• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Yang Ditimbulkan Dari Perilaku Sosial Oleh Endong-endong Dalam penelitian ini dampak yang ditimbulkan dari perilaku sosial

METODE PENELITIAN

B. Data Hasil Penelitian

4. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Perilaku Sosial Oleh Endong-endong Dalam penelitian ini dampak yang ditimbulkan dari perilaku sosial

wajar terjadi di antara mereka karena sama-sama mencari nafkah. Selama adu mulut dan menggendong barang dagangan itu selesai mereka menganggap masalah selesai, jadi konflik tersebut hanya bersifat sementara tidak berkepanjangan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu “JMN” sebagai berikut :

“...Kalau konflik dengan teman gendong pernah mbak, ya kalau bertengkar cuman marah-marah adu mulut terus udah nanti ya akur lagi mbak” (JMN, 10/04/13)

Begitu juga dengan konflik yang terjadi dengan pengguna jasa, endong-endong sering mendapatkan cacian, marah dari pengguna jasa

gendongan. Namun hal itu juga tidak menimbulkan konflik yang besar karena mereka memandang bahwa pedagang merupakan juragan mereka yang memberi pekerjaan atau gendongan. Dan kelanjutan dari konflik yang bersifat sementara itu tergantung juga pada individu masing-masing yang berkonflik. Jika individu tersebut masih merasakan suasana konflik, berarti yang selanjutnya terjadi adalah konflik internal yaitu konflik yang terjadi pada diri sendiri (konflik pribadi)

4. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Perilaku Sosial Oleh Endong-endong Dalam penelitian ini dampak yang ditimbulkan dari perilaku sosial buruh gendong di pasar Giwangan Yogyakarta pada sektor sosial, ekonomi, fisik dan nilai religius.

132   

endong-endong dampak terhadap sektor ekonomi adalah endong-endong

yang pelayanannya memuaskan seperti kerja cepat, cekatan, hati-hati, jujur, murah senyum, ramah, tanggung jawab, tidak pilih-pilih barang gendongan, mau dibayar berapapun dan timbul adanya rasa kepercayaan dampaknya akan mendapatkan lebih banyak konsumen sehingga akan menambah income nya dan dapat membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Ibu “TMR” sebagai berikut :

“Alhamdulillah mbak saya di sini sudah punya pelanggan, jadi saya kerjanya ya harus ramah, cekatan, cepat, dan hati-hati dalam gendong. Kalau teman-teman yang gak punya pelanggan ya mereka lebih banyak menunggu dan lebih santai kerjanya mbak jadi saya bisa mendapatkan pelanggan banyak mbak, kalau pelangganya banyak kan upahnya semakin banyak” (Ibu TMR, 17/04/13)

Namun, dampak secara ekonomi yang ditimbulkan dari adanya persaingan dalam mendapatkan barang gendongan apabila terjadi secara menyeluruh dan terus menerus, maka endong-endong akan semakin kehilangan kesempatan dan rejeki.

b. Dampak Terhadap Sektor Sosial

Secara umum hubungan endong-endong berlangsung dalam pola komunitas, dengan adanya hubungan komunitas ini membuat pertemanan diantara mereka sangat baik, toleransi yang tinggi, solidaritas tinggi dan pemakluman diantara mereka juga tinggi. Sehingga tercipta hubungan yang harmonis, tanang, damai, selaras, guyup, saling memahami, mengalah dan memahami.Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu “JMN” sebagai berikut:

133   

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu “TMR” sebagai berikut :

“kebanyakan yang kerja gendong disini kan berasal dari satu daerah yang sama dan kebanyakan juga bisa masuk mburuh gendong ka karena bawaan dari orangtua dan saudara mbak, jadi ya hubungan sosialnya harus bisa dijaga gak enak kalau sama dari satu daerah asal kok ndak menjalin silaturahmi apalagi dengan yang masih ada hubungan persaudaraan mbak harus bisa baik dan selaras.”(TMR, 10/04/13)

Selain hal tersebut berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti dampak kegiatan sosial dimasyarakat asalnya adalah karena kebanyakan dari para endong-endong memandang hidup bermasyarakat atau rukun sanak juga penting. Sehingga seorang endong-endong akan dengan sukarela meninggalkan kerjanya demi kelangsungan

jalinan sosialnya dengan masyarakat. Selain itu yang juga terdapat sanksi sosial yang berat harus ditanggung jika mereka tidak bersosial. Hal demikian seperti yang diungkapkan oleh ibu “JMN” sebagai berikut :

“Kalau ada yang punya gawe tidak mungkin untuk tidak datang, apalagi di kampung mbak. Kalau tidak datang, bagaimana kalau kita juga punya gawe nanti ndak ada yang mau membantu.” (JMN, 15/04/13)

Hal serupa juga di ungkapkan oleh Ibu “SMR” sebagai berikut : “kalau dimasyarakat saya juga mengikuti acara-acara kegiatan yang diadakan di kampung mbak, nek gak ikut juga gak enak ya meskipun saya kadang-kadang berangkatnya tapi kadang saya juga cuman nitip mbak kalau ada hajatan-hajatan itu. Sanksi dimasyarakat kan kuat mbak nanti bisa dikucilkan, dan kita juga gak bisa hidup sendiri.” (SMR, 17/04/13)

134   

menerima upah dengan rasa keikhlasan. Karena tanpa kejujuran dan keikhlasan tidak ada rasa tanggung jawab dan kepercayaan. Kejujuran endong-endong ini dapat dilihat ketika menawarkan jasanya dan sesama

endong-endong itu sendiri dalam pembagian upah. Hal itu diperoleh dari

keikutsertaan mereka dalam kegiatan keagamaan yang dapat di aplikasikan dalam kehidupan kesehariannya.

Hal demikian seperti yang diungkapkan oleh Ibu “JMN” sebagai berikut:

“Saya selalu berusaha jujur ketika menawarkan jasa kepada konsumen, saat menerima upah pun saya juga harus jujur kalau tadi saya sudah gendong berapa kali. Kan kita disuruh harus berperilaku yang jujur mbak dan ikhlas mbak menerima upah berapapun” (Ibu JMN, 15/04/13)

Dari pernyataan di atas membuktikan bahwa kegiatan keagamaan yang endong-endong ikuti dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai dampak yang sangat positif terhadap nilai religiusnya.

d. Dampak Terhadap Fisik

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data sebagai berikut pekerjaan endong-endong yang menuntut kuatnya otot-otot tubuh sering kali membawa dampak pada kesehatan badan. Keluhan pegal linu, ngethok-ngethok. Napas tersenggal-senggal akibat beban berat yang diangkat, otot terkilir karena tergesa-gesa. Sebagai seorang perempuan mereka banyak mengangkat beban dengan tumpuan otot perut maka

135   

“karena saya sering menggendong barang dagangan yang berat-berat mbak jadi badan saya sering pegal linu, napas tersenggal-senggal, otot terkilir karena tergesa-gesa, dan saya sering peh nya turun mbak”. (Ibu JMN, 15/04/13)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan menggendong sangat berisiko dan mempunyai dampak yang tidak baik buat kesehatan tubuh endong-endong.

136   

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat diketahui bahwa pola perilaku sosial buruh gendong (endong-endong) di pasar Giwangan Yogyakarta dapat disimpukan sebagai berikut :

1. Perilaku sosial buruh gendong di pasar Giwangan Yogyakarta terdapat 2 macam perilaku yaitu (a) perilaku operan; cara menggendong barang dagangan, mencari barang dagangan dari pelanggan maupun konsumen, cepat, cekatan, kerjasama, hati-hati, rapi tidak milih-milih barang dagangan, selalu membiasakan diri untuk selalu minum jamu jawa, kerokan, pijat, kekompakan antar endong-endong jelas terlihat sehingga “ngobrol” dan “guyonan” bersama disaat menunggu barang gendongan, adanya kerjasama baik antar sesama buruh gendong maupun dengan pedagang, (b) perilaku alami; perilaku yang ditampilkan yaitu sikap ramah-tamah, kadang marah, lebih tenang, emosional, mengalah, nerimo, toleransi dan solidaritas antar sesama endong-endong yang tinggi, saling menjaga perasaan, keguyuban dengan saling tolong menolong dan endong-endong tetap mempunyai keterikatan sosial dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan di masyarakat asalnya. Kegiatan tersebut seperti perkawinan, kematian, sunatan, slametan, rewangan, dasawisma, PKK, pengajian agama atau yasinan, kegiatan arisan, bagi endong-endong pelajo selalu membiasakan diri untuk membawakan oleh-oleh untuk keluarganya.

137   

pelayanananya memuaskan akan mendapatkan lebih banyak konsumen sehingga akan menambah income nya, (b) dampak sosial, tercipta hubungan sosial yang harmonis, tenang, damai, selaras, guyup, serta endong-endong memandang pentingnya hidup bermasyarakat sehingga selalu mengkuti kegiatan di dusunnya, (c) dampak religius, sikap yang dipegang teguh endong-endong dalam pengalaman keagamaan adalah perilaku jujur dan menerima

upah dengan rasa ikhlas (d) dampak fisik, pekerjaan endong-endong yang menuntut kuatnya otot-otot tubuh sering kali membawa dampak pada kesehatan tubuh seperti pegal linu, ngethok-ngethok, napas tersenggal-senggal, kandungan (peh) turun posisinya dan otot terkilir.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian mengenai pola perilaku sosial buruh gendong (endong-endong) di pasar Giwangan Yogyakarta dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Buruh gendong, supaya lebih meningkatkan hubungan komunikasi diantara sesama endong-endong, pedagang maupun anggota masyarakat daerah asal agar proses interaksi dapat berjalan dengan baik dan lancar.

2. Buruh gendong, supaya lebih meningkatkan rasa toleransi dan saling menghargai baik antar buruh gendong, pedagang dan masyarakat daerah asal serta saling menjaga harmoni dan keselarasan dalam masyarakat paguyuban walaupun sebenarnya terjadi perbedaan kepentingan.

138   

endong) yang terdapat di pasar Giwangan Yogyakarta.

4. Yasanti, hendaknya lebih mensosialisasikan program-program pemberdayaan perempuan ke masyarakat luas, agar masyarakat mengetahui sehingga dapat menambah SDM, dan masalah yang kini belum terselesaikan dapat menemukan sebuah solusi. Dan selalu mengadakan sebuah evaluasi setelah melaksanakan sebuah kegiatan, sehingga kegiatan selanjutnya dapat berjalan lebih baik dan lancar.

                             

139   

Abdulsyani. (2007). Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Abu Ahmadi. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Abu Ahmadi. (2004). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Amin Muftiyanah, dkk. (2011). Perlawanan Buruh Perempuan Pengalaman Yasanti dalam Mendampingi Buruh Gendong Perempuan. Yogyakarta; Yayasan Annisa Swasti.

Badudu J.S & Mohammad Zain. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Bimo Walgito. (1991). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi. Bimo Walgito. (2007). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

BPS Kota Yogyakarta. (2012). Kota Yogyakarta dalam Angka. Yogyakarta: BPS Kota Yogyakarta.

Deddy Mulyana. (2004). Metodologi Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Irwan Abdullah. (2003). Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto. (2011). Sosiologi Teks Pengantar Dan

Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Lexy Moleong. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya Offset

Mansour Fakih. (2008). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Margareth M. Poloma. (2004). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Grafindo Persada. Mosse J. V. (2007). Gender & Pembangunan. Yogyakarta: Rifka Annisa Women

140   

Aksara.

Pamuji MS, dkk. (2003). Profil Endong-Endong Pasar Beringharjo Yogyakarta. Yogyakarta: Yayasan Anisa Swasti.

Ritzer George dan Goodman J. Douglas. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Ritzer George dan Goodman J.Douglas. (2008). Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Ritzer George. (2011). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sajogyo & Pudjiwati Sajogyo. (1996). Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sarlito W. Sarwono & Eko A. Meinarno. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Soekidjo Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Soerjono Soekanto. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sunyoto Usman. (2004). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Undang-undang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003). (2003). Bandung: Fokus Media.

Veeger J. Karel. (1997). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Gramedia.

141   

WIB.

Zulkifli Sidiq. (2012). Upaya Penanggulangan Penyimpangan Perilaku Sosial Anak Tunalaras. Diakses dari http:/file.upi.edu. pada tanggal 26 Januari 2013, Jam 15.00 WIB.

142   

143 

BURUH GENDONG PASAR INDUK BUAH DAN SAYUR GIWANGAN