METODE PENELITIAN
B. Data Hasil Penelitian
1. Perilaku Sosial Buruh Gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta Perilaku sosial adalah tingkahlaku individu yang berlangsung dalam
mbak”. (Ibu JMN, 15/04/13)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu “SMR” sebagai berikut : “Saya sering ngerasain pegel di daerah punggung, ngethok-ngethok, dan yang paling sering peh nya turun mbak karena kan ngangkat beban yang sangat berat.” (Ibu SMR, 17/04/13)
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan menggendong sangat berisiko dan mempunyai dampak yang tidak baik buat kesehatan tubuh endong-endong.
C. Pembahasan
1. Perilaku Sosial Buruh Gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta Perilaku sosial adalah tingkahlaku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkahlaku. (George Ritzer, 2011:71-72). Perubahan tingkah laku tersebut terwujud atas dorongan dari interaksi masyarakat yang sangat kuat untuk menginginkan adanya perubahan.
Perilaku sosial endong-endongdi pasar Giwangan Yogyakarta berhubungan dengan reaksi dan tanggapan pengguna jasa yang berbeda-beda terhadap orang lain. Reaksi tersebut terjadi di dalam keadaan sosial yang tercipta karena adanya aktivitas ekonomi antara endong-endong dengan pengguna jasa yakni penjualan jasa barang gendongan. Ada ikatan ketergantungan diantara endong-endong dengan pengguna jasa. Aktivitas ekonomi berlangsung dalam suasana saling mendukung dan kerjasama.
120
endong yang lainnya. Reaksi yang terjadi di dalam keadaan sosial yang
tercipta karena adanya rasa senasib dan berasal dari wilayah asal yang sama bahkan adanya hubungan kekerabatan.
Berdasarkan hasil penelitian, perilaku sosial endong-endong di Pasar Giwangan Yogyakarta tampak pada perilaku sosial endong-endong terhadap pelanggan, perilaku sosial endong-endong terhadap sesama endong-endong, perilaku kesehatan diri dan keluarga dan perilaku di dalam aktivitas sosial endong-endong di masyarakat daerah asal, perilaku sosial terhadap nilai
religius,.
Dalam menganalisis perilaku sosial endong-endong di pasar Giwangan Yogyakarta ini dengan menggunakan teori sosiologi perilaku sosial. Teori sosiologi perilaku membahas hubungan antara manusia dengan perilaku manusia dengan tingkah laku lingkungannya dan menekankan pada imbalan yang mendorong perilaku. Interaksi endong-endong dengan lingkungannya terwujud dalam bidang pelayanan jasa. BF. Skinner membedakan perilaku menjadi dua, yaitu perilaku alami (innate behaviour) dan operan (operant behaviour). (Bimo Walgito, 2007:71). Perilaku para endong-endong di pasar Giwangan termasuk perilaku operan (operant
behaviour) dan perilaku alami (innate behaviour).
a. Perilaku operan (operant behaviour) karena perilaku-perilaku di atas dibentuk melalui proses belajar. Seorang endong-endong tidak serta
121
maupun konsumen, cepat, cekatan, hati-hati, rapi tidak milih-milih barang dagangan. Hal tersebut diperoleh dari proses interaksinya dengan orang lain. Imbalan yang mendorong untuk gendong barang dagangan adalah pemenuhan kebutuhan hidupnya, dimana hal ini dapat diperoleh melalui perilakunya sebagai endong-endong.
b. Perilaku alami (innate behaviour) karena perilaku yang diwujudkan endong-endong baik dengan komunitas pasar, keluarganya serta
masyarakat daerah asalnya di atas dibentuk secara alami yang dibawa sejak lahir. Perilaku sosial yang ditampilkan yaitu berupa sikap ramah-tamah, kadang marah, lebih tenang, mengalah, nerimo, toleransi endong-endong yang tinggi, solidaritas antar sesama endong-endong-endong-endong yang tinggi,
saling menjaga perasaan, saling menjaga keguyuban dengan saling tolong menolong seperti pijetan, kerokan. Dan meskipun endong-endong bekerja di dalam akivitasnya dengan masyarakat tetap berjalan dengan baik, endong-endong tetap mempunyai keterikatan sosial dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan di masyarakat asalnya. Kegiatan tersebut seperti perkawinan, kematian, sunatan, slametan, rewangan, dasawisma, PKK. Kegiatan yang bersifat ritual keagamaan
seperti pengajian agama atau yasinan. Dan kegiatan yang mempunyai unsur ekonomik, seperti kegiatan arisan. Hal tersebut diperolehnya dari interaksi dengan orang lain tanpa memikirkan akan adanya imbalan.
