat nilai-nilai ajaran keislaman. Wajah Islam kultural tidak secara rigid memandang segala persoalan kemasyarakatan berdasarkan teks-teks ajaran Al-Quran, tapi lebih mengakomodir nilai-nilai intrinsik dari ajaran Islam itu sendiri sehingga ajaran Islam dapat dirasakan lebih luwes, fleksibel, dan universal.

b. Terhadap kampanye inklusivitas beragama.164 Agenda ini merupakan agenda besar yang sudah dirintis oleh pendahulu NU masa silam. Inklusivitas beragama selalu dikampanyekan oleh NU sebagai model keberagamaan bagi masyarakat Indonesia yang plural. Dengan model keberagamaan ini, hubungan antarpenganut agama di Indonesia menjadi harmonis dan penuh toleransi. Kesadaran plural ini dibuktikan ketika NU tidak mendukung Piagam Jakarta, di mana dalam piagam tersebut terdapat kalimat yang mewajibkan pelaksanaan ajaran Islam bagi seluruh rakyat Indonesia. NU menolak yang demikian karena rakyat Indonesia sangat heterogen. Bagi NU, menghargai keyakinan orang lain adalah prinsip yang diajarkan oleh Al-Quran dan harus dijalankan secara sungguh-sungguh. Munculnya aksi terorisme atas nama jelas membuyarkan harapan NU untuk menciptakan suasana hubungan antar agama yang kondusif di Indonesia.

164

Inklusivitas beragama adalah sebuah model keberagamaan yang mengedepankan keterbukaan. Model ini memberikan ruang bagi pemeluk suatu agama kepada pemeluk agama lain. Ruang tersebut bisa berupa ide, komentar, bahkan kritik. Model ini tidak memperkenankan adanya klaim kebenaran dengan menganggap agama orang lain sesat.

c. Terhadap program pemberdayaan ekonomi umat. Dari jumlah umat Islam di Indonesia yang ada, 40 juta di antaranya adalah warga NU. Umumnya mereka tinggal di pedesaan dan berekonomi lemah. Upaya pemberdayaan oleh NU telah dimulai dari lingkungan pesantren. Namun aksi terorisme yang memperburuk kondisi ekonomi Indonesia menjadikan hambatan tersendiri bagi NU dalam memberdayakan mereka.

d. Terhadap upaya mengokohkan visi kebangsaan (nasionalisme). Sejak awal berdirinya republik ini, NU memiliki andil besar dalam terciptanya keutuhan bangsa Indonesia. Dengan kulturnya yang terbuka dan toleran terhadap kebinekaan, NU menjadi perekat beragam agama, suku, aliran, dan golongan. Untuk membangun Indonesia dan memerdekakan kembali bangsa ini dari imperialisme modern, NU berusaha menguntai akar-akar nasionalisme, yaitu dengan jalan merekatkan kebersamaan, solidaritas, persatuan, dan kesadaran sebagai sesama anak bangsa. Tapi aksi terorisme telah mengudarkan semangat kebersamaan bangsa Indonesia dan membuat bangsa ini tercerai berai dan saling bertikai atas nama agama dan identitas golongan.

e. Terhadap upaya membangun masyarakat sipil (civil society).165 Sesuai dengan khitah 26, NU sebagai lembaga keummatan terus mengupayakan penguatan terhadap masyarakat sipil di berbagai bidang sehingga bisa mandiri dan tidak bergantung kepada negara. Namun demikian, upaya ini mensyaratkan adanya stabilitas sosial-politik-keamanan secara mutlak agar bisa tercapai secara optimal. Adanya berbagai aksi terorisme jelas menghambat pencapaian ini. Aksi terorisme tersebut jelas menjadi ancaman nyata bagi stabilitas sosial-politik bangsa yang berimbas pada rusaknya seluruh sendi-sendi bangunan

165

Menurut AS. Hikam, definisi civil society adalah wilayah-wilayah kehidupan sosial terorganisir yang bercirikan, antara lain kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self generating), dan keswadayaan (self supporting), kemandirian tinggi terhadap negara, dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya. Lihat: A. Hasyim Muzadi, Membangun NU Pasca Gus Dur, (Jakarta: Grasindo, 1999), h. 57.

civil society. Inilah agaknya yang menjadi bagian dari alasan yang menyeret PBNU untuk menyikapi dengan serius masalah ini.

Dengan dampak yang sedemikian dahsyat, maka aksi terorisme jelas sebuah tindakan yang tidak dapat dibenarkan (unjustifiable), dengan alasan agama sekalipun sebagaimana dijelaskan di atas.

Dokumen terkait