122
Tabel 6 Hasil Penelitian Perilaku Sosial Buruh Gendong
Perilaku Sosial Individu Kelompok
Perilaku Operan
(Operant Behaviour) • Seorang
endong-endong tidak serta merta langsung dapat mengetahui bagaimana cara menggendong barang dagangan, bagaimana cara mencari barang dagangan dari pelanggan maupun konsumen • Endong-endong harus cepat, cekatan, hati-hati rapi, tidak milih-milih barang dagangan.
• Perilaku kesehatan
yang diwujudkan endong-endong adalah selalu membiasakan diri untuk minum jamu jawa, kerokan, pijat.
• Perilaku religius
endong-endong
diwujudkan dalam kegiatan keagamaan seperti pengajian rutin, yasinan, berjanjen, mujadahan, menjalankan ibadah puasa ramadhan. • Persaingan dalam mendapatkan barang gendongan antar sesama buruh gendong dan manol.
• Konflik yang terjadi merupakan kelanjutan dari persaingan dalam
• Adanya kerjasama
baik antar sesama buruh gendong, maupun endong-endong dengan pedagang. • Dengan adanya hubungan sosial maka kekompakan antar
endong-endong jelas terlihat sehingga “ngobrol” dan “guyonan” bersama disaat menunggu barang gendongan. • Bentuk akomodasi yang dilakukan adalah adalah dengan arbitration, yaitu dilakukan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua pihak dengan cara dicarikan solusi atau jalan keluar dengan
dibantu oleh pengurus dari Yasanti.
• Asimilasi, proses
asimilasi sebagai hasil tindak lanjut
dari proses akomodasi endong-endong dan pedagang di pasar Giwangan Yogyakarta sudah
123 diungkapkan melalui adu mulut. pertentangan yang terjadi diantara mereka. Perilaku Alami
(Innate Behaviour) • Perilaku sosial yang
ditampilkan yaitu sikap ramag-tamah, emosional, lebih tenang, mengalah, nerimo. • Bagi endong-endong pelajo selalu membiasakan diri untuk membawakan oleh-oleh untuk keluarganya. • Melakukan kontak
sosial dengan cara bertegur sapa, saling menanyakan kabar, tawar-menawar upah gendongan,
menawarkan jasa gendongan, mengobrol dan bercanda saat beristirahat.
• Komunikasi
menggunakan bahasa Jawa ngoko apabila berkomunikasi dengan orang sebaya dan menggunakan bahasa Jawa krama apabila berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan dengan para pedagang atau pengguna jasa.
• Toleransi dan
solidaritas antar endong-endong
yang tinggi, saling menjaga perasaan. Saling menjaga keguyuban dengan saling tolong menolong seperti kerokan,pijetan. • Endong-endong tetap mempunyai keterikatan sosial dengan lingkungan masyarakat asalnya dengan mengikuti kegiatan seperti perkawinan, kematian, sunatan, slametan, rewangan, dasawisma, PKK, pengajian agama, dan kegiatan arisan.
124
Giwangan Yogyakarta, proses sosial sosial buruh gendong baik dengan sesama buruh gendong maupun dengan pedagang (juragan) sudah terjalin dengan baik. Hal ini tampak pada kehidupan sehari-hari para buruh gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta. Adapun proses sosial buruh gendong (endong-endong) antara lain sebagai berikut:
a. Kontak Sosial
Kontak sosial merupakan perilaku individu atau kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si perilaku dan si penerima membalas aksi itu dengan reaksi. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Kontak sosial secara langsung adalah kontak sosial melalui suatu pertemuan dengan bertatap muka dan berdialog antara kedua belah pihak, sedangkan kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantara.
Kontak sosial yang terjadi antar sesama buruh gendong dan pedagang (juragan) di pasar Giwangan Yogyakarta pada umumnya terjadi secara langsung dimana para buruh gendong dan pedagang (juragan) melakukan kontak sosial dengan cara bertegur sapa, saling menanyakan kabar, tawar-menawar upah gendongan, tawar-menawarkan jasa gendongan, mengobrol dan bercanda di saat buruh gendong beristirahat.
125
perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak badan atau sikap), perasan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Komunikasi yang terjalin antar sesama buruh gendong dan pedagang (juragan) di pasar Giwangan Yogyakarta menggunakan bahasa jawa ngoko apabila berkomunikasi dengan orang sebaya dan menggunakan bahasa jawa krama apabila berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan dengan para pedagang (juragan) karena mereka menghormati para pedagang atau pengguna jasa gendongan.
Berdasarkan hasil observasi diatas menunjukkan bahwa kontak sosial dan komunikasi merupakan kunci utama dalam interaksi sosial karena kontak sosial dan komunikasi merupakan syarat dari proses terjadinya interaksi sosial.
3. Interaksi Sosial Buruh Gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta